Lompat ke isi

Abraham Alex Tanuseputra: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 14: Baris 14:
| children = Pdt. Hanna Asti Tanuseputra <br/>Pdt. David Aswin Tanuseputra<br/>Andreas Tanuseputra
| children = Pdt. Hanna Asti Tanuseputra <br/>Pdt. David Aswin Tanuseputra<br/>Andreas Tanuseputra
| other_names =
| other_names =
| known_for = Pelopor pujian dan penyembahan di Indonesia, Gembala Gereja Bethany Surabaya (2003-2012)
| known_for = Pelopor pujian dan penyembahan di Indonesia dan menjadi Gembala Gereja Bethany Surabaya (2003-2012)
| religion = [[Kristen Protestan]]
| religion = [[Kristen Protestan]]
| twitter =
| twitter =

Revisi per 23 November 2014 19.10

Pdt. Alex
Berkas:Abraham Alex Tanuseputra.jpg
LahirAbraham Alex Tanuseputra
01 Juni 1941 (umur 83)
Mojokerto, Jawa Timur
Kebangsaan Indonesia
PekerjaanPendeta
Dikenal atasPelopor pujian dan penyembahan di Indonesia dan menjadi Gembala Gereja Bethany Surabaya (2003-2012)
Suami/istriYenny Oentario
AnakPdt. Hanna Asti Tanuseputra
Pdt. David Aswin Tanuseputra
Andreas Tanuseputra


Pdt. Prof. Dr. Abraham Alex Tanuseputra, Ph.D (lahir 1 Juni 1941) adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia. Ia merupakan pendiri GBI Bethany (sekarang menjadi Sinode Gereja Bethany Indonesia) dan merupakan Ketua Umum dari Sinode Gereja Bethany Indonesia untuk periode 2003-2007 dan Ketua Umum Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany Indonesia hingga saat ini.

Sejarah

Alex dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara (seluruhnya laki-laki) dalam sebuah keluarga apoteker. Ayahnya meninggal tiga bulan setelah menjadi pemeluk Kristen, sementara keluarga ibunya memang merupakan keluarga Kristen.

Tahun 1954, Alex Tanuseputra merupakan seorang pengusaha apotek yang melanjutkan usaha ibunya. Sebagai keluarga Kristen, Alex telah pergi ke Gereja tetapi selalu menghindar ketika ditawari untuk melayani. Dalam sebuah pelayanan oleh Pdt. Dzao Sze Kwang, ia dinubuatkan akan menjadi Pelayan Tuhan. Nubuatan ini diteguhkan kemudian oleh Pdt. EB Stube.

Pada tahun 1965, Alex menabrak seorang anak kecil. Anak kecil tersebut terluka sangat parah dan kematiannya tinggal menunggu waktu. Keluarga anak tersebut mengancam akan membunuhnya bila anak tersebut mati. Alex pergi ke sebuah gereja dan berdoa semalam-malaman dan bernazar bahwa ia akan menyerah dan menjadi Pelayan Tuhan jikalau anak tersebut sembuh dan hidup. Keajaiban terjadi dan anak yang sekarat itu kemudian berhasil dioperasi, sembuh, dan tetap hidup. Alex menyerahkan diri untuk melayani di gereja dan menjual hartanya, mendirikan 14 gedung gereja dan pos-pos penginjilan di Mojokerto.

Pada tahun 1977, Pdt. Alex pindah ke Surabaya beserta seluruh keluarganya. Seluruh 14 gereja yang telah didirikannya diberikan kepada pendeta lainnya. Ia memulai kembali membangun jemaat yang diawali dari 7 orang keluarganya sendiri. Pdt. Alex kemudian bergabung di Sinode Gereja Bethel Indonesia yang memiliki sifat gereja lokal otonom.

Pada tahun 1987, sebuah gedung gereja di Jl. Manyar Rejo II/36-38 selesai dibangun. Pada saat itu, jemaat GBI yang digembalakannya telah mencapai 2.000 jiwa dari 7 orang pada tahun 1977. Pada tahun 1987 ini, diperkenalkan visi slogan "Successful Bethany Families". Pada tahun yang sama, tak lama setelah gedung GBI Bethany Jl. Manyar Rejo berdiri, Pdt. Alex memulai kembali visi pembangunan Graha Bethany di Jalan Nginden, Surabaya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 2000 dan memiliki kapasitas 20.000 orang jemaat. Gedung ini dianggap sebagai gedung gereja terbesar di Asia Tenggara.

Tahun 1988 dan 1989, GBI Bethany memulai pembukaan cabang di Indonesia bagian Barat dan Timur (Bethany Barat dan Timur). GBI Bethany menjadi salah satu bagian jemaat terbesar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).

Tahun 1997, Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa nama-nama jemaat lokal (seperti Bethany, Tiberias, Mawar Saron, Rehobot, dan lain-lain) harus ditanggalkan dan digantikan dengan nama jalan di mana gereja lokal berdiri. Keputusan ini membawa kepada kerumitan bagi jemaat-jemaat lokal yang telah besar seperti Bethany dan yang lainnya. Banyak dari jemaat lokal yang belum mematuhi keputusan tersebut.

Tahun 2000, Sinode GBI kembali meneguhkan keputusan 1997 tentang penanggalan nama-nama jemaat lokal. Akhirnya, pada tahun 2002, GBI Bethany Barat (di bawah Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo) dan Timur (di bawah Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana) menanggalkan nama Bethany. Sementara itu, Bethany Wilayah Indonesia Tengah bersedia menurunkan nama Bethany namun menolak menurunkan visi Successful Bethany Families.

Tahun 2003, pada tanggal 17 Januari 2003, GBI Bethany Wilayah Indonesia Bagian Tengah secara resmi mengundurkan diri dari Sinode GBI dan mendirikan sebuah Sinode baru bernama Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Pada 15 April 2004, dimulai rencana pembangunan Menara Doa Jakarta.

Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center. Luar Biasa , dengan jabatan Preskom ini akan menjadi contoh buat generasi penerus bangsa , banyak hal yang perlu diperhatikan agar "tetap berjalan di rel yang benar"

Pada 2009, dimulai pembangunan tahap kedua Graha Bethany Nginden dengan jumlah jemaat menjadi 35.000 dalam satu kali ibadah, dan telah diresmikan pada SPGI 2010.

Pada SPGI 2010 terjadi rekonsiliasi antara Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dan Pdt. DR. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana setelah tujuh tahun terjadi ketidakharmonisan di antara mereka sehingga terjadilah kembali kesatuan hati kembali di antara mereka para pemimpin Bethany.

Pada tahun 2012, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra mengundang Pastor Benny Hinn untuk hadir di KKR yang berlangsung di Graha Bethany Nginden, Surabaya dan berdoa serta mengurapi secara langsung Pastor Benny Hinn. Pdt. Alex merupakan satu-satunya hamba TUHAN di dunia yang menumpangkan tangan secara langsung mengurapi Pastor Benny Hinn mendoakan pelayanan dan kesatuan keluarga Pastor Benny Hinn. Pada tahun yang sama diwariskanlah penggembalaan Gereja Bethany Graha Bethany Nginden Surabaya kepada Putra pertamanya (anak ke dua) Pdt. David Aswin Tanuseputra (sekaligus menjadi Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia).

Pada tahun 2013, Gereja Bethany kembali mengadakan KKR bersama Pastor Benny Hinn bersamaan dengan SEMINAR KESATUAN GEREJA INTERNASIONAL (SKGI) 2013. SKGI 2013 dilayani oleh Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. Niko Njotorahardjo, Pastor Benny Hinn, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. K.A.M. Jusuf Ronni, Pdt. Dwidjo Saputro, Pdt. Josia Abdisaputera, Pdt. Eddy Leo, Rev Floyd Lawhon dan Pdt. Jusuf BS. Pada tahun ini TUHAN menjawab doa Pdt. Alex untuk Ps. Benny pada tahun 2012 dengan bersatunya kembali Pastor Benny dan istrinya yang ditandai dengan pernikahan kembali yang dilangsungkan antara Ps. Benny Hinn dan istrinya Suzanne Hinn pada tanggal 3 Maret 2013. Pada tahun yang sama, kisah perjalanan hidup Pdt. Alex diangkat kedalam film layar lebar OPTATISSIMUS (Doa Pertama) yang tayang di seluruh jaringan bioskop XXI pada tanggal 23 Mei 2013. Pada tahun yang sama juga, Proyek Menara Jakarta kembali ditangani dan dilanjutkan oleh Pdt. Alex dan Gereja Bethany Indonesia.

Pada tahun 2014, Seminar Kesatuan Gereja Internasional diadakan di Kota Jakarta di Istora Senayan. Seminar ini diadakan oleh Menara Doa Jakarta (Pdt. Abraham Alex Tanuseputra) dan didukung Billion Soul Summit Indonesia.

Keluarga

Pdt Alex menikah dengan Yenny Oentario pada 23 Februari 1963. Pasangan ini dikaruniai 3 orang anak, yaitu Pdt. Hanna Asti Tanuseputra atau Hanna Hadisiswantoro, Pdt. David Aswin Tanuseputra, dan Andreas Tanuseputra. Putrinya, Hanna menikah dengan Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, MA. Dari putri pertamanya, Pdt Alex mendapatkan tiga cucu, dari putranya yang kedua mendapatkan dua orang cucu, dan dari putra yang ketiga adalah tiga orang cucu. Ketiga orang anak dan menantu Pdt Alex terlibat aktif dalam Gereja Bethany. Sandra Angelia adalah salah seorang cucunya yang kemudian terpilih menjadi Miss Indonesia 2008.

Gelar akademis

Tahun 1988, Pdt. Alex mendapatkan gelar Doctor of Philosophy dari International Christian Institute, Amerika Serikat, dengan tesis berjudul "Hak dan Kuasa Mencipta Oleh Orang Percaya dan Lahir Baru".

Tahun 1995, dianugerahi gelar Doctor of Divinity dari Lee College, Cleveland, Amerika Serikat.

Pada 2 Juli 2004, dikukuhkan sebagai Profesor dari Trinity Crown International University (TCIU), dengan disertasi "In Christian Leadership".

Didahului oleh:
Tidak ada
Ketua Umum Sinode
Gereja Bethany Indonesia

2003 - 2007
Diteruskan oleh:
Pdt. Prof. Dr. Bambang Yudho
Didahului oleh:
Tidak ada
Gembala Senior/Pendiri
Gereja Bethany

1978 - Sekarang
Diteruskan oleh:
Tidak ada

Kasus

Penggelapan dana gereja

Sejak akhir tahun 2007, Pdt. Alex diduga telah menggelapkan dan melakukan pencucian uang jemaat sebesar Rp 4,7 triliun untuk kebutuhan pribadi dan keluarganya.

Perselingkuhan

Pada awal bulan November 2014, Pdt. Alex diguncang isu memiliki wanita idaman lain yang bernama Elke, seorang janda kelahiran Manado, yang usianya 25 tahun lebih muda dari umurnya.

Penyidik Unit Susila Direskrimum Polda Jatim juga sudah menyimpan foto-foto mesra Pdt. Alex dengan Elke.

Pdt. Alex, ketika ditanya jemaat dan pendeta soal isu hubungannya dengan teman seperkutuan doa, tidak membantah maupun mengiyakan melainkan Pdt. Alex, hanya tersenyum dan berkedip, tapi beberapa pendeta yang dekat dengan Pdt. Alex menyaksikan perubahan gaya hidupnya, sejak diisukan dekat dengan Elke antara lain berpakaian trendi, rambut rapi dan sering bepergian sendiri, tidak mengajak istrinya yang kini mengalami stroke yaitu duduk di kereta roda.

Seorang pengurus gereja Nginden di Surabaya yang sudah keluar pun mendengar Pdt. Alex, baru menjalani suntik orok di luar negeri. Biaya suntik orok ini mahal yaitu sekitar Rp 250 juta, setiap kali suntik. Mereka yang pernah menjalani terapi suntik orok, mengaku vitalitasnya meningkat seperti anak muda, dan itu yang mungkin membuat Pdt. Alex butuh wanita yang bisa memenuhi kebutuhan biologisnya.

Seorang jemaat Bethany wanita yang bertempat tinggal di Sidoarjo juga mendengar soal kedekatan Pdt. Alex dengan Elke. Bahkan ia menyatakan bahwa kabar ini sudah bukan rahasia lagi di gereja Nginden.

Beberapa jemaat dan pendeta gereja Bethany yang masuk kubu Pdt. David Aswin mengatakan bahwa Aswin, marah dengan ayahnya, karena dalam usia sudah tua, memiliki hubungan dengan wanita lain. Apalagi ibunya kini sedang sakit. Aswin, ditenggarai membela ibunya.

Meski kabar bahwa Elke dibelikan rumah mewah di Citraland dan mobil berkelas, Pdt. Alex, konon tidak pernah tinggal serumah dengan Elke. Sehari-hari, Pdt. Alex, masih satu rumah dengan istri.

Pemalsuan SK

Sementara perkara yang ditangani Polda Jatim terkait pemalsuan SK pengangkatan Pdt. Ir. Sudjarwo, sebagai gembala gereja Bethany Nginden yang membuat Pdt. Alex ditetapkan menjadi tersangka belum selesai dan kabarnya akan dihentikan, konon banyak pihak yang menduga adanya permainan uang dalam kasus ini.

Dan seperti yang diketahui, Pdt. Alex sudah menyatakan pensiun (Emiritus) dalam surat pengangkatan dan penetapan per tanggal 6 Juni 2012. Sementara Pdt. Alex di hadapan jemaat telah mentahbiskan Pdt Aswin sebagai penerus gembala GBI Nginden.

Hal ini yang membuat Pdt. David Aswin yang tidak lain adalah anaknya sendiri, melayangkan gugatan ke pengadilan negeri Surabaya karena dicabut pengangkatannya sebagai ketua MPS masa pelayanan 2012-2016 sebesar Rp 51 milliar dan dalam sidang yang diadakan pada 6 November 2014, pihak Pdt. Alex menggugat balik Pdt. Aswin karena dinilai melawan hukum. Pdt Aswin juga diminta membayar ganti rugi Rp 51.000.001.000 (lima puluh satu miliar seribu rupiah) baik secara material maupun immaterial.

Pranala luar