Kasein: Perbedaan antara revisi
Tag: BP2014 |
Tag: BP2014 |
||
Baris 41: | Baris 41: | ||
===Pembuatan Lem=== |
===Pembuatan Lem=== |
||
Penggunaan kasein sebagai bahan perekat telah dilaporkan dilakukan oleh berbagai pengrajin pada jaman Eropa kuno.<ref name="D"/> Mereka menggunakan endapan susu asam yang dicampur dengan kapur untuk menghasilkan bahan perekat.<ref name="D"/> Adapun kelebihan lem berbahan dasar kasein, yaitu mempunyai daya rekat yang cukup kuat, serta tahan air dan serangan cendawan.<ref name="D" |
Penggunaan kasein sebagai bahan perekat telah dilaporkan dilakukan oleh berbagai pengrajin pada jaman Eropa kuno.<ref name="D"/> Mereka menggunakan endapan susu asam yang dicampur dengan kapur untuk menghasilkan bahan perekat.<ref name="D"/> Adapun kelebihan lem berbahan dasar kasein, yaitu mempunyai daya rekat yang cukup kuat, serta tahan air dan serangan cendawan.<ref name="D">{{en}}{{cite web |
||
| last =U.S Department of Agriculture |
| last =U.S Department of Agriculture |
||
| first = |
| first = |
||
Baris 54: | Baris 54: | ||
| doi = |
| doi = |
||
| accessdate =17 Apr 2014 }} </ref> |
| accessdate =17 Apr 2014 }} </ref> |
||
=== |
=== |
||
Revisi per 17 April 2014 14.36
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP62Stevanus (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 1 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 25 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP62Stevanus (Kontrib • Log) 3835 hari 187 menit lalu. |
Struktur dan Properti
Kasein merupakan golongan protein yang komposisinya mencapai 80% dari komposisi keseluruhan protein susu.[1] Protein kasein terbagi menjadi beberapa komponen, komponen yang umum dijumpai adalah αs1-kasein, αs2-kasein, β-kasein, dan κ-kasein.[1]
Protein kasein memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik yang bervariasi.[1] Kasein relatif tidak sensitif terhadap panas, dibutuhkan temperatur diatas 120°C untuk merusak struktur kasein hingga menjadi tidak larut dalam air.[1] Di sisi lain, kasein cukup sensitif terhadap pH, maka itu protein kasein akan mengendap pada titik isoelektriknya.[1] Protein kasein mempunyai masa molekul sebesar 106 hingga 109 Dalton.[1] Kasein mampu menyebarkan cahaya. Oleh karena keberadaan kasein di dalam susu, susu berwarna putih.[1]
Protein kasein bersama dengan kalsium fosfat, dapat membentuk semacam partikel koloid yang terdispersi, yang disebut misel (micelles).[1] Karena protein kasein berupa suspensi, protein tersebut dapat dipisahkan dari campuran menggunakan sentrifugasi.[2] Setelah sentrifugasi, beberapa protein tertingal di dalam larutan. Protein yang larut didalam supernatan tersebut disebut protein whey.[2]
Kasein mengandung asam beragam asam amino yang diperlukan mamalia muda untuk tumbuh.[1] Karena memiliki protein berkualitas tinggi seperti kasein, susu sapi dianggap sebagai salah satu makanan manusia yang paling penting.[2] Lebih jauh lagi, protein kasein terdesain untuk berikatan dengan kalsium fosfat, yang secara langsung mengendap pada lambung bayi baru lahir. Hal ini membuat protein tersebut mudah dicerna. Karena protein kasein dinilai mempunyai signifikansi yang besar terhadap kehidupan manusia, struktur kasein telah dipelajari secara menyeluruh, akan tetapi struktur pasti kasein masih diperdebatkan.[1]
Aplikasi
Industri Keju
Pembuatan Lem
Penggunaan kasein sebagai bahan perekat telah dilaporkan dilakukan oleh berbagai pengrajin pada jaman Eropa kuno.[3] Mereka menggunakan endapan susu asam yang dicampur dengan kapur untuk menghasilkan bahan perekat.[3] Adapun kelebihan lem berbahan dasar kasein, yaitu mempunyai daya rekat yang cukup kuat, serta tahan air dan serangan cendawan.[3]
=
Kasein dan Autisme
Diet bebas kasein dan gluten sebagai bentuk perawatan terhadap pengidap autisme telah menuai perdebatan.[4] Dasar teori diet tersebut adalah pada individu yang mengalami masalah gastrointestinal, seperti kebocoran pada dinding usus, komponen protein seperti kasein dapat menyusup kedalam peredaran darah.[4] Hal tersebut menyebabkan respon imun dan mempengaruhi fungsi sistem syaraf pusat yang menyebabkan gejala psiko-patologis dan penarikan sosial. Oleh karena itu, bedasarkan teori ini, pengidap autisme tidak disarankan untuk menkonsumsi makanan yang mengandung gluten atau kasein.[4]
Di sisi lain, teori ini masih belum diperkuat oleh studi klinis yang memadai.[4] Studi klinis yang sudah ada menunjukkan bahwa diet bebas kasein dan gluten tidak menunjukan efektifitas dalam pengobatan autisme.[4] Akan tetapi, karena jumlah sampel yang kecil dan indikasi adanya bias eksperimental, beberapa pakar menganggap bahwa studi mengenai pengaruh kasein terhadap autisme perlu diteliti lebih lanjut.[4]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j Phadungath C (May 2004). [rdo.psu.ac.th/sjstweb/journal/27-1/19casein-micelle.pdf "Casein micelle structure : a concise review"] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Songklanakarin J. Sci. Tehnol. 27 (1): 201–12. - ^ a b c (Inggris)Department of Animal Sciences, University of Illinois at Urbana-Champaign. "Milk Composition Proteins". Diakses tanggal 17 Apr 2014. line feed character di
|title=
pada posisi 17 (bantuan) - ^ a b c (Inggris)U.S Department of Agriculture (1967). [www.fpl.fs.fed.us/documnts/.../fplrn158.pdf "Casein Glues: Their Manufacture, Preparation, and Application"] Periksa nilai
|url=
(bantuan) (PDF). Diakses tanggal 17 Apr 2014. - ^ a b c d e f (Inggris)Bernier RA, (2010). Autism Spectrum Disorders: A Reference Handbook. ABC-CLIO. ISBN 9781598843347.