Nguras enceh: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi 'Nguras enceh adalah tradisi ritual tahunan setiap hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura, penanggalan Jawa. ritual ini berupa membersihkan gentong yang bera...' |
Aldo samulo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
| Baris 1: | Baris 1: | ||
{{hapus:kelayakan}} |
|||
Nguras enceh adalah tradisi ritual tahunan setiap hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura, penanggalan Jawa. ritual ini berupa membersihkan gentong yang berada di makam raja-raja Jawa di [[Imogiri]], [[Bantul]], DI Yogyakarta. Tradisi ini dimaknai sebagai upaya membersihkan diri dan hati dari berbagai hal kotor. |
Nguras enceh adalah tradisi ritual tahunan setiap hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura, penanggalan Jawa. ritual ini berupa membersihkan gentong yang berada di makam raja-raja Jawa di [[Imogiri]], [[Bantul]], DI Yogyakarta. Tradisi ini dimaknai sebagai upaya membersihkan diri dan hati dari berbagai hal kotor. |
||
Revisi per 16 Mei 2010 02.15
Jangan gunakan templat {{hapus:kelayakan}}!
Gunakan {{hapus|A7}} atau {{hapus|A9}} atau {{subst:tak layak}}.
Nguras enceh adalah tradisi ritual tahunan setiap hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura, penanggalan Jawa. ritual ini berupa membersihkan gentong yang berada di makam raja-raja Jawa di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. Tradisi ini dimaknai sebagai upaya membersihkan diri dan hati dari berbagai hal kotor.
Sementara itu, tradisi ritual 1 Sura lainnya diperingati oleh masyarakat Jawa lainnya seperti : Tradisi Sedekah Laut di pesisir-pesisir pantai selatan Jawa dengan melabuh 'uba rambe' di tengah laut. Uba rambe adalah sesaji atau sajen yang berupa nasi tumpeng, kepala kambing, ayam dan aneka makanan kecil tradisional lainnya.
Untuk masyarakat Jawa pedalaman, ritual tradisi 1 Sura berupa Sedekah Gunung Merapi di Kabupaten Boyolali dan ritual mendaki Puncak Sangalikur di Kecamatan Gebog, Kudus.