Vihara: Perbedaan antara revisi
Baris 17: | Baris 17: | ||
[[Kategori:Vihara| ]] |
[[Kategori:Vihara| ]] |
||
[[bjn:Vihara]] |
|||
[[ca:Vihāra]] |
|||
[[cs:Vihára]] |
|||
[[de:Vihara]] |
|||
[[en:Vihara]] |
|||
[[es:Vihara]] |
|||
[[et:Vihaara]] |
|||
[[fa:ویهارا]] |
|||
[[fr:Vihara]] |
|||
[[hi:विहार]] |
|||
[[ja:精舎]] |
|||
[[jv:Vihara]] |
|||
[[mn:Хийд]] |
|||
[[nl:Vihara]] |
|||
[[pl:Wihara]] |
|||
[[pnb:وہار]] |
|||
[[ru:Вихара]] |
|||
[[su:Wihara]] |
|||
[[th:วิหาร]] |
|||
[[uk:Вігара]] |
|||
[[vi:Tịnh xá]] |
Revisi per 5 April 2013 22.35
Vihara (dibaca "wihara" - V diucapkan sebagai W) adalah rumah ibadah umat Buddha.
Vihara, klenteng dan Orde Baru
Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Kelenteng adalah rumah ibadah penganut taoisme, maupun konfuciusisme. Tetapi di Indonesia, karena orang yg ke vihara/kuil/kelenteng, umumnya adalah etnis tionghoa, maka menjadi agak sulit untuk di bedakan, karena umumnya sudah terjadi sinkritisme antara Buddhisme, Taoisme, dan Konfuciusisme. Salah satu contohnya adalah Vihara Kalyana Mitta yang terletak di daerah pekojan - jakarta barat. Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan dari klenteng dan vihara. Klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi. Klenteng pada dasarnya beraritektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari Tiongkok.
Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi istilah dari bahasa Sanskerta ataupun bahasa Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara.
Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak vihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara. Adapun