Lompat ke isi

Petungsewu, Wagir, Malang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah penjelasan terperinci latar belakang dan geografis desa Petungsewu Wagir
Penjelasan Sejarah Desa Petungsewu Wagir
Baris 34: Baris 34:


Mayoritas penduduk Desa Petungsewu memeluk agama Islam, meskipun terdapat juga sebagian kecil yang beragama Hindu. Desa ini memiliki curah hujan rata-rata sekitar 21.158 mm per tahun yang mendukung pertanian dan kegiatan berbasis sumber daya alam.
Mayoritas penduduk Desa Petungsewu memeluk agama Islam, meskipun terdapat juga sebagian kecil yang beragama Hindu. Desa ini memiliki curah hujan rata-rata sekitar 21.158 mm per tahun yang mendukung pertanian dan kegiatan berbasis sumber daya alam.

== Sejarah ==
Desa ini merupakan sebuah nama dari desa di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Konon katanya, sebelum ada pemukiman warga, tempat ini dulunya merupakan wilayah hutan lebat. Tanaman bambu mendominasi ekosistem tumbuhan yang hidup tempat ini. Pada tengah-tengah wilayah Desa Petungsewu terdapat serumpun bambu petung yang tumbuh dengan ruas yang sangat banyak. Bambu petung merupakan salah satu jenis bambu yang besar dan termasuk kedalam suku rumput-rumputan.

Meski tak ada yang sampai benar-benar menghitungnya, masyarakat menyebut angka seribu untuk menyimbolkan saking banyaknya bambu petung tersebut. Pada tahun 1918 akhirnya nama Petungsewu terpilih untuk menamai daerah tersebut. Petung berasal dari nama bambu yang banyak ditemukan di sana. Sementara itu, ''sewu'' adalah Bahasa Jawa dari seribu, nominal untuk simbol banyaknya petung tersebut.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 14 Juli 2024 09.40

Latar Belakang

Petungsewu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMalang
KecamatanWagir
Kode pos
65158
Kode Kemendagri35.07.21.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas6,36864 km²
Jumlah penduduk4290 jiwa
Kepadatan673,61 jiwa/km²

Petungsewu adalah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Yang berada sekitar 15,7 Km dari Kota Malang.  Dusun yang terdapat di dalamnya antara lain Dusun Durenan, Petungsewu, Codo, Sengonrejo, dan Codoledok. Desa tersebut terkenal dengan tanaman bambunya karena tanaman tersebut mendominasi ekosistem tumbuhan yang berada di desa ini sehingga pada tahun 1918 nama Petungsewu terpilih untuk desa tersebut. Petung berasal dari nama bambu yang tumbuh banyak di sana.  Sementara Sewu adalah bahasa Jawa dari seribu, nominal tersebut merupakan jumlah petung yang ada di desa tersebut.

Desa Petungsewu terkenal menjadi  sentra pembuatan dupa.  Selama ini Dupa tersebut dipasarkan ke Pulau Bali. Hal tersebut karena banyak penduduk desa tersebut yang beragama Hindu. Secara Administratif daerah ini masuk dalam Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Geografis

Desa Petungsewu terletak di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa ini memiliki karakteristik agraris yang sangat cocok untuk pertanian, perkebunan, dan peternakan. Luas wilayah Desa Petungsewu adalah sekitar 636,864 hektar, dengan ketinggian rata-rata sekitar 750 meter di atas permukaan laut. Desa ini terbagi menjadi beberapa dusun, di antaranya:

  • Dusun Sengonrejo
  • Dusun Codo
  • Dusun Petungsewu
  • Dusun Durenan
  • Dusun Codoledok

Desa Petungsewu berbatasan langsung dengan:

  • Desa Sukodadi (utara)
  • Desa Pandanrejo (timur)
  • Desa Sumber Suko (selatan)
  • Desa Sukodadi atau Perhutani (barat)

Mayoritas penduduk Desa Petungsewu memeluk agama Islam, meskipun terdapat juga sebagian kecil yang beragama Hindu. Desa ini memiliki curah hujan rata-rata sekitar 21.158 mm per tahun yang mendukung pertanian dan kegiatan berbasis sumber daya alam.

Sejarah

Desa ini merupakan sebuah nama dari desa di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Konon katanya, sebelum ada pemukiman warga, tempat ini dulunya merupakan wilayah hutan lebat. Tanaman bambu mendominasi ekosistem tumbuhan yang hidup tempat ini. Pada tengah-tengah wilayah Desa Petungsewu terdapat serumpun bambu petung yang tumbuh dengan ruas yang sangat banyak. Bambu petung merupakan salah satu jenis bambu yang besar dan termasuk kedalam suku rumput-rumputan.

Meski tak ada yang sampai benar-benar menghitungnya, masyarakat menyebut angka seribu untuk menyimbolkan saking banyaknya bambu petung tersebut. Pada tahun 1918 akhirnya nama Petungsewu terpilih untuk menamai daerah tersebut. Petung berasal dari nama bambu yang banyak ditemukan di sana. Sementara itu, sewu adalah Bahasa Jawa dari seribu, nominal untuk simbol banyaknya petung tersebut.

Pranala luar