Lenong: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengganti halaman dengan 'Kategori:Seni di Indonesia Kategori:Budaya Betawi' |
|||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Lenong at Batavia Festival 2012.jpg|thumb|300px|Pementasan lenong]] |
|||
'''Lenong''' adalah kesenian [[teater]] tradisional atau [[sandiwara]] rakyat [[Betawi]] yang dibawakan dalam [[dialek Betawi]] yang berasal dari [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref>{{cite web |url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1739/Lenong |title=Lenong |author= |date= |language=Indonesia |work=Ensiklopedi Jakarta: Budaya dan Warisan Sejarah |publisher=Jakarta.go.id |accessdate=14 May 2012}}</ref> [[Kesenian tradisional]] ini diiringi musik [[gambang kromong]] dengan alat-alat musik seperti [[gambang]], [[kromong]], [[gong]], [[kendang]], [[kempor]], [[suling]], dan [[kecrekan]], serta alat musik unsur [[Tionghoa]] seperti ''tehyan'', ''kongahyang'', dan ''sukong''. Lakon atau [[skenario]] lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah [[bahasa Melayu]] (atau kini [[bahasa Indonesia]]) [[dialek Betawi]]. |
|||
== Sejarah == |
|||
Lenong berkembang sejak akhir [[abad ke-19]] atau awal [[abad ke-20]]. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "[[komedi bangsawan]]" dan "[[teater stambul]]" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik [[gambang kromong]] dan sebagai [[tontonan]] sudah dikenal sejak tahun [[1920-an]]. |
|||
Lakon-lakon lenong berkembang dari [[lawak|lawakan-lawakan]] tanpa [[plot]] cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh. |
|||
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan [[mengamen]] dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung. |
|||
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun [[1970-an]] kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung [[Taman Ismail Marzuki]], [[Jakarta]]. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk. |
|||
Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui [[televisi]], yaitu yang ditayangkan oleh [[Televisi Republik Indonesia]] mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah [[Bokir]], [[Nasir (seniman lenong)|Nasir]], [[Siti]], dan [[Anen]]. |
|||
== Jenis lenong == |
|||
Terdapat dua jenis lenong yaitu ''lenong denes'' dan ''lenong preman''. Dalam ''lenong denes'' (dari kata ''denes'' dalam dialek Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-[[seting]] kerajaan atau lingkungan kaum [[bangsawan]], sedangkan dalam ''lenong preman'' busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh [[sutradara]] dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; ''lenong denes'' umumnya menggunakan bahasa yang halus ([[bahasa Melayu]] tinggi), sedangkan ''lenong preman'' menggunakan bahasa percakapan sehari-hari. |
|||
Kisah yang dilakonkan dalam ''lenong preman'' misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan [[pajak]] dan munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu, contoh kisah ''lenong denes'' adalah kisah-kisah [[1001 malam]]. |
|||
Pada perkembangannya, ''lenong preman'' lebih populer dan berkembang dibandingkan ''lenong denes''. |
|||
== Catatan == |
|||
{{reflist|2}} |
|||
== Referensi == |
|||
* Sulhi, M. [http://www.indomedia.com/intisari/2001/Jun/warna_lenong.htm Lenong, Mo Dibawa ke Mane?]. Intisari, Juni 2001. |
|||
* Shahab, A. [http://www.republika.co.id/detail.asp?katakunci=nasir&id=218196 Lenong, dari Ngamen ke Televisi]. Republika Online, Jumat, 21 Oktober 2005. |
|||
* [http://www.kebudayaan.depdiknas.go.id/BudayaOnline/SeniBudaya/Seni/TEATER/n_lenong.html Lenong] di situs Direktorat Jenderal Kebudayaan RI. |
|||
[[Kategori:Seni di Indonesia]] |
[[Kategori:Seni di Indonesia]] |
||
[[Kategori:Betawi| ]] |
[[Kategori:Betawi| ]] |