Lompat ke isi

Hitung cepat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Hitung cepat''' atau '''jajak cepat''' ({{lang-en|quick count}}) adalah sebuah [[metode]] verifikasi hasil pemilihan umum yang dilakukan dengan menghitung [[persentase]] hasil [[pemilu]] di [[tempat pemungutan suara]] (TPS) yang dijadikan [[sampel]]. Berbeda dengan survei perilaku pemilih, survei pra-pilkada atau survei ''exit poll'', hitung cepat memberikan gambaran dan akurasi yang lebih tinggi, karena hitung cepat menghitung hasil pemilu langsung dari TPS target, bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan [[responden]]. Selain itu, hitung cepat bisa menerapkan [[teknik sampling]] [[probabilitas]] sehingga hasilnya jauh lebih akurat dan dapat mencerminkan [[populasi]] secara tepat.
'''Hitung cepat''' atau '''jajak cepat''' ({{lang-en|quick count}}) adalah sebuah [[metode]] verifikasi hasil pemilihan umum yang dilakukan dengan menghitung [[persentase]] hasil [[pemilu]] di [[tempat pemungutan suara]] (TPS) yang dijadikan [[sampel]]. Berbeda dengan survei perilaku pemilih, survei pra-pilkada atau survei ''exit poll'', hitung cepat memberikan gambaran dan akurasi yang lebih tinggi, karena hitung cepat menghitung hasil pemilu langsung dari TPS target, bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan [[responden]]. Selain itu, hitung cepat bisa menerapkan [[teknik sampling]] [[probabilitas]] sehingga hasilnya jauh lebih akurat dan dapat mencerminkan [[populasi]] secara tepat.


Hitung cepat lazim dilakukan oleh lembaga atau individu yang memiliki kepentingan terhadap proses dan hasil pemilu. Tujuan dan manfaat dari hitung cepat adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan memiliki data pembanding yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kecurangan yang terjadi pada proses tabulasi suara. Dengan hitung cepat, hasil pemilu dapat diketahui dengan cepat pada hari yang sama ketika pemilu diadakan. Jauh lebih cepat dibandingkan hasil resmi yang dikeluarkan oleh [[Komisi Pemilihan Umum]] (KPU) yang memakan waktu lebih kurang dua minggu. Selain itu dengan hitung cepat biaya yang dibutuhkan jauh lebih hemat daripada melakukan penghitungan secara keseluruhan.<ref name="quickcount">[http://cyrusnetwork.com/layanan/quick-real-count/ CyrusNetwork]</ref>
Quick count adalah proses pengumpulan informasi yang dikumpulkan oleh ratusan, atau ribuan, sukarelawan. Semua informasi, atau data, berasal dari pengamatan langsung proses pemilu. Pengamat mengwasi otoritas pemilu (KPU) di saat mereka mengelola proses pemungutan suara dan menghitung surat suara. Relawan mencatat informasi, termasuk penghitungan suara yang sebenarnya, pada formulir standar dan mengkomunikasikan temuan mereka ke tempat pengumpulan pusat.

Quick count TIDAK sama dengan riset opini politik, atau polling pemilihan (exit poling). Quick Count tidak bergantung pada pertanyaan yang diajukan kepada pemilih, atau orang lain, bagaimana mereka bisa memilih atau mengharuskan pemilih membocorkan bagaimana mereka memilih. Tidak ada pendapat disajikan dan tidak ada pendapat yang diminta dari siapa pun.

Organisasi yang mencoba untuk mengumpulkan data dari setiap TPS mencoba melakukan penghitungan cepat yang komprehensif. Jumlah yang komprehensif yang dirancang untuk mencerminkan penghitungan suara resmi. Atau, dan lebih umum, organisasi mengumpulkan informasi dari pilihan acak ilmiah TPS untuk menurunkan proyeksi hasil yang dapat diandalkan. Penghitungan cepat semacam itu membutuhkan relawan lebih sedikit, meskipun bahkan organisasi yang melakukan penghitungan cepat dengan menggunakan sampel acak dari TPS sering menempatkan pengamat lebih banyak TPS dari yang tersedia dalam sampel acak quick count itu. Hal ini menimbulkan akuntabilitas yang lebih luas, menyebabkan efek penggentar yang lebih besar terhadap manipulasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemilu.

Kebanyakan penghitungan cepat sekarang memiliki dua komponen:
1) pemeriksaan independen atas total suara resmi dan
2) analisis sistematis dari aspek kualitatif dari proses pemilu.

Penghitungan cepat yang digunakan untuk memantau suara sebagai persoalan aritmatika yang cukup sederhana. Apakah proses penghitungan tepat atau dimanipulasi? Apakah suara ditambahkan dengan benar dari daerah tersebut ke tingkat nasional (atau kabupaten) total? Apakah preferensi pemilih tercermin dalam hasil yang diumumkan oleh otoritas pemerintah pemilu atau lainnya? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab pada tingkat paling dasar-dengan menganalisis pengamatan TPS quick count dan membandingkan penghitungan suara yang direkam dengan hasil TPS resmi, atau dengan membandingkan angka nasional quick count terhadap hasil nasional resmi.

Dalam banyak kasus tidak ada penilaian independen selain dari penghitungan suara resmi. Dalam lingkungan politik di mana segmen besar masyarakat kurang percaya dalam proses pemilu, quick count dapat mempromosikan keyakinan dalam hasil resmi. Relawan dan jaringan komunikasi yang sama yang digunakan untuk melaporkan informasi tentang penghitungan suara juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang aspek-aspek kualitatif dari proses pemilu. Pertanyaan kualitatif yang biasanya muncul pada bentuk pengamat meliputi, misalnya:

• Kapan TPS dibuka? (Pengamat lingkari jawaban yang benar, misalnya, 6:00-7:00, 7:00-8:00, 8:00-9:00, atau setelah 9:00 a . m.)
• Apakah diperlukan bahan pemilu yang disediakan? (Pengamat memeriksa dari materi yang disediakan, yang mungkin termasuk daftar pemilih, surat suara, tinta tak terhapuskan, kotak suara, bilik suara dan lembar penghitungan.)
• Kapan suara dimulai? (Pengamat lingkari jawaban yang benar, misalnya, 7:00-8:00, 8:00-9:00, 9:00-10:00, atau setelah 10:00 a . m.)
• Apakah ada penyimpangan diamati selama proses pemungutan suara? (Formulir ini menyediakan daftar masalah potensial yang akan diperiksa off bahwa isu-isu alamat seperti pencabutan hak pemilih yang memenuhi syarat, suara ilegal, kotak suara isian dan kompromi dalam pemungutan suara rahasia.)
• partai politik yang memiliki wakil di dalam TPS? (Para pihak yang tercantum pada formulir, pengamat periksa dari mereka yang hadir.)
• Apakah pollwatchers partai menantang hasil di TPS? (Bentuknya dapat memberikan daftar alasan hukum untuk keluhan untuk diperiksa off.)
• Apakah lembar penghitungan selesai akurat?

Organisasi dapat menggunakan informasi ini untuk menyelidiki dan melaporkan kejadian di TPS tertentu. Namun, data ini adalah yang paling ampuh dalam bentuk agregat mereka; ini dapat memungkinkan kelompok untuk mengomentari kualitas dari proses secara keseluruhan, dan untuk mengidentifikasi dengan tepat penyimpangan yang dapat mempengaruhi hasil pemilu.

'''TUJUAN QUICK COUNT'''

Quick count yang sukses dimulai dengan pemahaman yang jelas dan pernyataan tujuan proyek. Pemimpin quick count harus mengidentifikasi tujuan mereka untuk memfasilitasi kedua pendekatan strategis dan rencana taktis. Tujuan potensial termasuk:

• menghalangi penipuan;
• mendeteksi kecurangan;
• menawarkan perkiraan hasil secara cepat;
• menanamkan kepercayaan dalam proses pemilihan dan hasil resmi;
• melaporkan pada kualitas proses
• mendorong partisipasi masyarakat;
• memperluas jangkauan organisasi dan membangun keterampilan; dan
• mempersiapkan untuk kegiatan mendatang

'''PRASYARAT QUICK COUNT
'''
Sebelum kelompok berkomitmen untuk melakukan penghitungan cepat, organisasi harus menentukan apakah organisasi tersebut layak. Dalam beberapa kasus, bahkan jika memungkinkan, persyaratan untuk penghitungan cepat yang sukses tidak didapatkan. Tiga kondisi dasar yang harus dipenuhi:
• pengamat harus memiliki akses ke tempat pemungutan suara dan penghitungan pusat;
• organisasi harus kredibel (misalnya, itu harus dipercaya oleh sebagian besar khalayak utama pada hari pemilihan); dan
• proyek perlu didukung oleh sumber daya yang memadai.

Akses ke data quick count didasarkan pada pengamatan aktual peristiwa. Setidaknya, pengamat harus memiliki akses bebas ke proses pemungutan dan penghitungan. Akses bebas sepanjang hari dari pembukaan sampai penutupan tempat pemungutan suara sangat diperlukan jika kelompok pengamat bertujuan untuk mengevaluasi aspek-aspek kualitatif dari proses. Idealnya, organisasi quick count harus meminta dan menerima dokumen dari otoritas pemilu menjamin pengamat mendapatkan akses bebas ke TPS dan proses penghitungan di semua tingkatan.

'''Kredibilitas terhadap Audiens
'''
Sebuah organisasi sipil perencanaan quick count harus siap untuk menumbuhkan kredibilitas dengan khalayak yang dianggap penting untuk mencapai tujuan tertentu nya. Misalnya, jika tujuan utama adalah untuk mencegah penipuan, otoritas pemilu dan partai politik merupakan khalayak utama. Jika tujuannya adalah untuk menanamkan kepercayaan publik dalam proses, adalah penting untuk membangun kredibilitas dengan pemilih umum.

Dua komponen utama adalah kredibilitas kompetensi dan independensi. Untuk mempromosikan citra kompetensi, kelompok sendiri harus berperilaku secara transparan. Organisasi harus membuat dokumen dapat diakses oleh publik seperti akta pendirian, peraturan dan laporan keuangan. Mereka harus mempublikasikan rencana dan metode mereka, yang harus masuk akal dan layak. Pengawas utama juga harus melihat sponsor independen. Untuk memastikan hal ini, kelompok mungkin mengharuskan setiap pemimpin individu, anggota staf dan relawan tidak memiliki keterlibatan politik partisan. Jika hal ini tidak mungkin, alternatifnya adalah untuk membuat sebuah organisasi yang secara politis representatif dan seimbang.

'''Sumber daya yang memadai'''

sumber daya manusia yang signifikan, teknis dan keuangan yang diperlukan untuk melakukan penghitungan cepat. Kelompok harus memanfaatkan, atau membuat, jaringan nasional sukarelawan; organisasi harus mengembangkan sistem pengumpulan data berskala besar. Pendanaan yang dibutuhkan untuk membangun dan mendukung jaringan pengamat dan sistem teknis.

Biasanya, pendanaan ini diperoleh dari sumber seperti lembaga donor internasional atau lembaga swadaya masyarakat. Hampir di setiap keputusan tentang struktur quick count akan berimplikasi kepada sumber daya. Kecepatan membutuhkan telepon dan komputer untuk mengumpulkan dan mensintesis informasi. Akurasi menuntut sistem yang lebih canggih untuk mengolah data dan laporan lengkap. Kelengkapan berarti lebih banyak sukarelawan, lebih banyak pelatihan dan biaya pemilu yang lebih tinggi.

[http://cyrusnetwork.com/layanan/quick-real-count/ CyrusNetwork]</ref>
https://www.ndi.org/files/1417_elect_quickcounthdbk_1-30.pdf


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 19 Juli 2014 06.57

Hitung cepat atau jajak cepat (bahasa Inggris: quick count) adalah sebuah metode verifikasi hasil pemilihan umum yang dilakukan dengan menghitung persentase hasil pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel. Berbeda dengan survei perilaku pemilih, survei pra-pilkada atau survei exit poll, hitung cepat memberikan gambaran dan akurasi yang lebih tinggi, karena hitung cepat menghitung hasil pemilu langsung dari TPS target, bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan responden. Selain itu, hitung cepat bisa menerapkan teknik sampling probabilitas sehingga hasilnya jauh lebih akurat dan dapat mencerminkan populasi secara tepat.

Hitung cepat lazim dilakukan oleh lembaga atau individu yang memiliki kepentingan terhadap proses dan hasil pemilu. Tujuan dan manfaat dari hitung cepat adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan memiliki data pembanding yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kecurangan yang terjadi pada proses tabulasi suara. Dengan hitung cepat, hasil pemilu dapat diketahui dengan cepat pada hari yang sama ketika pemilu diadakan. Jauh lebih cepat dibandingkan hasil resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memakan waktu lebih kurang dua minggu. Selain itu dengan hitung cepat biaya yang dibutuhkan jauh lebih hemat daripada melakukan penghitungan secara keseluruhan.[1]

Referensi