Kabupaten Biak Numfor: Perbedaan antara revisi
Baris 235: | Baris 235: | ||
* [[Kretek TV]] 7 VHF jaringan [[Bloomberg TV Indonesia]] (masih rencana) |
* [[Kretek TV]] 7 VHF jaringan [[Bloomberg TV Indonesia]] (masih rencana) |
||
* [[Paragon TV]] 11 VHF jaringan [[Sinko TV]] (masih rencana Oktober 2014) |
* [[Paragon TV]] 11 VHF jaringan [[Sinko TV]] (masih rencana Oktober 2014) |
||
* [[ |
* [[Nirwana TV]] 29 UHF (masih rencana) |
||
* [[Sun TV]] [[Grup Jawa Pos]] (masih rencana) |
* [[Sun TV]] [[Grup Jawa Pos]] (masih rencana) |
||
Revisi per 22 September 2014 13.55
Kabupaten Biak Numfor | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: "Memantapkan Kota Jasa Sebagai Jembatan Emas Biak Sejahtera di Masa Depan" | |
Letak Biak di Papua | |
Koordinat: 6°54′53.08″S 107°36′35.32″E / 6.9147444°S 107.6098111°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Papua |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | - |
Ibu kota | Biak |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Yusuf Melianus Maryen |
Luas | |
• Total | 21,572 km² (total) = 3,130 km² (daratan) dan 18,442 km² (lautan) km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Ketinggian | 768 m (2,520 ft) |
Populasi ((2003)) | |
• Total | 110.897 |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+09:00 (WIT) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 981 |
Kode Kemendagri | 91.06 |
Kode SNI 7657:2023 | BDG |
DAU | Rp. 464.681.810.000.- |
Situs web | www.biakkab.go.id |
Kabupaten Biak Numfor adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Biak. Wilayah otonom yang kini disebut sebagai Kabupaten Supiori pernah menjadi bagian dari kabupaten ini.
Pulau-Pulau
Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat kecil, termasuk Kepulauan Padaido yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai pihak. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah 5,11% dari luas wilayah provinsi Papua.
Letak Geografis
Kabupaten Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten ini merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Iklim
Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak pada tahun 2011 dilaporkan bahwa suhu udara rata‐rata di wilayah Kabupaten Biak Numfor adalah 27,1 C dengan kelembaban udara rata‐rata 86,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah Kabupaten Biak Numfor termasuk kategori panas. Hal ini juga dapat dilihat dari suhu udara minimum sekitar 24,5oC sementara suhu maksimum mencapai 30 C. Di sisi lain, curah hujan rata‐rata yang terjadi sepanjang tahun 2011 adalah 287,5 mm, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 456,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan November yaitu 123,1 mm. Sementara itu, banyaknya hari hujan rata‐rata dalam satu bulan di Kabupaten Biak Numfor adalah 24 hari. Bahkan pada bulan September banyaknya hari hujan hampir mencapai satu bulan, yaitu 28 hari. Sedangkan banyaknya hari hujan paling kecil terjadi pada bulan Mei, yaitu 19 hari. BMKG juga mencatat bahwa rata‐rata penyinaran matahari setiap bulan adalah 140,8 jam, dimana penyinaran terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 203,1 jam dan paling kecil pada bulan Juni hanya 69,1 jam. Sementara pantauan rata‐rata kecepatan angin setiap bulan masih tergolong normal yaitu 3,7 knots dan tekanan udara sebesar 1.007,1 mba.
Sejarah
Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor adalah Schouten Eilanden, menurut nama orang Eropa pertama berkebangsaan Belanda, yang mengunjungi daerah ini pada awal abad ke 17. Nama-nama lain yang sering dijumpai dalam laporan-laporan tua untuk penduduk dan daerah kepuluan ini adalah Numfor atau Wiak. Fonem w pada kata wiak sebenarnya berasal dari fonem v yang kemudian berubah menjadi b sehingga muncullah kata biak seperti yang digunakan sekarang. Dua nama terakhir itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung antara dua kata tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan daerah dan penduduk yang mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah utara Teluk Cenderawasih itu. Dalam percakapan sehari-hari orang hanya menggunakan nama Biak saja yang mengandung pengertian yang sama juga dengan yang disebutkan di atas.
Tentang asal usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa pendapat. Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata v`iak itu yang pada mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan`,`orang-orang yang tidak pandai kelautan`, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut.
Pendapat lain, berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai.
Batas Wilayah
Utara | Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik |
Timur | Samudera Pasifik |
Selatan | Selat Yapen |
Barat | Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Supiori |
Jarak dari ibu kota kabupaten ke ibu kota kecamatan
- Kameri: 83 km
- Yemburwo: 80 km
- Korido: 42 km
- Sabar Miokre: 45 km
- Yomdori: 54 km
- Warsa: 47 km
- Korem: 36 km
- Bosnik: 20 km
- Yendidori: 8 km
- Samofa: 2 km
Distrik/Ibukota
No. | Distrik | Ibu kota | No. | Distrik | Ibu kota | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Biak Barat | Yomdori | 11 | Yawosi | Wasori | |
2 | Biak Kota | Biak Kota | 12 | Swandiwe | Wombrisaw | |
3 | Biak Timur | Bosnik | 13 | Yawosi | Wasori | |
4 | Biak Utara | Korem | 14 | Bondifuar | Sansundi | |
5 | Kepulauan Padaidio | Pai | 15 | Andey | Rodifu | |
6 | Numfor Barat | Kameri | 16 | Bruyadori | Duai | |
7 | Numfor Timur | Yenburwo | 17 | Poiru | Andei | |
8 | Samofa | Darfuar | 18 | Aimando | Pasi | |
9 | Warsa | Ammoy | 19 | Orkeri | Pakreki | |
10 | Yendidori | Yendidori |
Transportasi
Transportasi utama Kabupaten Biak Numfor adalah Bandar Udara. Bandar Udara Frans Kaisiepo merupakan bandar udara Internasional pertama di wilayah Papua dengan panjang landasan pacu hampir 3,6 km. Dimasa tahun 1990 an pernah melayani rute penerbangan Internasional ke Los Angeles USA melalui Honolulu. Untuk transportasi darat panjang jalan di Kabupaten Biak Numfor mencapai 703,74 Km yang terdiri dari Jalan Nasional (65,66 Km), Jalan Provinsi (193,51 Km), dan Jalan Kabupaten (444,56 Km). Dari total panjang jalan tersebut, 96,9 persen Jalan Provinsi sudah diaspal, dan 92,13 persen Jalan Kabupaten sudah diaspal.
Olahraga
Klub sepak bola wilayah ini adalah PSBS Biak Numfor yang bermarkas di Stadion Cenderawasih dan bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Klub ini dikenal dengan nama julukan " Napi Bongkar"
Kependudukan
Berdasarkan proyeksi penduduk pertengahan tahun dengan dasar data hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor Tahun 2011 adalah 130.593 jiwa yang terdiri dari 67.194 laki‐laki dan 63.399 perempuan. Jumlah penduduk paling besar berada di Distrik Biak Kota sebesar 43.134 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.005,69 jiwa per km2.
Pendidikan
Pada tahun 2011 Kabupaten Biak Numfor memiliki 250 sekolah yang meliputi 19 Taman Kanak-kanak, 161 Sekolah Dasar/ 1 Madrasah Ibtidaiyah, 46 SLTP/ 1 Madrasah Tsanawiyah, 16 SMU dan 6 Sekolah Kejuruan. Secara umum penyebaran sekolah di wilayah Kabupaten Biak Numfor masih bervariasi menurut jenisnya. Untuk Taman Kanak-kanak masih terpusat di Distrik Biak Kota dan Distrik Samofa masing-masing sebanyak 7 dan 9. Tiga distrik lain yaitu Distrik Numfor Timur, Distrik Biak Timur dan Distrik Warsa hanya terdapat 1 TK. Sedangkan distrik lain belum ada TK yang beroperasi. Berbeda dengan TK, seluruh distrik di Kabupaten Biak Numfor sudah memiliki SD dan SLTP. Kecuali Distrik Bondifuar yang tidak memiliki SLTP. Sementara itu terdapat 11 perguruan tinggi yang beroperasi di Kabupaten Biak Numfor, IISIP YAPIS, Akademi Perikanan Kamasan Biak, Akademi Teknik Biak,Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Biak, Akademi Pariwisata, Universitas Cendrawasih kelas ekstensi, Akademi Kebidanan Biak, Akademi Keperawatan Biak, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Biak, Institut Kristen Papua, dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Oikumene. Dari kesebelas perguruan tinggi tersebut, yang mempunyai jumlah mahasiswa paling banyak adalah IISIP YAPIS dan STKIP masing-masing 973 dan 837 mahasiswa.
Kualitas sarana pendidikan di terutama Akedemi dan Universitas dirasakan belum cukup baik dibandingkan daerah lain, mengakibatkan banyaknya siswa yang melanjutkan pendidikan selepas SMU ke luar Biak.
Kesehatan
Di Kabupaten Biak Numfor terdapat tiga rumah sakit, yaitu satu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan dua rumah sakit militer milik TNI AU dan TNI AL. RSUD Kabupaten Biak Numfor mempunyai fasilitas berupa ruang rawat inap sebanyak 12 sal dengan kapasitas sekitar 250 tempat tidur tetapi masih dirasakan masyarakat kurang memiliki fasilitas yang layak sebagai Rumah Sakit rujukan di Papua.
Industri
Pertumbuhan Industri di Kabupaten Biak Numfor dalam beberapa dekade ini terasa stagnan, bahkan mengalami penurunan. Hal ini dirasakan semenjak tutupnya Hotel Bintang Lima pertama di Papua, yaitu Hotel Marauw, dan terhentinya pabrik pengalengan ikan Biak Mina Jaya. Yang lebih memprihatinkan Hotel Marauw hancur akibat penjarahan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dekade tahun awal 1990-an, Kota Biak pernah melayani rute penerbangan Internasional Bali - Biak - Honolulu - Los Angeles. Disayangkan rute penerbangan Internasional ini tutup.
Industri Pariwisata yang diharapkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah belum membuahkan hasil. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah Biak Numfor untuk memajukan industri pariwisata. Pembenahan infrastruktur di bidang pariwisata mutlak di lakukan agar wisatawan mancanegara/ lokal merasa nyaman dalam melakukan kunjungan ke obyek-obyek wisata.
Perkembangan investasi dirasakan sangat lambat, kendala yang utama dirasakan investor adalah masalah kepastian hukum atas tanah. Seringkali terjadi gugatan masyarakat adat terhadap tanah mengakibatkan mundurnya minat investor dalam berinvestasi.
Posisi pulau Biak yang strategis diminati oleh Rusia untuk menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran Satelit. Rencana ini sempat mencuat harapan akan masuknya investor dari Rusia ke Biak. Tetapi disayangkan sampai saat ini rencana tersebut ditunda karena hal-hal yang belum jelas.
Visi untuk menjadikan Biak sebagai kota Jasa, sampai saat ini belum tercapai jika tidak ada investor yang masuk untuk membangun kota Biak. Hal inilah yang membuat perkembangan Kota Biak terasa lambat selama beberapa tahun belakangan ini.
Media
Televisi
Kota Biak memiliki membangun stasiun televisi, di antaranya:
- Biak TV 36 UHF jaringan NET. (masih rencana Oktober 2014)
- Atlas TV 20 UHF jaringan MTV (masih rencana)
- Tanjungkarang TV 10 VHF jaringan Kompas TV (masih rencana)
- Kretek TV 7 VHF jaringan Bloomberg TV Indonesia (masih rencana)
- Paragon TV 11 VHF jaringan Sinko TV (masih rencana Oktober 2014)
- Nirwana TV 29 UHF (masih rencana)
- Sun TV Grup Jawa Pos (masih rencana)
Referensi
- Sistem Politik Tradisional Etnis Byak: Kajian tentang Pemerintahan Tradisional Antropologi Papua, Volume 1. No. 3 Agustus 2003 oleh Dr. J.R. Mansoben, MA
- Master Wilayah Skema 456 Kabupaten/Kota (Keadaan Desember 2007), halaman 1.398-1.401