Lompat ke isi

Apodiktik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bersih-bersih pekerjaan rumah yang dibengkalaikan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Menambah: oc:Apodictica
Baris 12: Baris 12:
[[Kategori:Bahasa]]
[[Kategori:Bahasa]]
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Filsafat]]



[[ca:Apodíctic]]
[[ca:Apodíctic]]
Baris 21: Baris 20:
[[fr:Apodictique]]
[[fr:Apodictique]]
[[it:Apodittico]]
[[it:Apodittico]]
[[oc:Apodictica]]

Revisi per 14 Juli 2011 23.05

Aritoteles - Tokoh logika yang mengangkat apodiktik dalam pengetahuan

Apodiktik adalah istilah yang dipakai oleh Aristoteles untuk memperlihatkan sesuatu secara pasti dibedakan dari pandangan yang hanya kemungkinan-kemunginan saja.[1] Pengetahuan yang diajukan bersifat pasti dan bersifat niscaya.[1] Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani apo = "dari" dan deiknynai berarti "memperlihatkan".[1]

Posisi yang dikemukakan Aritoteles dalam logikanya dibedakan dari istilah dialektika eristik atau dapat diperdebatkan.[1] Baginya, apodiktik adalah sesuatu yang tidak dapat diperdebatkan karena sudah pasti dan jelas.[1] Dalam hal keputusan, maka keputusan itu bersifat mutlak benar.[1] Apodiktik menunjukkan bukti hakiki yang ditarik secara deduktif dari premis-premis yang mutlak benar.[1]

Dalam dunia hermeneutika Alkitab atau penafsiran Kitab Suci, penggunaan apodiktik terdapat hukum-hukum yang merupakan perintah dalam tradisi Israel dalam Perjanjian Lama.[2] Misalnya perintah untuk menuruti hukum-hukum yang tidak dapat dibantah oleh umat pada waktu itu.[2] Contohnya terdapat dalam Kitab Imamat 18 ayat 8 yang melarang seorang anak menggauli isteri ayahnya, mana mungkin seorang anak meniduri ibunya.[2] Masyarakat waktu itu jelas menerima dengan mutlak hukum itu.[2] Atau dalam Kitab Ulangan 17 ayat 6 yang menyaratkan sebuah hukuman hanya boleh diputuskan bila terdapat saksi yang harus lebih dari satu, yaitu dua atau tiga, dengan begitu kebenaran bisa dipertanggungjawahkan sesuai bukti-bukti.[2]

referensi

  1. ^ a b c d e f g (Indonesia)Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Dianne Bergant & Robert J. Karris., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002, Hlm. 104