Kluthuk Jaladara: Perbedaan antara revisi
BP51Kurnia (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
BP51Kurnia (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
==Klutuk Jaladara== |
==Klutuk Jaladara== |
||
'''Klutuk Jaladara''' merupakan kereta tua buatan [[Jerman]] pada tahun [[1896]] dan dikirim ke [[Indonesia]] pada tahun itu juga oleh Pemerintah [[Hindia Belanda]] sebagai alat transportasi jarak pendek.<ref name="a">http://jalan2.com/city/Teks pranala],teks tambahan</ref>Nama kereta ini diambil dari nama kereta pusaka yang dihadiahkan para dewa kepada [[Prabu Kresna]] guna membasmi kejahatan ini akan membawa penumpang melintasi jalur legendaris yang membelah [[Surakarta]], yakni dari Stasiun Purworasi menuju Stasiun Sangkrah yang berjarak sekitar 5 km.<ref name="e">http://www.pikiran-rakyat.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Lokomotifnya bernomor C1218 dan tergolong lokomotif kecil yang digunakan untuk rute mendatar.<ref name="a"/>Kecepatan yang dihasilan dari kereta api ini dapat mencapai 50 km/jam dengan dilengkapi 2 gerbong yang dibuat dari [[kayu jati]] pilihan pada tahun 1920 dengan kapasitas penumpang 70 orang.<ref name="a"/>Kereta ini diresmikan pada tanggal [[27 september 2009]] oleh Menteri Perhubungan [[Jusman Syafi’i Djamal]] bersama Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo [[Joko Widodo]] bertempat di [[Loji Gandrung]], Rumah Dinas Walikota Solo.<ref name="b">http://www.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref> |
'''Klutuk Jaladara''' merupakan [[Kereta]] Wisata yang ada di kota [[Solo]].<ref name="a"/>Kereta ini adalah kereta tua buatan [[Jerman]] pada tahun [[1896]] dan dikirim ke [[Indonesia]] pada tahun itu juga oleh Pemerintah [[Hindia Belanda]] sebagai alat transportasi jarak pendek.<ref name="a">http://jalan2.com/city/Teks pranala],teks tambahan</ref>Nama kereta ini diambil dari nama kereta pusaka yang dihadiahkan para dewa kepada [[Prabu Kresna]] guna membasmi kejahatan ini akan membawa penumpang melintasi jalur legendaris yang membelah [[Surakarta]], yakni dari Stasiun Purworasi menuju Stasiun Sangkrah yang berjarak sekitar 5 km.<ref name="e">http://www.pikiran-rakyat.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Lokomotifnya bernomor C1218 dan tergolong lokomotif kecil yang digunakan untuk rute mendatar.<ref name="a"/>Kecepatan yang dihasilan dari kereta api ini dapat mencapai 50 km/jam dengan dilengkapi 2 gerbong yang dibuat dari [[kayu jati]] pilihan pada tahun 1920 dengan kapasitas penumpang 70 orang.<ref name="a"/>Kereta ini diresmikan pada tanggal [[27 september 2009]] oleh Menteri Perhubungan [[Jusman Syafi’i Djamal]] bersama Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo [[Joko Widodo]] bertempat di [[Loji Gandrung]], Rumah Dinas Walikota Solo.<ref name="b">http://www.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref> |
||
==Rute Perjalanan== |
==Rute Perjalanan== |
||
[[File:Siti Hinggil Keraton Surakarta.jpg|thumb|Siti Hinggil Keraton Surakarta]] |
|||
Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.<ref name="c"/>Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota [[Solo]] seperti [[Loji Gandrung]] (Rumah Dinas Walikota Solo), Ngarsopuro, Keraton Solo dan Gladak.<ref name="d">http://www.tiket24jam.com/Teks pranala[,teks tambahan</ref> |
Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.<ref name="c"/>Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota [[Solo]] seperti [[Loji Gandrung]] (Rumah Dinas Walikota Solo), [[Ngarsopuro]], [[Keraton Solo]] dan [[Gladak]].<ref name="d">http://www.tiket24jam.com/Teks pranala[,teks tambahan</ref> |
||
===Loji Gandrung=== |
|||
Loji Gandrung dulunya merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal [[Belanda]], [[Yohanes Agustinus Dezentye]], yang dibangun sekitar [[1823]] pada jaman [[Paku Buwono IV]].<ref name="f">http://dtrk.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Pada saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan pesta-pesta ala [[Eropa]] di rumah ini. Selain orang Belanda, sejumlah kerabat [[Keraton]] diundang dalam pesta itu.<ref name="g">http://www.tribunnews.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dengan diiringi alunan musik, para tamu dengan pasangannya biasa ber[[dansa]] di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat menyebut rumah mewah tersebut sebagai '''Loji Gandrung'''.<ref name="f"/> |
|||
===Ngarsopuro=== |
|||
==Harga Sewa== |
==Harga Sewa== |
||
Untuk menaiki kereta ini pengguna bisa langsung membayar di tempat atau harus menyewa terlebih dahulu.<ref name="e">http://m.dephub.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Harga yang ditetapkan untuk seorang warga solo sebesar Rp.30.000, untuk warga [[Karesidenan Solo]] sebesar Rp.100.000 dan harga untuk warga diluar Karesidenan sebesar Rp.200.000.<ref name="e"/>Adapun untuk harga yang dikeluarkan rombongan, yaitu sebesar Rp.3.750.000.<ref name="d"/>.Kereta ini juga memiliki beberapa paket.<ref name="e"/>Ada sejumlah paket yang disiapkan, seperti paket [[batik]], paket [[kuliner]], paket [[pernikahan]] sampai paket [[VIP]]. Nilai paketnya antara Rp 9 juta - 25 juta.<ref name="e"/> |
|||
Untuk menaiki kereta ini pengguna harus menyewa terlebih dahulu.<ref name="e"/>Harga sewa yang dikeluarkan adalah harga yang berlaku untuk rombongan.<ref name="d"/> |
|||
Revisi per 9 Mei 2014 09.02
Klutuk Jaladara
Klutuk Jaladara merupakan Kereta Wisata yang ada di kota Solo.[1]Kereta ini adalah kereta tua buatan Jerman pada tahun 1896 dan dikirim ke Indonesia pada tahun itu juga oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai alat transportasi jarak pendek.[1]Nama kereta ini diambil dari nama kereta pusaka yang dihadiahkan para dewa kepada Prabu Kresna guna membasmi kejahatan ini akan membawa penumpang melintasi jalur legendaris yang membelah Surakarta, yakni dari Stasiun Purworasi menuju Stasiun Sangkrah yang berjarak sekitar 5 km.[2]Lokomotifnya bernomor C1218 dan tergolong lokomotif kecil yang digunakan untuk rute mendatar.[1]Kecepatan yang dihasilan dari kereta api ini dapat mencapai 50 km/jam dengan dilengkapi 2 gerbong yang dibuat dari kayu jati pilihan pada tahun 1920 dengan kapasitas penumpang 70 orang.[1]Kereta ini diresmikan pada tanggal 27 september 2009 oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafi’i Djamal bersama Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo Joko Widodo bertempat di Loji Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo.[3]
Rute Perjalanan
Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.[4]Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota Solo seperti Loji Gandrung (Rumah Dinas Walikota Solo), Ngarsopuro, Keraton Solo dan Gladak.[5]
Loji Gandrung
Loji Gandrung dulunya merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal Belanda, Yohanes Agustinus Dezentye, yang dibangun sekitar 1823 pada jaman Paku Buwono IV.[6]Pada saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan pesta-pesta ala Eropa di rumah ini. Selain orang Belanda, sejumlah kerabat Keraton diundang dalam pesta itu.[7]Dengan diiringi alunan musik, para tamu dengan pasangannya biasa berdansa di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat menyebut rumah mewah tersebut sebagai Loji Gandrung.[6]
Ngarsopuro
Harga Sewa
Untuk menaiki kereta ini pengguna bisa langsung membayar di tempat atau harus menyewa terlebih dahulu.[2]Harga yang ditetapkan untuk seorang warga solo sebesar Rp.30.000, untuk warga Karesidenan Solo sebesar Rp.100.000 dan harga untuk warga diluar Karesidenan sebesar Rp.200.000.[2]Adapun untuk harga yang dikeluarkan rombongan, yaitu sebesar Rp.3.750.000.[5].Kereta ini juga memiliki beberapa paket.[2]Ada sejumlah paket yang disiapkan, seperti paket batik, paket kuliner, paket pernikahan sampai paket VIP. Nilai paketnya antara Rp 9 juta - 25 juta.[2]
Referensi
- ^ a b c d http://jalan2.com/city/Teks pranala],teks tambahan
- ^ a b c d e http://www.pikiran-rakyat.com/Teks pranala],teks tambahan Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "e" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ http://www.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamac
- ^ a b http://www.tiket24jam.com/Teks pranala[,teks tambahan
- ^ a b http://dtrk.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan
- ^ http://www.tribunnews.com/Teks pranala],teks tambahan