Lompat ke isi

Kedok Ketawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Penyesuaian kata
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 143: Baris 143:
==Pranala luar==
==Pranala luar==
*{{IMDb title|1341199|Kedok Ketawa}}
*{{IMDb title|1341199|Kedok Ketawa}}

{{artikel bagus}}
{{Link GA|en}}


[[Kategori:Film hilang]]
[[Kategori:Film hilang]]

Revisi per 23 Januari 2014 08.44

Kedok Ketawa
Iklan koran (Surabaya); di bawahnya ada iklan My Man Godfrey (1936)
SutradaraJo An Djan
Pemeran
  • Oedjang
  • Fatimah
  • Basoeki Resobowo
  • Eddy Kock
Perusahaan
produksi
Union Film
Tanggal rilis
  • Juli 1940 (1940-07) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Kedok Ketawa (juga dikenal dengan judul Belanda Het Lachende Masker) adalah film bandit tahun 1940 dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Ini adalah film pertama Union Film. Film ini disutradarai Jo An Djan dan dibintangi oleh Oedjang, Fatimah, Basoeki Resobowo, dan Eddy Kock. Film ini menceritakan pasangan muda yang menghadapi sekelompok preman dengan bantuan seorang bandit bertopeng. Film ini banyak dipuji, terutama pada sinematografinya. Film ini hilang dari peredaran.

Alur

Di Cibodas, Banten, seorang gadis bernama Minarsih (Fatimah) diselamatkan dari kepungan empat preman oleh Basuki (Basoeki). Mereka saling jatuh cinta dan berencana memulai hidup bersama. Akan tetapi, seorang juragan kaya tertarik menjadikan Minarsih istrinya dan mengirimkan satu geng untuk menculiknya. Basuki tidak mampu mengalahkan mereka, namun ia sendiri bekerja sama dengan seorang bandit berjulukan "Kedok Ketawa" (Oedjang), yang kemampuan kelahinya tidak alami. Setelah dua perkelahian melawan geng tersebut, Basuki dan Kedok Ketawa menang. Basuki dan Minarsih dapat melanjutkan hidup bersama-sama dengan tenang.[1]

Produksi

Kedok Ketawa disutradarai Jo An Djan dan dibintangi oleh Oedjang, Fatimah, Basoeki Resobowo, dan Eddy Kock.[2] Oedjang sebelumnya merupakan aktor panggung sebelum bergabung di film ini, sementara Fatimah dan Basoeki adalah bangsawan dengan jenjang pendidikan tinggi. Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menulis bahwa inilah bukti bahwa film ini ditujukan pada kaum intelektual.[3] Kedok Ketawa, yang menyertakan lagu-lagu keroncong yang dinyanyikan Poniman, adalah film pertama yang diproduksi Union Films di Batavia (sekarag Jakarta).[4] Kisahnya, yang melibatkan perkelahian, komedi, dan nyanyian,[1] bisa jadi terinspirasi oleh novel Dracula karya Bram Stoker tahun 1897.[5]

Rilis dan tanggapan

Kedok Ketawa dirilis di Batavia bulan Juli 1940[4] diikuti penayangan pers tanggal 20 Juli.[6] Bulan September, film ini ditayangkan di Surabaya.[7] Di sejumlah iklan koran, seperti Pemandangan, film ini diberi judul Pendekar dari Preanger,[2] sedangkan di koran lain diberi judul Belanda Het Lachende Masker.[7] Film ini dipasarkan sebagai "campuran aksi kekerasan Indonesia ... dan romantika yang manis."[a][7]

Kritikus dan penulis naskah Saeroen, yang menulis skenario Pemandangan, memuji film ini terutama sinematografinya. Ia membanding-bandingkannya dengan film-film impor Hollywood.[4] Sebuah ulasan tanpa nama di Bataviaasch Nieuwsblad menyebutkan bahwa film ini mencampurkan sensibilitas pribumi dan orang Eropa dan memuji sinematografinya. Ulasan tersebut berkesimpulan film ini melampaui harapan orang-orang, namun terlihat jelas bahwa ini film pertama buatan studionya.[6] Ulasan lain di Soerabaijasch Handelsblad menyebutkan film ini adalah salah satu film buatan lokal terbaik sambil memuji sinematografi dan pemeranan tokohnya.[1]

Peninggalan

Setelah kesuksesan Kedok Ketawa, Saeroen bergabung dengan Union Film dan menulis dua skenario film untuk mereka, Harta Berdarah dan Bajar dengan Djiwa (keduanya 1940). Union Film kemudian memproduksi delapan film pada tahun 1940 dan 1941 sebelum ditutup pasca-invasi Jepang pada awal 1942.[8]

Kedok Ketawa bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[9] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[10]

Catatan penjelas

  1. ^ Teks asli: "... een indonesische cocktail van heftige acties ... zoete romantiek"

Catatan kaki

Referensi

Pranala luar

Templat:Link GA