Logos: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
===Dalam Filsafat=== |
===Dalam Filsafat=== |
||
Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari [[mitos]] ke logos.<ref name="Petualangan">Simon Petrus L.TJahjadi.Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman [[Yunani]] hingga Zaman Modern.Yogyakarta:BPK Kanisius, 2004.hal 16-17.</ref> Sebelumnya [[mitos]] alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi akibat kuasa [[gaib]] dan [[adikodrati]], para [[dewa-dewi]].<ref name="Petualangan"></ref> Seorang pemikir bernama [[Miletos]] dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada [[mitos]] akan tetapi pada [[logos]].<ref name="Petualangan"></ref> Melalui [[Logos]] mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya.<ref name="Petualangan"></ref> Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir.<ref name="Karya Lengkap Driyarkara">A. Sudiarja, SJ dkk."Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang terlibat penuh dalam perjuangan bangsanya".Jakarta:BPK Gramedia Pustaka Utama, 2006.hal 1099.</ref> |
Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari [[mitos]] ke logos.<ref name="Petualangan">Simon Petrus L.TJahjadi.Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman [[Yunani]] hingga Zaman Modern.Yogyakarta:BPK Kanisius, 2004.hal 16-17.</ref> Sebelumnya [[mitos]] alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi akibat kuasa [[gaib]] dan [[adikodrati]], para [[dewa-dewi]].<ref name="Petualangan"></ref> Seorang pemikir bernama [[Miletos]] dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada [[mitos]] akan tetapi pada [[logos]].<ref name="Petualangan"></ref> Melalui [[Logos]] mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya.<ref name="Petualangan"></ref> Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir.<ref name="Karya Lengkap Driyarkara">A. Sudiarja, SJ dkk."Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang terlibat penuh dalam perjuangan bangsanya".Jakarta:BPK Gramedia Pustaka Utama, 2006.hal 1099.</ref> |
||
Istilah [[logos]] juga dipakai oleh aliran [[Stoa]] dengan mengikuti [[Herakleitos]] (abad ke 6 sM).<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Istilah tersebut dipakai untuk mengartikan kekuasaan atau tugas [[ilahi]] yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta(logos spermatikos)]], manusia menjadikan selaras dengan dasar yang |
Istilah [[logos]] juga dipakai oleh aliran [[Stoa]] dengan mengikuti [[Herakleitos]] (abad ke 6 sM).<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Istilah tersebut dipakai untuk mengartikan kekuasaan atau tugas [[ilahi]] yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta(logos spermatikos)]], manusia menjadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan mempunyai logos baik sebagai budi rasio [[(logos endiathetos)]] maupun sebagai kemampuan berbicara [[(logos proforikos)]].<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> |
||
===Dalam Perjanjian Lama=== |
===Dalam Perjanjian Lama=== |
||
Dalam [[tradisi]] orang [[Israel]], ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata [[davar]] bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari [[Allah]] kepada manusia.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> [[Davar]] mengandung [[kuasa]] yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> |
Dalam [[tradisi]] orang [[Israel]], ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Maka ucapan atau [[Firman]] Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata [[davar]] bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari [[Allah]] kepada manusia.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> [[Davar]] mengandung [[kuasa]] yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis.<ref name="Ensiklopedi Alkitab A-L"></ref> |
||
===Dalam Perjanjian Baru=== |
===Dalam Perjanjian Baru=== |
||
Di dalam [[Perjanjian Baru]], kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang [[salib]] (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos.<ref name="Kamus Sejarah Gereja"></ref> Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.<ref name="Kamus Sejarah Gereja">Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.</ref> |
Di dalam [[Perjanjian Baru]], kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang [[salib]] (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos.<ref name="Kamus Sejarah Gereja"></ref> Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.<ref name="Kamus Sejarah Gereja">Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.</ref> |
Revisi per 15 Maret 2011 13.22
Logos adalah salah satu konsep kunci di dalam agama Kristen. Kata Logos atau davar sangat erat hubungan dengan penciptaan, kristologi, soteriologi dan teologi.[1] Sosok Kristus seringkali diidentikkan dengan Logos atau firman Allah yang menjadi daging di dalam teologi Kristen.[1]
Definisi
Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti.[1] Dalam bahasa Ibrani davar berarti hal yang ada di belakang yang adalah firman kreatif Allah dan sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu pengantara Allah dalam hubungan dengan ciptaan-Nya.[2]. Kata ini dipakai dalam LXX (septuaginta) untuk menterjemahkan davar berarti kata, tapi kemudian berkembang dengan berbagai arti: dalam tata bahasa logos mengartikan kalimat yang lengkap dalam logika mengartikan suatu pernyataan yang berdasarkan kenyataan; dalam retorika mengartikan pidato yang tersusun secara tepat.[2]
Pemaknaan
Dalam Filsafat
Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari mitos ke logos.[3] Sebelumnya mitos alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi akibat kuasa gaib dan adikodrati, para dewa-dewi.[3] Seorang pemikir bernama Miletos dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos akan tetapi pada logos.[3] Melalui Logos mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya.[3] Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir.[4] Istilah logos juga dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Herakleitos (abad ke 6 sM).[1] Istilah tersebut dipakai untuk mengartikan kekuasaan atau tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta(logos spermatikos)]], manusia menjadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan mempunyai logos baik sebagai budi rasio (logos endiathetos) maupun sebagai kemampuan berbicara (logos proforikos).[1]
Dalam Perjanjian Lama
Dalam tradisi orang Israel, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata.[1] Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya.[1] Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia.[1] Davar mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis.[1]
Dalam Perjanjian Baru
Di dalam Perjanjian Baru, kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang salib (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos.[5] Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.[5]
Injil Yohanes mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (= existere) dalam bahasa Latin sebelum (=prae) sebelum dunia diciptakan.[6] Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan.[6] Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (=ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat (=homo ousios) dengan Bapa.[6]
referensi
- ^ a b c d e f g h i J.D.Douglas."Ensiklopedi Alkitab".Jakarta.Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.1992.hal 315.
- ^ a b A. Heuken.SJ."Ensiklopedi Gereja".Jakarta.Yayasan Cipta Loka Caraka.2005.hal 149.
- ^ a b c d Simon Petrus L.TJahjadi.Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern.Yogyakarta:BPK Kanisius, 2004.hal 16-17.
- ^ A. Sudiarja, SJ dkk."Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang terlibat penuh dalam perjuangan bangsanya".Jakarta:BPK Gramedia Pustaka Utama, 2006.hal 1099.
- ^ a b Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.
- ^ a b c Dr.Nico Syukur Dister.OFM Teologi Sistematika.Jakarta:Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004.