Lompat ke isi

Sedyatmo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:1974 03 02 Sedijatmo doktor honoris causa ITB.jpg|jmpl|ka|Prof. Dr.(HC) Ir. Sedijatmo menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Pengetahuan Teknik Pada Hari Lustrum [[Institut Teknologi Bandung]] pada tanggal 2 Maret 1974 di Bandung. Dari kiri ke kanan: Rektor ITB Prof Dr. [[Doddy Achdiat Tisna Amidjaja]], Ibu Supeni Sedijatmo, SH, Prof. Ir. [[Soetedjo]] selaku promotor, Prof. Dr.(HC) Ir. [[Sedijatmo]], dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr. [[Syarief Thayeb]].]]
'''Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo''' atau Sedijatmo<ref name="hc"/> atau Sediyatmo<ref name="go"/> (lahir di [[Karanganyar]], [[Jawa Tengah]], [[24 Oktober]] [[1909]] – meninggal di [[Jakarta]], [[1984]]) adalah seorang [[insinyur]] [[Indonesia]]. Sedyatmo yang sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal karena banyak akalnya menempuh pendidikan di ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' (THS) (sekarang [[ITB]]) [[Kota Bandung|Bandung]]. Selesai dari [[THS]] pada [[1934]], Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Sedyatmo dikenal karena menemukan "[[Konstruksi Cakar Ayam]]" pada tahun 1962. Temuan Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan [[apron]] Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, [[Kota Surabaya|Surabaya]], landasan [[bandara Polonia]], [[Kota Medan|Medan]], dan landasan [[bandara Soekarno-Hatta]], [[Jakarta]]. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.
'''Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo''' atau Sedijatmo<ref name="hc"/> atau Sediyatmo<ref name="go"/> (lahir di [[Karanganyar]], [[Jawa Tengah]], [[24 Oktober]] [[1909]] – meninggal di [[Jakarta]], [[1984]]) adalah seorang [[insinyur]] [[Indonesia]]. Sedyatmo yang sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal karena banyak akalnya menempuh pendidikan di ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' (THS) (sekarang [[ITB]]) [[Kota Bandung|Bandung]]. Selesai dari [[THS]] pada [[1934]], Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Sedyatmo dikenal karena menemukan "[[Konstruksi Cakar Ayam]]" pada tahun 1962. Temuan Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan [[apron]] Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, [[Kota Surabaya|Surabaya]], landasan [[bandara Polonia]], [[Kota Medan|Medan]], dan landasan [[bandara Soekarno-Hatta]], [[Jakarta]]. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.



Revisi per 7 April 2013 13.23

Berkas:1974 03 02 Sedijatmo doktor honoris causa ITB.jpg
Prof. Dr.(HC) Ir. Sedijatmo menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Pengetahuan Teknik Pada Hari Lustrum Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1974 di Bandung. Dari kiri ke kanan: Rektor ITB Prof Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja, Ibu Supeni Sedijatmo, SH, Prof. Ir. Soetedjo selaku promotor, Prof. Dr.(HC) Ir. Sedijatmo, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr. Syarief Thayeb.

Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo atau Sedijatmo[1] atau Sediyatmo[2] (lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 24 Oktober 1909 – meninggal di Jakarta, 1984) adalah seorang insinyur Indonesia. Sedyatmo yang sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal karena banyak akalnya menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) (sekarang ITB) Bandung. Selesai dari THS pada 1934, Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Sedyatmo dikenal karena menemukan "Konstruksi Cakar Ayam" pada tahun 1962. Temuan Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya, landasan bandara Polonia, Medan, dan landasan bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.

Pada Lustrum ketiga (Dies Natalis ke-15) Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Maret 1974 Sedijatmo menerima penghormatan berupa Doctor Honoris Causa dalam Ilmu pengetahuan Teknik dari Senat ITB, atas dasar penilaian terhadap jasa-jasanya sebagai Insinyur, dengan promotor Prof. Ir. Soetedjo.[1][2]

Nama Sedyatmo kemudian diabadikan sebagai nama jalan bebas hambatan dari Jakarta menuju bandara Soekarno-Hatta. Profesor Sedyatmo meninggal dunia di usia 75 tahun pada 1984 dan dimakamkan di Karanganyar. Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra Kelas I kepada Sedyatmo atas jasa-jasanya.

Catatan

  1. ^ a b Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa Dalam Ilmu Pengetahuan Teknik
  2. ^ a b Pidato pada upacara penerimaan gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu pengetahuan teknik, pada tanggal 2 Maret 1974 di aula ITB Bandung

Pranala luar