Lompat ke isi

Dewi Uma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Membuat halaman dewi uma
Tag: BP2014
Baris 1: Baris 1:
{{InuseBP|BP90Vincentius|15 Mei 2014}}
{{InuseBP|BP90Vincentius|15 Mei 2014}}
‘’’Dewi Uma’’’ adalah permaisuri [[Batara Guru]].<ref name="harjo"> {{cite book|title=Sejarah Wayang Purwa|author=Hardjowirogo|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta|year=1982}} </ref> [[Dewi]] ini dikenal sebagai dewi yang sakti. Ia adalah putri [[Umaran]], seorang kaya raya di Merut. Ibunya bernama [[Dewi Nurweni]], putri Prabu Nurangin, raja [[jin]] di Kalingga. Dewi Umayi mempunyai adik kandung bernama [[Dewi Umarakti]]/Umaranti. Dewi Uma dikenal juga sebagai Dewi Umayi yang memiliki [[kesaktian]] sangat tinggi. Karena kesaktiannya Dewi Uma dipuja oleh banyak orang. Namun, dia akhirnya dikalahkan oleh Batara Guru dan akhirnya dijadikan permaisuri.
==Kelahiran==
Dewi Umayi lahir dalam wujud bayangan yang ada dalam cahaya dan tidak dapat dilihat kasat mata. Berkat kesaktian Sanghyang Manikmaya yang berubah wujud hingga mempunyai tangan yang sangat banyak. Cahaya itu akhirnya dapat ditangkap dan berubah wujud menjadi bayi perempuan berkelamin ganda. Bayi tersebut kemudian diruwat menjadi perempuan sempurna. Dewi Umayi kemudian menjadi permaisuri pertama Sanghyang Manikmaya dan berputra enam orang masing-masing bernama; Bathara Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala.
==Permaisuri==
Dewi Uma berkuasa di [[Suralaya]] dan memerintah semua dewi setelah menjadi permaisuri Batara Guru.<ref name="harjo"/> Kekuasaan Dewi Uma mengimbangi kekuasaan Batara Guru yang menjadi pemimpin seluruh [[dewa]].<ref name="harjo"/> Pada suatu ketika terjadi pertengkaran antara Dewi Uma dan Batara Guru.<ref name="harjo"/> Dewi Uma kemudian disumpahi oleh Batara Guru menjadi raksasa.<ref name="durga"> {{cite book|title=Durga Umayi|author=Y.B. Mangunwijaya|publisher=Grafiti|location=Jakarta|year=1991|isbn=979-444-116-3}} </ref><ref name="harjo"/> Sementara Dewi Uma menyumpahi Batara Guru yang kemudian mempunyai taring seperti raksasa.<ref name="harjo"/> Kisah antara kedua dewi ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan kesaktian antara perempuan dan laki-laku. Setelah dikutuk Dewi Uma berubah menjadi Batari Durga yang berkuasa di istana [[Setragandamayit]].<ref name="harjo"/>
==Karakter==
Dewi Umayi berwatak sabar, perasaannya halus serta tajam. Pendiriannya sangat teguh dan mempunyai prinsip yang kuat. Ia berbakti kepada suaminya. Walaupun perasaannya halus dia akan memberontak ketika hak dan martabatnya tidak diindahkan.
==Batari Durga==
Batari Durga adalah wujud Dewi Uma setelah dikutuk oleh Bathara Guru. Batari Durga dititahkan untuk menjadi istri [[Batara Kala]].<ref name="harjo"/> Batari Durga menjadi ratu [[Setragandamayit, yang artinya istana pengasingan berbau [[mayat]].<ref name="harjo"/> Kekuasaan yang dimiliki Batari Durga adalah memberikan segala bentuk perilaku jahat kepada orang yang memujanya.<ref name="harjo"/>
Batari adalah sebutan untuk dewa perempuan. Batari Durga mempunyai muka raksasa, bermata iblis, berhidung besar dan bermulut lebar.<ref name="harjo"/> Sanggulnya berbentuk burung garuda menghadap ke belakang. Kalungnya rantai dan hanya tangan depannya saja yang dapat digerakkan.<ref name="harjo"/>

==Rujukan==
{{reflist}}

Revisi per 13 Mei 2014 16.54

‘’’Dewi Uma’’’ adalah permaisuri Batara Guru.[1] Dewi ini dikenal sebagai dewi yang sakti. Ia adalah putri Umaran, seorang kaya raya di Merut. Ibunya bernama Dewi Nurweni, putri Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Dewi Umayi mempunyai adik kandung bernama Dewi Umarakti/Umaranti. Dewi Uma dikenal juga sebagai Dewi Umayi yang memiliki kesaktian sangat tinggi. Karena kesaktiannya Dewi Uma dipuja oleh banyak orang. Namun, dia akhirnya dikalahkan oleh Batara Guru dan akhirnya dijadikan permaisuri.

Kelahiran

Dewi Umayi lahir dalam wujud bayangan yang ada dalam cahaya dan tidak dapat dilihat kasat mata. Berkat kesaktian Sanghyang Manikmaya yang berubah wujud hingga mempunyai tangan yang sangat banyak. Cahaya itu akhirnya dapat ditangkap dan berubah wujud menjadi bayi perempuan berkelamin ganda. Bayi tersebut kemudian diruwat menjadi perempuan sempurna. Dewi Umayi kemudian menjadi permaisuri pertama Sanghyang Manikmaya dan berputra enam orang masing-masing bernama; Bathara Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala.

Permaisuri

Dewi Uma berkuasa di Suralaya dan memerintah semua dewi setelah menjadi permaisuri Batara Guru.[1] Kekuasaan Dewi Uma mengimbangi kekuasaan Batara Guru yang menjadi pemimpin seluruh dewa.[1] Pada suatu ketika terjadi pertengkaran antara Dewi Uma dan Batara Guru.[1] Dewi Uma kemudian disumpahi oleh Batara Guru menjadi raksasa.[2][1] Sementara Dewi Uma menyumpahi Batara Guru yang kemudian mempunyai taring seperti raksasa.[1] Kisah antara kedua dewi ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan kesaktian antara perempuan dan laki-laku. Setelah dikutuk Dewi Uma berubah menjadi Batari Durga yang berkuasa di istana Setragandamayit.[1]

Karakter

Dewi Umayi berwatak sabar, perasaannya halus serta tajam. Pendiriannya sangat teguh dan mempunyai prinsip yang kuat. Ia berbakti kepada suaminya. Walaupun perasaannya halus dia akan memberontak ketika hak dan martabatnya tidak diindahkan.

Batari Durga

Batari Durga adalah wujud Dewi Uma setelah dikutuk oleh Bathara Guru. Batari Durga dititahkan untuk menjadi istri Batara Kala.[1] Batari Durga menjadi ratu [[Setragandamayit, yang artinya istana pengasingan berbau mayat.[1] Kekuasaan yang dimiliki Batari Durga adalah memberikan segala bentuk perilaku jahat kepada orang yang memujanya.[1] Batari adalah sebutan untuk dewa perempuan. Batari Durga mempunyai muka raksasa, bermata iblis, berhidung besar dan bermulut lebar.[1] Sanggulnya berbentuk burung garuda menghadap ke belakang. Kalungnya rantai dan hanya tangan depannya saja yang dapat digerakkan.[1]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Hardjowirogo (1982). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka. 
  2. ^ Y.B. Mangunwijaya (1991). Durga Umayi. Jakarta: Grafiti. ISBN 979-444-116-3.