Lompat ke isi

Hantu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Julpani reza (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Julpani reza (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 80: Baris 80:
* [[Hantu]] Noni Belanda
* [[Hantu]] Noni Belanda
* Hantu Kakek Sarung
* Hantu Kakek Sarung
* Hantu Kakek Cangkul
* Hantu [[Kakek Cangkul]]
* Vampir
* [[Vampir]]
* Drakula
* [[Drakula]]


Beberapa ''[[urban legend]]'' juga mengenal berbagai macam bentuk hantu yang biasanya terkait dengan riwayat sebab-akibat kematian orang yang menjadi hantu. Meskipun bukan merupakan hantu, beberapa bentuk makhluk supranatural dikenal pula dalam [[mitos]] masyarakat, yang dianggap sebagai cara seseorang dalam menempuh ilmu tertentu atau mencari kemuliaan:
Beberapa ''[[urban legend]]'' juga mengenal berbagai macam bentuk hantu yang biasanya terkait dengan riwayat sebab-akibat kematian orang yang menjadi hantu. Meskipun bukan merupakan hantu, beberapa bentuk makhluk supranatural dikenal pula dalam [[mitos]] masyarakat, yang dianggap sebagai cara seseorang dalam menempuh ilmu tertentu atau mencari kemuliaan:

Revisi terkini sejak 5 September 2024 11.24

Sebuah foto yang konon menampilkan penampakan hantu
Ilustrasi hantu bajak laut karya Howard Pyle.

Hantu, memedi[1], dedemit[2], atau lelembut[3] adalah roh dari orang atau hewan yang telah mati yang menampakkan wujudnya dalam kehidupan kini. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat. Dalam banyak kebudayaan, hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya.

Kepercayaan akan keberadaan dunia akhir dan roh-roh orang mati sudah ada semenjak manusia menganut kepercayaan animisme atau pemujaan roh nenek moyang pada masa sebelum manusia mengenal tulisan. Berbagai ritual keagamaan, penguburan, pengusiran roh jahat dan ritual spiritual lainnya dirancang khusus untuk menenangkan roh orang mati. Hantu sendiri umumnya dideskripsikan sebagai suatu zat yang seperti manusia, walaupun terdapat pula kisah mengenai hantu hewan.[4][5] Mereka diyakini menghuni tempat, objek atau orang tertentu yang terkait dengan mereka pada saat mereka masih hidup.

Berdasarkan konsensus ilmu pengetahuan, hantu itu bukan konsep yang sah secara ilmiah.[6] Keberadaan mereka tidak dapat difalsifikasi[6] dan kegiatan berburu hantu telah digolongkan sebagai ilmu semu atau pseudosains.[7][8][9] Walaupun sudah diselidiki selama berabad-abad, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suatu tempat dihuni oleh roh orang mati.[7][10]

Hantu dalam agama-agama monotheis

[sunting | sunting sumber]

Dalam Islam, hantu dikelompokkan sebagai setan dari golongan jin yang kerap mengganggu manusia. Jin dikenali sebagai mahkluk halus yang tinggal di dalam alam lain. Bagaimanapun, kumpulan jin ini bisa memasuki alam manusia. Ada sebagian jin yang membuat hubungan dengan manusia dan patuh terhadap manusia, dengan tujuan menyesatkan manusia seperti merusakkan akidah. Persahabatan ini dikenali sebagai saka.

Dalam Alkitab, mengacu pada kitab Yesaya dan Wahyu, hantu bisa dirunut asal-usulnya sebagai malaikat berdosa pengikut Lucifer yang jatuh ke bumi. Berdasar kitab Wahyu jumlah mereka disimbolkan sepertiga jumlah bintang.

Macam-macam hantu dalam tradisi Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis hantu/makhluk spiritual. Berikut adalah jenis-jenis hantu yang dikenal di Indonesia:

Sumatera Utara

[sunting | sunting sumber]

Lain-lain

[sunting | sunting sumber]

Beberapa urban legend juga mengenal berbagai macam bentuk hantu yang biasanya terkait dengan riwayat sebab-akibat kematian orang yang menjadi hantu. Meskipun bukan merupakan hantu, beberapa bentuk makhluk supranatural dikenal pula dalam mitos masyarakat, yang dianggap sebagai cara seseorang dalam menempuh ilmu tertentu atau mencari kemuliaan:

Masyarakat Jawa mengelompokkan Mahluk Supranatural (hantu) dalam 9 kelompok besar yang kemudian masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis hantu-hantu lainnya di dalam kelompok tersebut, ke sembilan kelompok besar hantu tersebut dipergunakan dan disebutkan dalam suluk pewayangan seperti ini: "Jin, Setan, Peri, Perayangan, Ilu-ilu, Banaspati, Genderuwo, Memedhi, Tetek-an". Hal ini digunakan untuk menggambarkan dengan lengkap seluruh mahluk halus dengan singkat, tanpa menyebut satu persatu jenis mahluk halus yang jumlahnya ratusan, sebagaimana yang dikenali di dalam masyarakat Jawa dan Budaya Jawa yang dikenal sangat kental dengan hal-hal supranatural.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]
  • Finucane, R. C., Appearances of the Dead: A Cultural History of Ghosts, Prometheus Books, 1984, ISBN 0-87975-238-6.
  • Hervey, Sheila, Some Canadian Ghosts, in series, Original Canadian Pocket Book[s], Richmond Hill, Ont.: Pocket Books, 1973, SBN 671-78629-6
  • Hole, Christina, Haunted England, Batsford: London, 1950.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Fairly, John & Welfare, Simon, Arthur C. Clarke's World of Strange Powers, Putnam: New York, 1985.
  • Felton, D., Haunted Greece and Rome: Ghost Stories From Classical Antiquity, University of Texas Press, 1999.
  • Johnston, Sarah Iles, Restless Dead: Encounters Between the Living and the Dead in Ancient Greece, University of California Press, 1999.
  • MacKenzie, Andrew, Apparitions and Ghosts, Arthur Barker, 1971.
  • Moreman, Christopher, Beyond the Threshold: Afterlife Beliefs and Experiences in World Religions, Rowman & Littlefield, 2008.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) Arti kata memedi dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ (Indonesia) Arti kata dedemit dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  3. ^ (Indonesia) Arti kata lelembut dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  4. ^ Hole, hlm. 150–163
  5. ^ Cohen, Daniel (1984). The encyclopedia of ghosts. Dodd, Mead. hlm. 8. ISBN 978-0-396-08308-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2018-03-31. 
  6. ^ a b Bunge, Mario. Philosophy of Science: From Problem to Theory Diarsipkan 2023-08-14 di Wayback Machine.. Transaction Publishers; 1998. ISBN 978-1-4128-2423-1. hlm. 178–.
  7. ^ a b Regal, Brian (15 October 2009). Pseudoscience: A Critical Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 75–77. ISBN 978-0-313-35508-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2018-03-31. 
  8. ^ Raford, Benjamin. "Ghost-Hunting Mistakes: Science and Pseudoscience in Ghost Investigations". Committee for Skeptical Inquiry. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-28. Diakses tanggal 8 July 2017. 
  9. ^ Levy, Rob; Levy, Stephanie. "Hearing ghost voices relies on pseudoscience and fallibility of human perception". The Conversation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-25. Diakses tanggal 8 July 2017. 
  10. ^ Radford, Benjamin. "Are Ghosts Real?— Evidence Has Not Materialized". Live Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-08. Diakses tanggal 8 July 2017. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]