Candi: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Elaborasi |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
[[Berkas:Hindu Temple in Java , Indonesia.jpg|thumb|245px|Prambanan, Sebuah candi di Jawa]] |
[[Berkas:Hindu Temple in Java , Indonesia.jpg|thumb|245px|Prambanan, Sebuah candi di Jawa]] |
||
'''Candi''' adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama [[Hindu]]-[[Buddha]]. Digunakan sebagai tempat pemujaan [[dewa |
'''Candi''' adalah istilah dalam [[Bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Melayu]] yang merujuk kepada sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama [[Hindu]]-[[Buddha]]. Digunakan sebagai tempat pemujaan [[dewa|dewa-dewa]] ataupun memuliakan [[buddha]]. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha atau klasik [[Indonesia]], baik sebagai [[istana]] ([[kraton]]), pemandian (petirtaan), [[gapura]], dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi. |
||
⚫ | |||
== Etimologi == |
|||
⚫ | |||
Penafsiran yang berkembang di luar negeri adalah; istilah 'candi' hanya merujuk kepada bangunan peninggalan era Hindu-Buddha di [[Nusantara]], yaitu di Indonesia dan Malaysia saja (contoh: Candi [[Lembah Bujang]] di Kedah). Akan tetapi dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia; tidak hanya di Indonesia dan Malaysia, tetapi juga Kamboja dan India, seperti candi [[Angkor Wat]] di Kamboja dan candi [[Khajuraho]] di India. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Fungsi dan Struktur == |
|||
Selain itu candi pula berfungsi sebagai: |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian |
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian |
||
* Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20) |
* Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20) |
||
* Tubuh candi. Terdapat |
* Tubuh candi. Terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung |
||
* Atap candi: berbentuk |
* Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau wajra |
||
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu: |
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan atau tata letak kompleks candi, yaitu: |
||
* Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu |
* Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu posisi candi induk berada di tengah–tengah anak–anak candi (candi perwara), contohnya kelompok candi Prambanan |
||
* System |
* System Berurutan (hasil kreasi asli Indonesia) yaitu posisi candi induk berada di belakang anak–anak candi, contohnya candi Penataran |
||
Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu ''Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha'' dan ''Rsi''. |
Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu ''Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha'' dan ''Rsi''. |
||
Revisi per 29 Oktober 2010 13.56
Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu yang merujuk kepada sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa ataupun memuliakan buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
Etimologi
Penafsiran yang berkembang di luar negeri adalah; istilah 'candi' hanya merujuk kepada bangunan peninggalan era Hindu-Buddha di Nusantara, yaitu di Indonesia dan Malaysia saja (contoh: Candi Lembah Bujang di Kedah). Akan tetapi dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia; tidak hanya di Indonesia dan Malaysia, tetapi juga Kamboja dan India, seperti candi Angkor Wat di Kamboja dan candi Khajuraho di India.
Candi juga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai Dewi kematian. Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati.
Fungsi dan Struktur
Selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh: candi Borobudur
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / di tengah kolam, contoh: candi Belahan dan candi Tikus
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contoh: candi Jalatunda
- Candi Wihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi, contoh: candi Sari dan Plaosan
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau wajra
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan atau tata letak kompleks candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu posisi candi induk berada di tengah–tengah anak–anak candi (candi perwara), contohnya kelompok candi Prambanan
- System Berurutan (hasil kreasi asli Indonesia) yaitu posisi candi induk berada di belakang anak–anak candi, contohnya candi Penataran
Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Bangunan candi terbagi menjadi:
- Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan (Jawa Tengah), C.Panataran di Jawa Timur.
- Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi yang berasal dari masa Majapahit,C.Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), C.Gebang (Yogya),C.Pringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).
- Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh. Contoh: C.Kidal (pendharmaan Anusapati,raja Singhasari), C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari), C.Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk),C. Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan C. Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
Arsitektur Candi
Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota/desa, dll. Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo.
Bahan-bahan untuk membuat candi:
- Batu Andesit
- Batu putih (tuff), seperti di C.Ratu Boko, Jateng
- Bata Merah
Macam-macam denah candi:
- denah bujur sangkar
- denah persegi panjang
- denah lingkaran