Bahasa Melayu Modern: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
⚫ | |||
Bermula pada abad ke-19. Hasil karangan [[Abdullah Abdul Kadir Munshi|Munsyi Abdullah]] dianggap sebagai permulaan zaman '''[[bahasa Melayu]] modern'''. |
Bermula pada abad ke-19. Hasil karangan [[Abdullah Abdul Kadir Munshi|Munsyi Abdullah]] dianggap sebagai permulaan zaman '''[[bahasa Melayu]] modern'''. |
||
Baris 12: | Baris 10: | ||
Selain di Malaysia, [[bahasa Melayu]] juga menjadi [[Bahasa Resmi]] di [[Singapura]], [[Brunei]], [[Timor Timur]] dan [[Indonesia]]. Di Indonesia, bahasa resmi adalah [[Bahasa Indonesia]]. |
Selain di Malaysia, [[bahasa Melayu]] juga menjadi [[Bahasa Resmi]] di [[Singapura]], [[Brunei]], [[Timor Timur]] dan [[Indonesia]]. Di Indonesia, bahasa resmi adalah [[Bahasa Indonesia]]. |
||
⚫ |
Revisi per 26 Februari 2004 00.47
Bermula pada abad ke-19. Hasil karangan Munsyi Abdullah dianggap sebagai permulaan zaman bahasa Melayu modern.
Sebelum penjajahan Inggris, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang tinggi, berfungsi sebagai bahasa perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan, dan bahasa pengantar di pusat pendidikan Islam.
Selepas Perang Dunia II, Inggris merubah dasar menjadikan bahasa Inggris sebagai pengantar dalam sistem pendidikan.
Semasa Malaysia mencapai kemerdekaan, Perlembagaan Persekutuan Perkara 152 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan.
Akta Bahasa Kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi negara. Laporan Razak 1956 mencadangkan bahasa Melayu sebagai pengantar dalam sistem pendidikan negara.
Selain di Malaysia, bahasa Melayu juga menjadi Bahasa Resmi di Singapura, Brunei, Timor Timur dan Indonesia. Di Indonesia, bahasa resmi adalah Bahasa Indonesia.