Talibun: Perbedaan antara revisi
Tag: VisualEditor karakter berulang [ * ] |
|||
Baris 25: | Baris 25: | ||
* mengisahkan seperti peperangan di masa lalu |
* mengisahkan seperti peperangan di masa lalu |
||
={{br}}= Contoh |
={{br}}= Contoh Kontol == |
||
Tengah malam sudah terlampau{{br}} |
Tengah malam sudah terlampau{{br}} |
||
Dinihari belum lagi nampak{{br}} |
Dinihari belum lagi nampak{{br}} |
Revisi per 6 September 2014 04.32
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya.
Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:-
- Ia merupakan sejenis puisi bebas
- Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian
- Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci
- Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita
- Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya
- Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll)
- Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara
- Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara
Tema Talibun
Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:
- Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
- Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa
- Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang
- Mengisahkan kecantikan seseorang
- Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia
- mengisahkan perlakuan dimasa lalu
- mengisahkan seperti peperangan di masa lalu
= Contoh Kontol =
Tengah malam sudah terlampau
Dinihari belum lagi nampak
Budak-budak dua kali jaga
Orang muda pulang bertandang
Orang tua berkalih tidur
Embun jantan rintik-rintik
Berbunyi kuang jauh ke tengah
Sering lanting riang di rimba
Melenguh lembu di padang
Sambut menguak kerbau di kandang
Berkokok mendung, Merak mengigal
Fajar sidik menyinsing naik
Kicak-kicau bunyi Murai
Taktibau melambung tinggi
Berkuku balam dihujung bendul
Terdengar puyuh panjang bunyi
Puntung sejengkal tinggal sejarimmhfvjhvfjh
Itulah alamat hari nak siang
(Hikayat Malim Deman)