Lompat ke isi

Tafsir Alkitab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22: Baris 22:
9. Kritik [[Kanonik]]
9. Kritik [[Kanonik]]


Setidaknya kita bisa melihat kegiatan yang dilakukan oleh umat Kristen dalam menafsir berkaitan dengan tiga pihak yang akan prosesnya, yaitu penafsir yang adalah penceramah dalam acara-acara, isi tafsiran Akitab dan ''audience'' atau pendegar kotbah.<ref name="Hayes">Hayes., John H & Holladay, Carl R., Biblical Exegesis, Westminster John Knox Press, Atlanta 1982 </ref>
Setidaknya kita bisa melihat kegiatan yang dilakukan oleh umat Kristen dalam menafsir berkaitan dengan tiga pihak yang ada di dalam prosesnya, yaitu penafsir yang adalah penceramah dalam acara-acara, isi tafsiran Akitab dan ''audience'' atau pendegar kotbah.<ref name="Hayes">Hayes., John H & Holladay, Carl R., Biblical Exegesis, Westminster John Knox Press, Atlanta 1982 </ref>
Berdasarkan waktu penafsirannya, dengan menolak Gaya [[Marcion]], Baker dalam tulisannya ''Satu Alkitab, Dua Perjanjian'' menganggap proses tafsir akan sia-sia seandainya kedua Perjanjian (Lama dan Baru) tidak berkaitan.<ref name="Baker">Baker, David L., Satu Alkitab Dua, Perjanjian,[[BPK Gunung Mulia]], Jakarta halaman 54-60 </ref> Dia memisahkan penafsiran berdasarkan periodenya: Tahun 1930, 1950, 1930, dan pada periode Tahun 50 dia mengungkapkan tahap-tahap penafsiran secara sistemati sebagai berikut: <ref name="Baker">Baker, David L., Satu Alkitab Dua, Perjanjian,BPK Gungun Mulia, Jakarta halaman 54-60 </ref>
Berdasarkan waktu penafsirannya, dengan menolak Gaya [[Marcion]], Baker dalam tulisannya ''Satu Alkitab, Dua Perjanjian'' menganggap proses tafsir akan sia-sia seandainya kedua Perjanjian (Lama dan Baru) tidak berkaitan.<ref name="Baker">Baker, David L., Satu Alkitab Dua, Perjanjian,[[BPK Gunung Mulia]], Jakarta halaman 54-60 </ref> Dia memisahkan penafsiran berdasarkan periodenya: Tahun 1930, 1950, 1930, dan pada periode Tahun 50 dia mengungkapkan tahap-tahap penafsiran secara sistemati sebagai berikut: <ref name="Baker">Baker, David L., Satu Alkitab Dua, Perjanjian,BPK Gungun Mulia, Jakarta halaman 54-60 </ref>



Revisi per 23 Februari 2011 18.49

Tafsir Alkitab adalah suatu usaha untuk menjelaskan, menginterpretasi, menterjemahkan teks-teks Alkitab, yaitu Kitab Suci orang umat Kristen agar bisa dipahami oleh umat pada setiap konteksnya.[1] atau membawa pembaca modern mengerti akan berita yang disampaikan oleh Alkitab.[2]. Unsur penafsiran yang paling kuat adalah linguistik karena selalu berhubungan dengan komunikasi yang punya unsur utama bahasa.[3] Sebenarnya penafsiran ini (secara universal) biasa kita lakukan setiap hari.[4] Usaha penafsiran ini lebih terkenal dengan sebutan Hermeneutika, berasal dari kata Yunani, ερμηνευτική, diambil dari nama dewa Hermes, mitos orang Yunani yang bertugas mewartakan berita dari para dewa kepada manusia.[1] Pembagian penafsiran ini dikelompokkan dalam dua bagian sesuai dengan pembagian naskah Alkitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[1]

Hermeneutik tidak hanya merupakan semacam ilmu pengetahuan, tetapi juga seni, bersifat ilmiah, masuk akal, dapat diuji dan dipertahankan, namun juga indah, harmonis, bahkan sulit didekati dari sisi ilmiah.[1]. Dalam bahasa inggris lazim dipakai istilah exegesis yang diadobsi dari kata Yunani juga, εξήγηση.[1] Arti harafiahnya adalah "membawa keluar", yaitu menarik sebuah pelajaran atau makna dari naskah tertentu, dalam hal ini adalah Alkitab[4] Berdasarkan tingkat kesulitannya, dalam komunikasi lisan bergantung dua variabel, yaitu: 1. keterbukaan komunikasi dari seorang pembicara, pengarang penyunting dari naskah Alkitab terhadap pembaca dan pendegar Alkitab, dan 2. Bentuk naskah dilihat dari ekspresi tulisannya. [4] Setidaknya kita dapat mengenal beberapa metode kritik yang dipakai sebagai alat bedah dalam mengungkap makna teks Alkitabnya;[4]

1. Kritik Teks

2. Kritik Sejarah atau Historis

3. Kritik Tata Bahasa atau Grammatical

4. Kritik Sastra atau Literary

5. Kritik Bentuk atau Form

6. Kritik Tradisi atau Tradition

7. Kritik Redaksi atau Redaction

8. Kritik Struktur atau Structure

9. Kritik Kanonik

Setidaknya kita bisa melihat kegiatan yang dilakukan oleh umat Kristen dalam menafsir berkaitan dengan tiga pihak yang ada di dalam prosesnya, yaitu penafsir yang adalah penceramah dalam acara-acara, isi tafsiran Akitab dan audience atau pendegar kotbah.[4] Berdasarkan waktu penafsirannya, dengan menolak Gaya Marcion, Baker dalam tulisannya Satu Alkitab, Dua Perjanjian menganggap proses tafsir akan sia-sia seandainya kedua Perjanjian (Lama dan Baru) tidak berkaitan.[5] Dia memisahkan penafsiran berdasarkan periodenya: Tahun 1930, 1950, 1930, dan pada periode Tahun 50 dia mengungkapkan tahap-tahap penafsiran secara sistemati sebagai berikut: [5]

1. Teks, terjemahan dan kritik naskah

2. Form atau bentuk sastra

3. Ort atau latar belakang sejarah

4. Wort atau Firman atau penjelasan

5. Ziel atau tujuan atau renungan


Referensi

  1. ^ a b c d e (Indonesia)Sutanto, Hasan., Hermeunetik - Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2001 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Sutanto" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ Klass Kurnia., The Hermeneutics of The Reformers, "Calvin Theolgical Journal November 1984 halaman 121-122
  3. ^ (Indonesia)Banawiratma., Misi: Orientasi Baru, Kanisius, Yogyakarta 1992 Halaman 150
  4. ^ a b c d e Hayes., John H & Holladay, Carl R., Biblical Exegesis, Westminster John Knox Press, Atlanta 1982
  5. ^ a b Baker, David L., Satu Alkitab Dua, Perjanjian,BPK Gunung Mulia, Jakarta halaman 54-60 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Baker" didefinisikan berulang dengan isi berbeda