Kala Rau: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
baru dan stub |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Kala Rau''' adalah setan dalam [[mitologi Bali]]. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari [[Tirta Amertha]] (air kehidupan abadi), walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. [[Dewi Ratih]] yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada dewa [[Wisnu]], yang kemudian melemparkan [[cakram]]nya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala itu hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas |
'''Kala Rau''' adalah setan dalam [[mitologi Bali]]. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari [[Tirta Amertha]] (air kehidupan abadi), walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. [[Dewi Ratih]] yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada dewa [[Wisnu]], yang kemudian melemparkan [[cakram]]nya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala itu hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada dewi Ratih dan mengejarnya di [[kahyangan]]. Terkadang dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini terjadilah [[gerhana bulan]]. |
||
{{stub}} |
{{stub}} |
Revisi per 5 November 2006 09.50
Kala Rau adalah setan dalam mitologi Bali. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari Tirta Amertha (air kehidupan abadi), walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. Dewi Ratih yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada dewa Wisnu, yang kemudian melemparkan cakramnya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala itu hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada dewi Ratih dan mengejarnya di kahyangan. Terkadang dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini terjadilah gerhana bulan.