Lompat ke isi

Sigalingging: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andy.sms (bicara | kontrib)
Andy.sms (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29: Baris 29:
# Raja Tinatea (Sitambolang)
# Raja Tinatea (Sitambolang)
# Namora Pangujian (Parhaliang)
# Namora Pangujian (Parhaliang)


== Tarombo Sitempang (Sitanggang Manihuruk Sidauruk Sigalingging) ==

# Raja Natanggang / Raja Pangururan
Nama Raja Natanggang yang juga disebut Raja Pangururan, perobahan nama ini adalah karena setelah huta yang dibangun Raja Sitempang berkembang, banyak orang yang datang berdagang dan keperluan lainnyake huta tersebut.
Raja Sitempang membangun PARTUNGKOAN yaitu tempat berkumpul layaknya seperti kedai atau Lapo saat ini. Lapo ini juga berfungsi sebagai tempat berjudi.
Menurut cerita, tak pernah pendatang menang berjudi di Partongkoan ini, sehingga menjadi buah bibir setiap pengunjung dan menyatakan tempat itu PANG-URUR-AN,karena setiap berkunjung ke tempat itu selalu mang – urur – i, selalu kehabisan uang atau kekurangan Uang, kadang-kadang pulang hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya saja. Dan Akhirnya Raja Sitempang/ Raja Natanggang mewariskan kerajaanya pada Anaknya Raja Natanggang, jadilah Raja Natanggang pemilik partongkoan tersebut diberi gelar nama menjadi RAJA PANGURURAN, yang punya
Huta dan tentu saja yang menjadi Raja Huta.

# Bius Sitolu Hae Horbo
Bius Pangururan disebut Bius Sitolu Tali yang kemudian berubah nama menjadi Bius Sitolu Hae Horbo. Disebut Tolu Hae karena yang memiliki harajaon adalah tiga Marga yaitu : Sitanggang, Simbolon dan Naibaho. Apabila ada acara, maka masing-masing marga ini dapat sakhae dari kerbau yang disembelih. Konon katanya, hae keempat ditanam dibatu mamak. Kemudian dalam perkembangannya hae keempat diberikan
kepada pargonsi. Ternyata marga Munthe tidak mempunyai atau tidak memiliki bius di Pangururan ( Bius Munthe tidaka ada di Pangururan ).

# Aek Parsuangan
Di salah satu sisi di Gunung Pusuk Buhit, ada 3 (Tiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah : Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.

[[File:Tarombositempang.png|thumb|Add caption here]]




== Kumpulan Marga Sigalingging ==
== Kumpulan Marga Sigalingging ==

Revisi per 9 Mei 2013 02.15

Sigalingging adalah salah satu marga dari suku Batak di Indonesia.

Sejarah Raja Sigalinging/ Tarombo Raja Sigalingging

Sigalingging adalah termasuk dalam marga-marga PomparAn ni Raja Nai Ambaton atau Parna, yang asal leluhur Raja Sigalingging berasal dari Saitnihuta,_Pangururan,_Samosir.[1] Silsilah dari Raja Batak sampai dengan Raja Sigalingging sebagai berikut:

Berkas:Tugu sigalingging.png
Add caption here

Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang anak

  1. Guru Tatea Bulan
  2. Raja Sumba

Raja Sumba mempunyai 3 (tiga) orang anak

  1. Raja Nabolon (Nai Ambaton)
  2. Raja Mangarerak (Nai Rasaon)
  3. Raja Tuan Sorba Dibanua (Nai Suanon)

Raja Nai Ambaton mempunyai 2 (dua) orang anak

  1. Raja Sitempang
  2. Raja Nabolon

Raja Sitempang mempunyai 2 (dua ) orang anak

  1. Op. Tanjabau (Raja Pangururan)
  2. Op. Tongging ( Raja Munthe)

Op. Tanjabau mempunyai 2 (dua) orang anak

  1. Sitanggang
  2. Sigalingging

Raja Sigalingging ada 3 (tiga) orang anak

  1. Guru Mangarissan (Sigorak)
  2. Raja Tinatea (Sitambolang)
  3. Namora Pangujian (Parhaliang)


Tarombo Sitempang (Sitanggang Manihuruk Sidauruk Sigalingging)

  1. Raja Natanggang / Raja Pangururan

Nama Raja Natanggang yang juga disebut Raja Pangururan, perobahan nama ini adalah karena setelah huta yang dibangun Raja Sitempang berkembang, banyak orang yang datang berdagang dan keperluan lainnyake huta tersebut. Raja Sitempang membangun PARTUNGKOAN yaitu tempat berkumpul layaknya seperti kedai atau Lapo saat ini. Lapo ini juga berfungsi sebagai tempat berjudi. Menurut cerita, tak pernah pendatang menang berjudi di Partongkoan ini, sehingga menjadi buah bibir setiap pengunjung dan menyatakan tempat itu PANG-URUR-AN,karena setiap berkunjung ke tempat itu selalu mang – urur – i, selalu kehabisan uang atau kekurangan Uang, kadang-kadang pulang hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya saja. Dan Akhirnya Raja Sitempang/ Raja Natanggang mewariskan kerajaanya pada Anaknya Raja Natanggang, jadilah Raja Natanggang pemilik partongkoan tersebut diberi gelar nama menjadi RAJA PANGURURAN, yang punya Huta dan tentu saja yang menjadi Raja Huta.

  1. Bius Sitolu Hae Horbo

Bius Pangururan disebut Bius Sitolu Tali yang kemudian berubah nama menjadi Bius Sitolu Hae Horbo. Disebut Tolu Hae karena yang memiliki harajaon adalah tiga Marga yaitu : Sitanggang, Simbolon dan Naibaho. Apabila ada acara, maka masing-masing marga ini dapat sakhae dari kerbau yang disembelih. Konon katanya, hae keempat ditanam dibatu mamak. Kemudian dalam perkembangannya hae keempat diberikan kepada pargonsi. Ternyata marga Munthe tidak mempunyai atau tidak memiliki bius di Pangururan ( Bius Munthe tidaka ada di Pangururan ).

  1. Aek Parsuangan

Di salah satu sisi di Gunung Pusuk Buhit, ada 3 (Tiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah : Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.

Berkas:Tarombositempang.png
Add caption here


Kumpulan Marga Sigalingging

Persatuan keluarga besar keturunan Raja Sigalingging berdasarkan Hasil Mubes Sigalingging tgl 6-7 Juli 2012 di Pangururan Hotel Dainang yakni : PARSADAAN POMPARAN RAJA SIGALINGGING (PPRS).

Pranala luar

Refrensi

  1. ^ Buku yang berjudul Tarombo Raja Sigalingging