ALTO: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler |
||
Baris 36: | Baris 36: | ||
*Bank Pemata<ref name='anggota' /><ref name='alto2' /> |
*Bank Pemata<ref name='anggota' /><ref name='alto2' /> |
||
*Bank Rabobank Indonesia<ref name='alto2' /> |
*Bank Rabobank Indonesia<ref name='alto2' /> |
||
*[[Bank Sinarmas]] |
|||
*BPR Eka Bumi Artha |
*BPR Eka Bumi Artha |
||
*Citibank<ref name='alto2' /> |
*Citibank<ref name='alto2' /> |
Revisi per 24 April 2014 14.25
Berkas:ALTO.png | |
Wilayah Operasi | Indonesia |
---|---|
Anggota | 14 |
Didirikan | 1994 |
Pemilik | PT Daya Network Lestari dan Seven Bank |
ALTO adalah jaringan ATM ketiga yang beroperasi di Indonesia, yang awalnya menghubungkan tiga bank di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994. Jaringan ini didirikan oleh PT Daya Network Lestari[1]. Saat ini jaringan ALTO memiliki lebih dari 14 anggota yang terdiri dari lembaga bank. Direktur utama saat ini adalah Tri Djoko Santoso.[2]
Sejarah
Pada tahun 1980, anjungan tunai mandiri (ATM) diperkenalkan ke Indonesia, menyediakan pemegang kartu dengan sekitar jam layanan perbankan untuk pertama kalinya. Dalam beberapa tahun banyak bank di Indonesia telah mengikuti. Satu-satunya penyedia jaringan keuangan negara pada saat itu terutama dilayani pemerintah pusat, yang mendorong pembentukan bersama jaringan ALTO dengan dukungan dari anggota pendirinya: Bank Lippo (sekarang Bank CIMB Niaga), Bank Bali (sekarang Bank Permata), dan Bank Internasional Indonesia. Memanfaatkan metode dan teknologi yang sama digunakan oleh raksasa global MasterCard dan Visa. Proses struktur ALTO diselesaikan pada tahun 1993 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Agustus tahun berikutnya, dengan sekitar 180 ATM yang terhubung ke jaringan. Pada September 1994, sebuah konferensi bankir diadakan untuk memperkenalkan jaringan untuk pemimpin industri lokal. Responnya luar biasa dan dalam waktu satu tahun, ALTO mengambil tambahan 11 anggota sehingga jumlah bank anggota menjadi 14.[3]
Krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 melanda industri perbankan Indonesia. Banyak bank ditutup, menggabungkan atau direkapitalisasi. Namun, walaupun krisis ekonomi, ALTO masih bertahan dengan dibantu oleh 9 bank berjaringan ALTO dan hasilnya tetap menguntungkan. ALTO adalah pemimpin industri ATM terbesar dengan total asset sebesar Rp 40,8 miliar per Desember 2001.[3]
Pada November 2013, ALTO bergabung dengan Seven Bank (jaringan ATM di Jepang). Seven Bank membeli saham ALTO sebesar 70 % sedangkan PT Daya Network Lestari memiliki saham sebesar 30%. Langkah akuisisi ini ingin mendapatkan berkah dari interkoneksi antar-bank dan jaringan ATM lain pada tahun 2014. Pada pasca akuisisi, ALTO akan menyiapkan jaringan, sedangkan Seven Bank sedang memasok mesin ATM.[2]
Layanan
- ALTO Debit Card[4]
- ALTO b-lue
Anggota
- Bank Artha Graha Internasional[5][4]
- Bank Bukopin[5][4]
- Bank CIMB Niaga[5][4]
- Bank Danamon[5][4]
- Bank Ekonomi[4]
- Bank Hana
- Bank Harda Internasional[4]
- Bank Internasional Indonesia[5][4]
- Bank Nusantara Parahyangan[4]
- Bank Panin[5][4]
- Bank Pemata[5][4]
- Bank Rabobank Indonesia[4]
- Bank Sinarmas
- BPR Eka Bumi Artha
- Citibank[4]
Referensi
- ^ Halaman utama website ALTO
- ^ a b Seven Bank Merangkul ALTO di Bisnis ATM
- ^ a b Sejarah ALTO
- ^ a b c d e f g h i j k l m Jaringan ATM, Antara Inovasi dan Political Will
- ^ a b c d e f g Mitra Strategis
- http://www.britama.com/index.php/2012/09/sejarah-dan-profil-singkat-alto/
- http://www.yellowpages.co.id/directory/daya-network-lestari-pt