Lompat ke isi

Paulus Wirasmohadi Soerjo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pai Walisongo (bicara | kontrib)
Meminta penghapusan cepat dengan alasan "Spam artikel satu baris". (TW)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{hapus|reason|1=Spam artikel satu baris}}
'''Pastor Paulus Wirasmohadi Soerjo, [[Projo|Pr]]''' ({{lahirmati|[[Yogyakarta]]|28|6|1965}}) adalah [[Vikaris jenderal]] [[Gereja Katolik Roma]] untuk [[Keuskupan Bandung]].
'''Pastor Paulus Wirasmohadi Soerjo, [[Projo|Pr]]''' ({{lahirmati|[[Yogyakarta]]|28|6|1965}}) adalah [[Vikaris jenderal]] [[Gereja Katolik Roma]] untuk [[Keuskupan Bandung]].


Romo yang sebelum menjabat sebagai Vikaris Jenderal ini sempat menjabat sebagai Rektor Seminari Tinggi Fermentum selama 3, 5 tahun tersebut melihat perkembangan Keuskupan Bandung bukan dari jumlah, tetapi lebih pada soal kehidupan. Beliau melihat berkembangnya keinginan untuk tumbuh dan berusaha bersama-sama. “Saya hampir 4 tahun menjabat sebagai Vikaris Jenderal, jadi saya membandingkan beberapa hal dengan sebelumnya, tidak secara langsung, tapi dari cerita umat awam. Mulai dari Muspas 2009, umat bercerita bahwa Muspas tersebut dibanding pada Muspas tahun 2004 berbeda. Karena pada Muspas 2009 tersebut yang dinilai mencolok adalah banyaknya jumlah awam, Suster dan Romo. Pada Muspas 2004, Romo bahkan tidak ada, hanya ada 1 atau 2 dan hanya ikut sepotong sepotong.

Banyak umat baik yang aktif di DKP atau dari paroki yang bercerita seputar hal ini.” Selain itu juga dalam Muspas 2009 tersebut, dapat dilihat betapa besarnya keterlibatan umat. Perumusan Muspas tersebut pun merupakan hasil kerja bareng umat awam dan Romo yang hadir dalam Muspas. Kalau sebelumnya dalam Muspas ada tim sendiri yang merumuskan Muspas, baru kemudian tim tersebut berkeliling ke paroki-paroki, kali ini semua langsung dirumuskan dengan melibatkan umat.

“Hal ini menggembirakan, karena saat kami [Rm. Didiek bersama Bpk. Uskup Johannes Pudjasumarta-red] keliling Paroki di Keuskupan Bandung, Paroki mengatakan bahwa baru 2009 tersebut ada istilah supervisi yang juga baru pertama kali diadakan,” jelas Romo kelahiran Jogja yang pada 28 Juni nanti ini merayakan Hari Jadinya yang ke 47. “Dengan adanya supervisi ini, relasi antar yang bertugas di Kuria Keuskupan dengan Paroki lebih terasa. Sekarang bila bertemu umat tidak terasa asing. Sudah semakin kenal. Saya merasa persaudaraan tumbuh semakin kuat. Termasuk ketika di Paroki ada berita atau perkembangan apa, kami di Kuria pun bisa mengetahui hal tersebut.”

Gerak bersama di Keuskupan Bandung pun semakin terasa sejak Muspas 2009 tersebut, meski Muspas yang diadakan untuk membuat Fokus Pastoral 5 tahunan ini telah diadakan sejak tahun 1999 lalu. Sejak usai Muspas 2009 tersebut, pada Desember 2009 untuk pertama kalinya juga Keuskupan Bandung mengadakan Rapat Kerja. Demikian juga dengan Evaluasi Tengah Tahun yang diadakan pada Juni 2010. “Dari Evaluasi Tengah Tahun tersebut makin terasa apa yang masih bisa diusahakan, apa yang kurang dan masih bisa diusahakan. Kemudian diadakan kembali rapat kerja pada akhir tahun 2010, lalu Evaluasi tengah tahun pada Juni 2011. Sudah mulai rutin terus seperti itu. Manajemen pastoral tersebut membuat pelayanan menjadi lebih mudah. Program Keuskupan Bandung saat ini adalah melaksanakan Fokus Pastoral sebaik mungkin dan bersama-sama, saya yakin akhir 2014 akan ada sesuatu yang berbeda di Keuskupan ini. Secara keseluruan, dari berbagai sisi kehidupan umat, saya optimis ada sesuatu yang berbeda,” ungkap beliau.

== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Indo-bio-stub}}
{{Indo-bio-stub}}

Revisi per 9 September 2013 14.13

Pastor Paulus Wirasmohadi Soerjo, Pr (lahir 28 Juni 1965) adalah Vikaris jenderal Gereja Katolik Roma untuk Keuskupan Bandung.

Romo yang sebelum menjabat sebagai Vikaris Jenderal ini sempat menjabat sebagai Rektor Seminari Tinggi Fermentum selama 3, 5 tahun tersebut melihat perkembangan Keuskupan Bandung bukan dari jumlah, tetapi lebih pada soal kehidupan. Beliau melihat berkembangnya keinginan untuk tumbuh dan berusaha bersama-sama. “Saya hampir 4 tahun menjabat sebagai Vikaris Jenderal, jadi saya membandingkan beberapa hal dengan sebelumnya, tidak secara langsung, tapi dari cerita umat awam. Mulai dari Muspas 2009, umat bercerita bahwa Muspas tersebut dibanding pada Muspas tahun 2004 berbeda. Karena pada Muspas 2009 tersebut yang dinilai mencolok adalah banyaknya jumlah awam, Suster dan Romo. Pada Muspas 2004, Romo bahkan tidak ada, hanya ada 1 atau 2 dan hanya ikut sepotong sepotong.

Banyak umat baik yang aktif di DKP atau dari paroki yang bercerita seputar hal ini.” Selain itu juga dalam Muspas 2009 tersebut, dapat dilihat betapa besarnya keterlibatan umat. Perumusan Muspas tersebut pun merupakan hasil kerja bareng umat awam dan Romo yang hadir dalam Muspas. Kalau sebelumnya dalam Muspas ada tim sendiri yang merumuskan Muspas, baru kemudian tim tersebut berkeliling ke paroki-paroki, kali ini semua langsung dirumuskan dengan melibatkan umat.

“Hal ini menggembirakan, karena saat kami [Rm. Didiek bersama Bpk. Uskup Johannes Pudjasumarta-red] keliling Paroki di Keuskupan Bandung, Paroki mengatakan bahwa baru 2009 tersebut ada istilah supervisi yang juga baru pertama kali diadakan,” jelas Romo kelahiran Jogja yang pada 28 Juni nanti ini merayakan Hari Jadinya yang ke 47. “Dengan adanya supervisi ini, relasi antar yang bertugas di Kuria Keuskupan dengan Paroki lebih terasa. Sekarang bila bertemu umat tidak terasa asing. Sudah semakin kenal. Saya merasa persaudaraan tumbuh semakin kuat. Termasuk ketika di Paroki ada berita atau perkembangan apa, kami di Kuria pun bisa mengetahui hal tersebut.”

Gerak bersama di Keuskupan Bandung pun semakin terasa sejak Muspas 2009 tersebut, meski Muspas yang diadakan untuk membuat Fokus Pastoral 5 tahunan ini telah diadakan sejak tahun 1999 lalu. Sejak usai Muspas 2009 tersebut, pada Desember 2009 untuk pertama kalinya juga Keuskupan Bandung mengadakan Rapat Kerja. Demikian juga dengan Evaluasi Tengah Tahun yang diadakan pada Juni 2010. “Dari Evaluasi Tengah Tahun tersebut makin terasa apa yang masih bisa diusahakan, apa yang kurang dan masih bisa diusahakan. Kemudian diadakan kembali rapat kerja pada akhir tahun 2010, lalu Evaluasi tengah tahun pada Juni 2011. Sudah mulai rutin terus seperti itu. Manajemen pastoral tersebut membuat pelayanan menjadi lebih mudah. Program Keuskupan Bandung saat ini adalah melaksanakan Fokus Pastoral sebaik mungkin dan bersama-sama, saya yakin akhir 2014 akan ada sesuatu yang berbeda di Keuskupan ini. Secara keseluruan, dari berbagai sisi kehidupan umat, saya optimis ada sesuatu yang berbeda,” ungkap beliau.

Referensi