Pragalba: Perbedaan antara revisi
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
Ki Pragalba disebutkan dalam [[babad]] sebagai keturunan dari [[Brawijaya]], yaitu melalui anak-anaknya [[Lembu Peteng]]{{sfn|Truhart|2003|p=1318}} dan [[Menak Senoyo]]{{sfn|Werdisastra|1985|pp=375-376}} yang menetap di Madura. Salah seorang anak Ki Pragalba yaitu [[Raden Pratanu]], atau gelarnya Pangeran Lemahduwur,{{sfn|Truhart|2003|p=1318}} adalah nenek moyang dari trah bangsawan [[Cakraningrat]], yang kemudian memegang hegemoni Madura Barat sejak pertengahan abad ke-17 hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.{{sfn|de Graaf|Pigeaud|1985|pp=213-214}} Sedangkan anak lainnya yaitu [[Pangeran Langgar]] kemudian menikah dengan putri [[Sultan Trenggono]] dari [[Kesultanan Demak|Demak]].{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|pp=54-55}} |
Ki Pragalba disebutkan dalam [[babad]] sebagai keturunan dari [[Brawijaya]], yaitu melalui anak-anaknya [[Lembu Peteng]]{{sfn|Truhart|2003|p=1318}} dan [[Menak Senoyo]]{{sfn|Werdisastra|1985|pp=375-376}} yang menetap di Madura. Salah seorang anak Ki Pragalba yaitu [[Raden Pratanu]], atau gelarnya Pangeran Lemahduwur,{{sfn|Truhart|2003|p=1318}} adalah nenek moyang dari trah bangsawan [[Cakraningrat]], yang kemudian memegang hegemoni Madura Barat sejak pertengahan abad ke-17 hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.{{sfn|de Graaf|Pigeaud|1985|pp=213-214}} Sedangkan anak lainnya yaitu [[Pangeran Langgar]] kemudian menikah dengan putri [[Sultan Trenggono]] dari [[Kesultanan Demak|Demak]].{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|pp=54-55}} |
||
Masa pemerintahan Ki Pragalba adalah masa transisi di mana agama Islam mulai dipeluk oleh penduduk Madura.{{sfn|Ricklefs|Nugraha|2008|76}} [[Tomé Pires]] mencatat sekitar kurun 1512-1515 bahwa penduduk Madura belum memeluk Islam; namun setelah runtuhnya [[Majapahit ]]di Jawa tahun 1527, menurut tradisi setempat setidaknya kaum elitnya telah mulai memeluk agama tersebut (tradisi setempat mencatatnya pada tahun 1528).{{sfn|Ricklefs|Nugraha|2008|76}} |
Masa pemerintahan Ki Pragalba adalah masa transisi di mana agama Islam mulai dipeluk oleh penduduk Madura.{{sfn|Ricklefs|Nugraha|2008|p=76}} [[Tomé Pires]] mencatat sekitar kurun 1512-1515 bahwa penduduk Madura belum memeluk Islam; namun setelah runtuhnya [[Majapahit ]]di Jawa tahun 1527, menurut tradisi setempat setidaknya kaum elitnya telah mulai memeluk agama tersebut (tradisi setempat mencatatnya pada tahun 1528).{{sfn|Ricklefs|Nugraha|2008|p=76}} |
||
Makam Ki Pragalba ialah di permakaman raja-raja di ''Aeng Mata'', Bangkalan.{{sfn|de Graaf|Pigeaud|1985|pp=213-214}} |
Makam Ki Pragalba ialah di permakaman raja-raja di ''Aeng Mata'', Bangkalan.{{sfn|de Graaf|Pigeaud|1985|pp=213-214}} |
Revisi per 8 September 2014 13.10
Ki Pragalba,[1] bergelar Pangeran Plakaran[2] atau Kyai Gede Sampang,[3] adalah seorang penguasa Madura Barat yang memerintah sekitar 1500-1531. Kekuasaannya diperkirakan meliputi wilayah Bangkalan dan Plakaran.[1] Ia mendapat julukan Pangeran Ongguq (bahasa Madura: angguq = mengangguk), karena menurut cerita rakyat pada saat menjelang wafatnya ia bersedia menerima agama Islam dengan menganggukkan kepalanya.[2]
Ki Pragalba disebutkan dalam babad sebagai keturunan dari Brawijaya, yaitu melalui anak-anaknya Lembu Peteng[1] dan Menak Senoyo[4] yang menetap di Madura. Salah seorang anak Ki Pragalba yaitu Raden Pratanu, atau gelarnya Pangeran Lemahduwur,[1] adalah nenek moyang dari trah bangsawan Cakraningrat, yang kemudian memegang hegemoni Madura Barat sejak pertengahan abad ke-17 hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.[2] Sedangkan anak lainnya yaitu Pangeran Langgar kemudian menikah dengan putri Sultan Trenggono dari Demak.[3]
Masa pemerintahan Ki Pragalba adalah masa transisi di mana agama Islam mulai dipeluk oleh penduduk Madura.[5] Tomé Pires mencatat sekitar kurun 1512-1515 bahwa penduduk Madura belum memeluk Islam; namun setelah runtuhnya Majapahit di Jawa tahun 1527, menurut tradisi setempat setidaknya kaum elitnya telah mulai memeluk agama tersebut (tradisi setempat mencatatnya pada tahun 1528).[5]
Makam Ki Pragalba ialah di permakaman raja-raja di Aeng Mata, Bangkalan.[2]
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ a b c d Truhart 2003, hlm. 1318.
- ^ a b c d de Graaf & Pigeaud 1985, hlm. 213-214.
- ^ a b Poesponegoro & Notosusanto 2008, hlm. 54-55.
- ^ Werdisastra 1985, hlm. 375-376.
- ^ a b Ricklefs & Nugraha 2008, hlm. 76.
Referensi
- de Graaf, Hermanus Johannes; Pigeaud, Theodore Gauthier Th. (1985). Kerajaan-kerajaan Islam pertama di Jawa: kajian sejarah politik abad ke-15 dan ke-16. Grafitipers.
- Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. III. PT Balai Pustaka. ISBN 9789794074091.
- Ricklefs, Merle Calvin; Nugraha (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. ISBN 9789790241152.
- Truhart, Peter (2003). Asia & Pacific Oceania: Regents of Nations. III (edisi ke-2). Walter de Gruyter. ISBN 9783110967463.
- Werdisastra, Raden (1996). Moh. Thoha Hadi (pent.), ed. Babad Sumenep. Garoeda Buana Indah.