Viriyanadi: Perbedaan antara revisi
Okkisafire (bicara | kontrib) |
Okkisafire (bicara | kontrib) |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
===Menjadi Samanera=== |
===Menjadi Samanera=== |
||
You Tjing aktif di Vihara Metta Sradha. Di sana ia bertemu dengan Bhikkhu [[Agga Jinamitto]] Thera kemudian berguru kepada Bhikkhu [[ |
You Tjing aktif di Vihara Metta Sradha. Di sana ia bertemu dengan Bhikkhu [[Agga Jinamitto]] Thera kemudian berguru kepada Bhikkhu [[Dharmasurya Bhumi]] yang menganjurkannya untuk ikut [[Pabajja]] di [[Bandung]]. Saat itu Nyonya Lusiana mengandung anak ke tiga dan tidak mengizinkan suaminya untuk mengikuti pelatihan sebagai [[Samanera]] tersebut meskipun hanya untuk tiga bulan. Meskipun awalnya tidak setuju, atas nasihat Eyang [[Ronggowarsito]], Nyonya Lusiana akhirnya mengizinkan. [[Ashin jinarakkhita]] menahbiskan (uppasampada) You Tjing nama ''Viriyanadi'' yang memiliki arti ''Sumber Semangat''. Samanera Viriyanadi mengikuti program latih diri di bawah bimbingan Bhikkhu [[Dharmasurya Bhumi]] selama tiga bulan. <ref name="tim"/> |
||
===Penahbisan Bhikkhu=== |
===Penahbisan Bhikkhu=== |
Revisi per 4 Oktober 2013 02.56
Viriyanadi | |
---|---|
Berkas:Y.A. Viriyanadi.JPG | |
Lahir | Desa Purwo Tengah, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia | 13 Agustus 1949
Pekerjaan | Rohaniwan |
Y.A. Viriyanadi Mahathera atau Bhante Vir adalah seorang Bhikkhu senior di Jawa Timur yang berada di bawah naungan Sangha Agung Indonesia.
Biografi
Bhikkhu Viriyanadi terlahir sebagai anak keempat dari 11 bersaudara pada tanggal 13 Agustus 1949 di Purwo Tengah, Mojokerto. Pasangan Yusuf Tedjo Prayitno dan Hana Lianawati menamakan putra keempat mereka Joni Hariyanto atau The You Tjing. Semenjak kanak-kanak, You Tjing memiliki sifat blak-blakan dan apa adanya. Ia menjalani Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Taruna Nusa Harapan (TNH). Karena keluwesan dalam pergaulan, You Tjing diangkat anak oleh Pak Dayat, Komandan Koramil setempat.[1]
Selepas SMP, You Tjing masuk SMA Kristen Mojokerto yang merupakan Sekolah Theologi Pantekosta. Setelah lulus, ia dibabtis menjadi Pendeta Muda dengan nama babtis Paulus. Ia menikah dengan Lusiana Teguh pada tahun 1977 dan dianugerahi tiga orang anak.[1]
Kehidupan spiritual
Semenjak kecil, You Tjing memiliki kemampuan menyembuhkan orang sakit. Pada tahun 1960-an, seorang wanita tua mendatangi warung pecel milik ibunya, Nyonya Hana, yang berkata:[1]
- "Oh, nggak, mbah iki diutus, mbah iki mbah utusan, anakmu akeh, turunan wong sakti."
- ("Oh, tidak, mbah ini diutus, mbah ini mbah utusan, anakmu banyak, keturunan orang sakti.")
Ketertarikan pada Kebatinan
You Tjing memiliki ketertarikan kepada Kebatinan karena pengaruh dari neneknya yang mengajarkan falsafah Kejawen dan menganjurkan vegetarian serta menjalankan berbagai puasa. Meski Kejawen berperan penting, keluarganya merupakan keluarga Kristen Protestan yang taat. Setelah neneknya meninggal, You Tjing tetap menjalankan kebiasaan samadhi dan pada hari-hari tertentu menjalankan puasa mutih (hanya makan nasi putih tanpa lauk). [1]
Ia senang bila mendengar kabar keberadaan orang sakti dan berusaha untuk mendatanginya, misalnya adalah Eyang Ronggowarsito di Solo. Ia juga senang bersamadhi di tempat-tempat keramat seperti makam Joko Tingkir di Solo, makam Pangeran Sambernyowo, Klenteng Sam Po Kong, dan sebagainya.[1]
Mengenal agama Buddha
Pada tahun 1980, You Tjing melihat ceramah menjelang Waisak di TVRI oleh alm. Brigjen Sumantri dan merasa terpanggil untuk mendalami agama Buddha. Ia mendatangi Vihara Metta Sradha di Mojokerto dan bertemu Romo Soeyono. Dari beliau, ia akhirnya bertemu dengan Ashin Jinarakkhita. Pada kesempatan yang lain, You Tjing bertemu dengan Dalai Lama di Borobudur yang memintanya secara pribadi untuk memotong jenggotnya. Semenjak saat itu, You Tjing tidak lagi memelihara jenggot.[1]
Menjadi Samanera
You Tjing aktif di Vihara Metta Sradha. Di sana ia bertemu dengan Bhikkhu Agga Jinamitto Thera kemudian berguru kepada Bhikkhu Dharmasurya Bhumi yang menganjurkannya untuk ikut Pabajja di Bandung. Saat itu Nyonya Lusiana mengandung anak ke tiga dan tidak mengizinkan suaminya untuk mengikuti pelatihan sebagai Samanera tersebut meskipun hanya untuk tiga bulan. Meskipun awalnya tidak setuju, atas nasihat Eyang Ronggowarsito, Nyonya Lusiana akhirnya mengizinkan. Ashin jinarakkhita menahbiskan (uppasampada) You Tjing nama Viriyanadi yang memiliki arti Sumber Semangat. Samanera Viriyanadi mengikuti program latih diri di bawah bimbingan Bhikkhu Dharmasurya Bhumi selama tiga bulan. [1]
Penahbisan Bhikkhu
Sebelum masa pelatihan selama 3 bulan selesai, Ashin Jinarakkhita mengajak Samanera Viriyanadi untuk ditahbiskan sebagai Bhikkhu. Meskipun awalnya Bhikkhu Dharmasuryabhumi bermaksud melarang karena ia hanya tinggal beberapa hari sebelum lepas jubah, Sukong menjawab bahwa meskipun hanya sehari menjadi Bhikkhu tetapi tidak apa-apa jika lepas jubah. Nyonya Lusiana selanjutnya mengizinkan dengan syarat Sukong sendiri yang meminta. Samanera Viriyanadi ditahbiskan sebagai Bhikkhu pada tahun 1983, yang rencananya hanya berlangsung selama 3 bulan. Setelah itu, Bhikkhu Viriyanadi semakin mantap untuk menjalani kebhikkhuan untuk selamanya, tetapi ia meminta izin kepada Sukong untuk melepas jubah sementara waktu agar bisa menyelesaikan urusan keluarga serta bisnis. Bhikkhu Viriyanadi kembali ditahbiskan sebagai Bhikkhu pada tahun 1985 di Sakyawanaram.[1]
Pelayanan
Pendirian Mahavihara Mojopahit
Pemilihan tempat pendirian Mahavihara Mojopahit dilakukan pada saat Bhikkhu Viriyanadi bermeditasi di Siti Inggil (tempat petilasan Raden Wijaya). Ia mendapat petunjuk ke arah selatan hingga menemukan lahan kosong yang diperkirakan merupakan Candi Buddha pada zaman Mojopahit dengan pembuktian arsip peninggalan Belanda yang masih tersimpan di Museum Nasional, Jakarta. Setelah perjuangan berat mengurus perizinan hingga pengusutan oleh Departemen Agama, Mahavihara Mojopahit berhasil dibangun dan menjadi vihara pertama di Indonesia yang memiliki izin sebagai Buddhist Center.[1]