Abdullah Faqih: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 38: | Baris 38: | ||
* Santri [[Pondok Pesantren Al-Hidayah]] di [[Lasem, Rembang]], Jawa Tengah, tapi tidak lama, asuhan Mbah Abdur Rochim. |
* Santri [[Pondok Pesantren Al-Hidayah]] di [[Lasem, Rembang]], Jawa Tengah, tapi tidak lama, asuhan Mbah Abdur Rochim. |
||
* Belajar di Makkah, Arab Saudi, asuhan [[Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki]] |
* Belajar di Makkah, Arab Saudi, asuhan [[Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki]] |
||
== Keluarga == |
|||
Kiai Faqih menikah dengan Nyai Hj. Khunainah binti [[Bisri|K.H. Bisri]], asal Rembang. <!--Mereka dikaruniai 12 orang anak.-> |
|||
== Karier dan Politik == |
== Karier dan Politik == |
||
Kiai Faqih memimpin Pondok Pesantren Langitan sejak tahun 1971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid. Ia didampingi pamannya, KH Ahmad Marzuki Zahid. |
Kiai Faqih memimpin Pondok Pesantren Langitan (adalah generasi kelima) sejak tahun 1971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid. Ia didampingi pamannya, KH Ahmad Marzuki Zahid. |
||
Di kalangan [[Nahdlatul Ulama]] dikenal istilah kiai khos atau kiai utama. Ada syarat tertentu sebelum seorang kiai masuk kategori khos. Antara lain, mereka harus mempunyai wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual yang tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan-keinginan duniawi. Dengan kata lain, mereka sudah memiliki kemampuan waskita. Nah, Kiai Faqih termasuk dalam kategori kiai waskita itu. Tentu saja organisasi sebesar NU punya banyak kiai khos. Tapi, Kiai Faqihlah yang kerap jadi rujukan utama di kalangan Nahdliyin, terutama menyangkut kepentingan publik. |
Di kalangan [[Nahdlatul Ulama]] dikenal istilah kiai khos atau kiai utama. Ada syarat tertentu sebelum seorang kiai masuk kategori khos. Antara lain, mereka harus mempunyai wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual yang tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan-keinginan duniawi. Dengan kata lain, mereka sudah memiliki kemampuan waskita. Nah, Kiai Faqih termasuk dalam kategori kiai waskita itu. Tentu saja organisasi sebesar NU punya banyak kiai khos. Tapi, Kiai Faqihlah yang kerap jadi rujukan utama di kalangan Nahdliyin, terutama menyangkut kepentingan publik. |
Revisi per 3 Maret 2012 04.51
K.H. Abdullah Faqih | |
---|---|
Lahir | 2 Mei 1932 Widang, Tuban |
Meninggal | 29 Februari 2012 Widang, Tuban |
Pekerjaan | Pengasuh Pondok Pesantren Langitan |
Dikenal atas | Poros Langitan |
Gelar | K.H. |
Pendahulu | KH Abdul Hadi Zahid |
Partai politik | NU |
Suami/istri | Nyai Hj. Khunainah |
Anak | Ubaidillah, Muhammad, Mujib, Hanifah, Mujab, Ma’shum, Abdullah, Abdurrahman, Amirah |
K.H. Abdullah Faqih (2 Mei 1932 – 29 Februari 2012) adalah seorang kiai atau Ulama yang berpengaruh serta pengasuh Pondok Pesantren Langitan.
Pendidikan
- Santri Pondok Pesantren Langitan, di Widang, Tuban asuhan K.H. Rofi’i Zahid, ayahnya.
- Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, tapi tidak lama, asuhan Mbah Abdur Rochim.
- Belajar di Makkah, Arab Saudi, asuhan Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki
Keluarga
Kiai Faqih menikah dengan Nyai Hj. Khunainah binti K.H. Bisri, asal Rembang.