Lompat ke isi

Jambewangi, Sempu, Banyuwangi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Wikify}}
{{kelurahan
{{kelurahan
|peta =
|peta =
Baris 14: Baris 15:
'''Jambewangi''' adalah sebuah nama [[desa]] di wilayah [[Sempu, Banyuwangi|Sempu]], [[Kabupaten Banyuwangi]], Provinsi [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].
'''Jambewangi''' adalah sebuah nama [[desa]] di wilayah [[Sempu, Banyuwangi|Sempu]], [[Kabupaten Banyuwangi]], Provinsi [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].


'''Sejarah Desa Jambewangi'''
==Sejarah==

Pada zaman duhulu sekitar tahun 1930 di Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian barat tepatnya di lereng kaki Gunung Raung sebelah selatan ada sebuah daerah subur yang diberi nama Desa Jambewangi.
Pada zaman duhulu sekitar tahun 1930 di Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian barat tepatnya di lereng kaki Gunung Raung sebelah selatan ada sebuah daerah subur yang diberi nama Desa Jambewangi.
Konon nama "Jambewangi" sebelumnya adalah nama sebuah Dusun yang masuk wilayah Desa Sempu, sedangkan nama asal-usul "Jambewangi" diambil dari nama Desa asal para pendatang yang pertama kali membuka hutan (babat) di daerah itu untuk kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman atau dusun, adapun daerah asal pendatang tersebut adalah Desa Jambewangi, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, Proponsi Jawa Timur. Pemberian nama yang sama dengan nama desa asal para pendatang bertujuan agar mereka bisa krasan tinggal di daerah baru tersebut..
Penyebutan "Jambewangi" menjadi nama sebuah Desa berawal ketika Desa Sempu dipecah menjadi dua Desa, dimana Desa pecahannya yang meliputi Dusun Jambewangi, Dusun Tlogosari, Dusun Parastembok, Dusun Panjen dan Dusun Sumberjo memiliki Kepala Desa pertama yang berasal dari Dusun Jambewangi yaitu Bapak Djojo Redjo. Karena Bapak Djojo Redjo berasal dari Dusun Jambewangi, maka masyarakat seringkali menyebut Kades Djojo Redjo dengan sebutan "Lurah Jambewangi", sehingga kemudian sebutan Lurah Jambewangi menjadi akrab di telinga masyarakat dan selanjutnya nama "Jambewangi" digunakan pula untuk menyebut nama desa pecahan dari Desa Sempu tersebut yaitu Desa Jambewangi.
Lambat laun Desa Jambewangi yang pada saat itu masih jarang Penduduknya kemudian menjadi sebuah Desa yang cukup padat Penduduknya hingga kini, terlebih setelah bertahun-tahun sesudahnya banyak berdatangan para pendatang baru terutama yang berasal dari wilayah Jawa Timur bagian Barat seperti Blitar, Ponorogo, Kediri, Malang dan Jember serta dari Wilayah Jawa Tengah seperti Solo dan Jogyakarta ke Desa Jambewangi untuk bertani dengan membuka kembali kawasan hutan di sekitarnya. Dengan demikian, karena mayoritas penduduk Desa Jambewangi banyak berasal dari suku Jawa maka bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa.
Demikian asal-usul Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, yang bisa digali melalui para sesepuh Desa Jambewangi yang masih hidup dan para tokoh Masyarakat Desa Jambewangi.


Konon nama "Jambewangi" sebelumnya adalah nama sebuah Dusun yang masuk wilayah Desa Sempu, sedangkan nama asal-usul "Jambewangi" diambil dari nama Desa asal para pendatang yang pertama kali membuka hutan (babat) di daerah itu untuk kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman atau dusun, adapun daerah asal pendatang tersebut adalah Desa Jambewangi, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, Proponsi Jawa Timur. Pemberian nama yang sama dengan nama desa asal para pendatang bertujuan agar mereka bisa krasan tinggal di daerah baru tersebut.
Narasumber : Sesepuh Desa Jambewangi ( Bapak Masni Sastro Sumarto, Ibu Saliyem dan Bapak Rosidi )


Penyebutan "Jambewangi" menjadi nama sebuah Desa berawal ketika Desa Sempu dipecah menjadi dua Desa, dimana Desa pecahannya yang meliputi Dusun Jambewangi, Dusun Tlogosari, Dusun Parastembok, Dusun Panjen dan Dusun Sumberjo memiliki Kepala Desa pertama yang berasal dari Dusun Jambewangi yaitu Bapak Djojo Redjo. Karena Bapak Djojo Redjo berasal dari Dusun Jambewangi, maka masyarakat seringkali menyebut Kades Djojo Redjo dengan sebutan "Lurah Jambewangi", sehingga kemudian sebutan Lurah Jambewangi menjadi akrab di telinga masyarakat dan selanjutnya nama "Jambewangi" digunakan pula untuk menyebut nama desa pecahan dari Desa Sempu tersebut yaitu Desa Jambewangi.
<!--

Lambat laun Desa Jambewangi yang pada saat itu masih jarang Penduduknya kemudian menjadi sebuah Desa yang cukup padat Penduduknya hingga kini, terlebih setelah bertahun-tahun sesudahnya banyak berdatangan para pendatang baru terutama yang berasal dari wilayah Jawa Timur bagian Barat seperti Blitar, Ponorogo, Kediri, Malang dan Jember serta dari Wilayah Jawa Tengah seperti Solo dan Jogyakarta ke Desa Jambewangi untuk bertani dengan membuka kembali kawasan hutan di sekitarnya. Dengan demikian, karena mayoritas penduduk Desa Jambewangi banyak berasal dari suku Jawa maka bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa.
Demikian asal-usul Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, yang bisa digali melalui para sesepuh Desa Jambewangi yang masih hidup dan para tokoh Masyarakat Desa Jambewangi.<!--
dalam desa tersebut terdapat beberapa dusun,yakni
dalam desa tersebut terdapat beberapa dusun,yakni
- dusun krajan
- dusun krajan

Revisi per 18 Desember 2012 04.36

Jambewangi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenBanyuwangi
KecamatanSempu
Kodepos
68468
Kode Kemendagri35.10.20.2002 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3510150003 Edit nilai pada Wikidata
Luas4.339,47 Ha. km2
Jumlah penduduk20.315 jiwa
Kepadatan... jiwa/km2


Jambewangi adalah sebuah nama desa di wilayah Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Sejarah

Pada zaman duhulu sekitar tahun 1930 di Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian barat tepatnya di lereng kaki Gunung Raung sebelah selatan ada sebuah daerah subur yang diberi nama Desa Jambewangi.

Konon nama "Jambewangi" sebelumnya adalah nama sebuah Dusun yang masuk wilayah Desa Sempu, sedangkan nama asal-usul "Jambewangi" diambil dari nama Desa asal para pendatang yang pertama kali membuka hutan (babat) di daerah itu untuk kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman atau dusun, adapun daerah asal pendatang tersebut adalah Desa Jambewangi, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, Proponsi Jawa Timur. Pemberian nama yang sama dengan nama desa asal para pendatang bertujuan agar mereka bisa krasan tinggal di daerah baru tersebut.

Penyebutan "Jambewangi" menjadi nama sebuah Desa berawal ketika Desa Sempu dipecah menjadi dua Desa, dimana Desa pecahannya yang meliputi Dusun Jambewangi, Dusun Tlogosari, Dusun Parastembok, Dusun Panjen dan Dusun Sumberjo memiliki Kepala Desa pertama yang berasal dari Dusun Jambewangi yaitu Bapak Djojo Redjo. Karena Bapak Djojo Redjo berasal dari Dusun Jambewangi, maka masyarakat seringkali menyebut Kades Djojo Redjo dengan sebutan "Lurah Jambewangi", sehingga kemudian sebutan Lurah Jambewangi menjadi akrab di telinga masyarakat dan selanjutnya nama "Jambewangi" digunakan pula untuk menyebut nama desa pecahan dari Desa Sempu tersebut yaitu Desa Jambewangi.

Lambat laun Desa Jambewangi yang pada saat itu masih jarang Penduduknya kemudian menjadi sebuah Desa yang cukup padat Penduduknya hingga kini, terlebih setelah bertahun-tahun sesudahnya banyak berdatangan para pendatang baru terutama yang berasal dari wilayah Jawa Timur bagian Barat seperti Blitar, Ponorogo, Kediri, Malang dan Jember serta dari Wilayah Jawa Tengah seperti Solo dan Jogyakarta ke Desa Jambewangi untuk bertani dengan membuka kembali kawasan hutan di sekitarnya. Dengan demikian, karena mayoritas penduduk Desa Jambewangi banyak berasal dari suku Jawa maka bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa. Demikian asal-usul Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, yang bisa digali melalui para sesepuh Desa Jambewangi yang masih hidup dan para tokoh Masyarakat Desa Jambewangi.

Pranala luar