Warok: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-mengkonsumsi +mengonsumsi) |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Warok Ponorogo.jpg|200px|thumb|Warok Ponorogo]] |
|||
Pengertian dan sosok '''warok''' hingga saat ini masih menjadi kontroversi, siapakah yang sebenarnya pantas disebut [[warok]]. Kadang ia diterjemahkan sebagai sosok yang dikenal sebagai seseorang yang "menguasai ilmu" (''ngelmu'') dalam pengertian [[Kejawen]]. |
Pengertian dan sosok '''warok''' hingga saat ini masih menjadi kontroversi, siapakah yang sebenarnya pantas disebut [[warok]]. Kadang ia diterjemahkan sebagai sosok yang dikenal sebagai seseorang yang "menguasai ilmu" (''ngelmu'') dalam pengertian [[Kejawen]]. |
||
Revisi per 3 Agustus 2011 03.35
Pengertian dan sosok warok hingga saat ini masih menjadi kontroversi, siapakah yang sebenarnya pantas disebut warok. Kadang ia diterjemahkan sebagai sosok yang dikenal sebagai seseorang yang "menguasai ilmu" (ngelmu) dalam pengertian Kejawen.
Ia juga sering berperan sebagai pemimpin lokal informal dengan banyak pengikut. Dalam pentas, sosok warok lebih terlihat sebagai pengawal/punggawa raja Klana Sewandana (warok muda) atau sesepuh dan guru (warok tua). Dalam pentas, sosok warok muda digambarkan tengah berlatih mengolah ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada, kumis dan jambang lebat serta mata yang tajam. Sementara warok tua digambarkan sebagai pelatih atau pengawas warok muda yang digambarkan berbadan kurus, berjanggut putih panjang, dan berjalan dengan bantuan tongkat.
Pada awalnya warok digambarkan sebagai sosok pengolah kanuragan yang demi pencapaiannya ilmunya, tidak berhubungan dengan wanita, melainkan dengan bocah lelaki berumur 8-15 tahun yang acapkali disebut gemblakan. Seringkali para warok juga mengonsumsi minuman keras. Namun saat ini warok telah mengalami perubahan paradigma.