Mekotek: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP34Itang|27 Juni 2014|2 Juni 2014}} thumb|Tradisi Mekotek, Bali|kiri|300px '''Mekote...' Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 11: | Baris 11: | ||
==Pelaksanaan== |
==Pelaksanaan== |
||
Upacara Mekotek digelar setiap 6 bulan sekali, 210 hari (berdasarkan kalender Hindu) pada hari [[Sabtu]] [[Kliwon]] Kuningan tepat di |
Upacara Mekotek digelar setiap 6 bulan sekali, 210 hari (berdasarkan kalender Hindu) pada hari [[Sabtu]] [[Kliwon]] Kuningan tepat di hari raya [[Kuningan]] atau selesai hari raya [[Galungan]].<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Dahulu, perayaan Mekotek menggunakan [[besi]], yang memberikan semangat juang untuk ke medan perang atau dari medan perang.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Namun, karena banyak peserta yang terluka, maka tombak dari besi tersebut diganti dengan tongkat dari kayu [[pulet]] yang sudah dikupas kulitnya dan diukur panjangnya sekitar 2-3,5 meter.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Para peserta diwajibkan mengenakan pakaian adat[[madya]] yaitu kancut dan udeng batik dan berkumpul di [[pura dalem Munggu]].<ref name="Balitoursclub"> </ref> Setelah berkumpul, mereka melakukan persembahyangan dan ucapan terima kasih atas hasil perkebunan.<ref name="Balitoursclub"> </ref> Setelah itu, seluruh peserta melakukan pawai menuju sumber air di kampung Munggu.<ref name="Balitoursclub"> </ref> |
||
Upacara ini diikuti oleh 2000 peserta, yakni penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari usia 12 hingga 60 tahun.<ref name="wisata dewata"> </ref> Para peserta dibagi dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 50 orang.<ref name="wisata dewata"> </ref> Tongkat kayu yang dibawa, diadu di atas udara membentuk [[piramida]] atau [[kerucut]].<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Bagi peserta yang punya nyali, naik ke puncak kumpulan tongkat kayu tersebut dan berdiri diatasnya dan memberikan komando semangat bagi kelompoknya.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok lain.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Komando yang diberikan oleh orang yang berada di puncak tongkat adalah menabrak kumpulan tongkat lawan atau kelompok lain.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> Tradisi Mekotek ini diiringi dengan [[gamelan]] untuk menyemangati para peserta.<ref name="Bali Tours Club"> </ref> |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
Revisi per 2 Juni 2014 16.51
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP34Itang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 Juni 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 2 Juni 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP34Itang (Kontrib • Log) 3787 hari 96 menit lalu. |
Mekotek adalah salah satu tradisi tolak bala dari Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, Indonesia.[1] Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan. Upacara Mekotek juga dikenal dengan istilah ngerebek.[2] Mekotek merupakan warisan leluhur yang dilaksanakan turun temurun hingga saat ini oleh umat Hindu di Bali.[2]
Sejarah
Pada awalnya Mekotek dilakukan untuk menyambut prajurit Kerajaan Mengwi yang datang dengan membawa kemenangan atas Kerajaan Blambangan di Jawa dan kemudian menjadi tradisi hingga sekarang.[3] Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1915, Mekotek pernah dihentikan, karena Balanda khawatir akan ada pemberontakan..[3] Namun, terjadi wabah penyakit sehingga Mekotek dilaksanakan lagi untuk tolak bala.[3]
Pelaksanaan
Upacara Mekotek digelar setiap 6 bulan sekali, 210 hari (berdasarkan kalender Hindu) pada hari Sabtu Kliwon Kuningan tepat di hari raya Kuningan atau selesai hari raya Galungan.[1] Dahulu, perayaan Mekotek menggunakan besi, yang memberikan semangat juang untuk ke medan perang atau dari medan perang.[1] Namun, karena banyak peserta yang terluka, maka tombak dari besi tersebut diganti dengan tongkat dari kayu pulet yang sudah dikupas kulitnya dan diukur panjangnya sekitar 2-3,5 meter.[1] Para peserta diwajibkan mengenakan pakaian adatmadya yaitu kancut dan udeng batik dan berkumpul di pura dalem Munggu.[3] Setelah berkumpul, mereka melakukan persembahyangan dan ucapan terima kasih atas hasil perkebunan.[3] Setelah itu, seluruh peserta melakukan pawai menuju sumber air di kampung Munggu.[3] Upacara ini diikuti oleh 2000 peserta, yakni penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari usia 12 hingga 60 tahun.[2] Para peserta dibagi dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 50 orang.[2] Tongkat kayu yang dibawa, diadu di atas udara membentuk piramida atau kerucut.[1] Bagi peserta yang punya nyali, naik ke puncak kumpulan tongkat kayu tersebut dan berdiri diatasnya dan memberikan komando semangat bagi kelompoknya.[1] Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok lain.[1] Komando yang diberikan oleh orang yang berada di puncak tongkat adalah menabrak kumpulan tongkat lawan atau kelompok lain.[1] Tradisi Mekotek ini diiringi dengan gamelan untuk menyemangati para peserta.[1]