Saras Dewi: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 38: | Baris 38: | ||
===Penulis dan aktivis=== |
===Penulis dan aktivis=== |
||
Telah menerbitkan |
Telah menerbitkan 4 buku, yang pertama ada karya sastra kumpulan puisi dengan judul ''Jiwa Putih'' pada tahun 2004, buku yang kedua merupakan buku non fiksi tentang ''Hak Azasi Manusia'' yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh UI Press bekerja sama dengan Uni Eropa, sedangkan buku ketiga yang berjudul ''Cinta Bukan Coklat'' terbit pada tahun 2010 dan yang baru terbit pada tahun 2015 berjudul ''Ekofenomenologi''. |
||
Tulisannya sebagai kolumnis mengisi di berbagai media, termasuk [[Media Indonesia]], [[Jawa Pos]], Bali Post, Media Hindu, Raditya, Nusa Tenggara Post. Ia banyak menulis tentang tema-tema sosial, budaya dan politik. Selain itu kerap mengirimkan puisi-puisi dan telah dimuat oleh Media Indonesia dan Bali Post. |
Tulisannya sebagai kolumnis mengisi di berbagai media, termasuk [[Media Indonesia]], [[Jawa Pos]], Bali Post, Media Hindu, Raditya, Nusa Tenggara Post. Ia banyak menulis tentang tema-tema sosial, budaya dan politik. Selain itu kerap mengirimkan puisi-puisi dan telah dimuat oleh Media Indonesia dan Bali Post. |
||
Baris 45: | Baris 45: | ||
Dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan penyair, sastrawan dan budayawan [[Sitok Srengenge]], dia juga vokal mengusut dan mendampingi korban yang juga mahasiswi [[Universitas Indonesia]] karena sejak awal korban telah datang kepadanya dan bercerita tentang kasus ini.<ref>{{cite news|title=Perkosa Mahasiswi UI, Sitok Merasa Bersalah tapi Tak Mau Tanggung Jawab|url=http://beritajatim.com/hukum_kriminal/191223/perkosa_mahasiswi_ui,_sitok_merasa_bersalah_tapi_tak_mau_tanggung_jawab.html#.U_Six2Mucn4|work=beritajatim.com|date=30 November 2013}}</ref><ref>{{cite news|title=Korban Sitok Srengenge Diduga Lebih Dari Tiga|url=http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/korban-sitok-srengenge-diduga-lebih-dari-tiga-eba4eb.html|work=kapanlagi.com|date=18 Desember 2013}}</ref> |
Dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan penyair, sastrawan dan budayawan [[Sitok Srengenge]], dia juga vokal mengusut dan mendampingi korban yang juga mahasiswi [[Universitas Indonesia]] karena sejak awal korban telah datang kepadanya dan bercerita tentang kasus ini.<ref>{{cite news|title=Perkosa Mahasiswi UI, Sitok Merasa Bersalah tapi Tak Mau Tanggung Jawab|url=http://beritajatim.com/hukum_kriminal/191223/perkosa_mahasiswi_ui,_sitok_merasa_bersalah_tapi_tak_mau_tanggung_jawab.html#.U_Six2Mucn4|work=beritajatim.com|date=30 November 2013}}</ref><ref>{{cite news|title=Korban Sitok Srengenge Diduga Lebih Dari Tiga|url=http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/korban-sitok-srengenge-diduga-lebih-dari-tiga-eba4eb.html|work=kapanlagi.com|date=18 Desember 2013}}</ref> |
||
Selama 3 bulan, Mei-Juli 2015 mengikuti ''fellowship'' dan riset ke Leiden University. |
|||
== Diskografi == |
== Diskografi == |
Revisi per 5 Agustus 2015 14.26
Templat:Infobox artis indonesia L.G. Saraswati Putri atau umum dikenal Saras Dewi (lahir 16 September 1983) adalah penyanyi Indonesia sekaligus dosen Filsafat Universitas Indonesia. Saras lahir dan besar di Bali.
Kehidupan dan karier
Awal kehidupan dan keluarga
Saras Dewi bernama lengkap L.G. Saraswati Putri yang lahir di Denpasar, Bali. Ia adalah anak sulung dari sepuluh bersaudara dari pasangan Nyoman Dhamantra dan Lilik Kelana Putri yang berbeda keyakinan.[1][2] Setelah lulus SMA, Saras memilih Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia. Dari sarjana hingga bergelar doktor, Saras konsisten dengan mendalami filsafat. Dia kemudian menikah dengan musisi gitaris dari band Netral, Christopher Bollemeyer.[3]
Penyanyi
Pada 2002 meluncurkan album dengan Bintang Record, dengan single "Lembayung Bali" dan judul album Chrysan. Album ini masuk nominasi AMI Award (Anugerah Musik Indonesia) dalam kategori, Best Ballad, dan Best Single. Pada tahun 2014, Saras bersama artis Bali lainnya menyanyi bersama untuk gerakan Bali Tolak Reklamasi.
Dosen
Dari sarjana hingga bergelar dokter, Saras konsisten dengan mendalami filsafat. Pada tahun 2001 dia mendapat beasiswa sampai jenjang S3 namun dengan dan ikatan kerja. Pertama kali diajak mengajar oleh Gadis Arivia dengan menjadi asistennya selama dua semester sebelum akhirnya mendapat kepercayaan untuk memegang kelas sendiri.[4]
Mengawali menjadi dosen luar biasa disana semenjak 2006, dan pada tahun 2009 menjadi dosen Pegawai Negeri Sipil untuk Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Sekarang dia menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Filsafat.[5] Dia mengajar mata kuliah eksistensialisme, filsafat timur dan etika lingkungan. Pada bulan Juli 2013, dia berhasil menyelesaikan program doktoral di usia 29 tahun.
Penulis dan aktivis
Telah menerbitkan 4 buku, yang pertama ada karya sastra kumpulan puisi dengan judul Jiwa Putih pada tahun 2004, buku yang kedua merupakan buku non fiksi tentang Hak Azasi Manusia yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh UI Press bekerja sama dengan Uni Eropa, sedangkan buku ketiga yang berjudul Cinta Bukan Coklat terbit pada tahun 2010 dan yang baru terbit pada tahun 2015 berjudul Ekofenomenologi.
Tulisannya sebagai kolumnis mengisi di berbagai media, termasuk Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post, Media Hindu, Raditya, Nusa Tenggara Post. Ia banyak menulis tentang tema-tema sosial, budaya dan politik. Selain itu kerap mengirimkan puisi-puisi dan telah dimuat oleh Media Indonesia dan Bali Post.
Saras juga terlibat dalam gerakan konser amal dan koin sastra untuk penyelamatan Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin karena adanya pemotongan anggaran operasional dari Pemrpov DKI di era Fauzi Bowo yang mengangkat keprihatinan seniman Jakarta dan pecinta sastra. Sebagai pengguna aktif media sosial twitter, dia membantu menyuarakan kesadaran akan peran seni sastra dan masalah yang dihadapi lewat akun pribadinya.[6][7] Pada tahun 2014, dia bersama Walhi dan beberapa artis lokal Bali sama-sama memperjuangkan penolakan reklamasi kawasan hijau Benoa. Dia melihat ada ketidakseimbangan, hancurnya Bali, hilangnya spesies, kehidupan yang tidak seimbang, sampah, limbah, kemacetan dan over populasi yang luar biasa.
Dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan penyair, sastrawan dan budayawan Sitok Srengenge, dia juga vokal mengusut dan mendampingi korban yang juga mahasiswi Universitas Indonesia karena sejak awal korban telah datang kepadanya dan bercerita tentang kasus ini.[8][9]
Selama 3 bulan, Mei-Juli 2015 mengikuti fellowship dan riset ke Leiden University.
Diskografi
Album
- Chrysan, Single "Lembayung Bali" (2002), Musica Studio's
Single
- Selalu dijalanNya (feat Dewa Budjana)
- Cinta Memang Gila (feat Netral)
Bibliografi
- Jiwa Putih karya sastra kumpulan puisi (2004)
- Hak Azasi Manusia (2006)
- Cinta Bukan Coklat (2010)
Referensi
- ^ "Saras Dewi: Philosophical songs". thejakartapost.com. 18 April 2011.
- ^ "570405 – NYOMAN DHAMANTRA". infocaleg.org.
- ^ "Saras Dewi Kesengsem Coki". showbiz.liputan6.com. 7 Juli 2002.
- ^ "Saras Dewi: Menemukan Diri Dalam Filsafat". dailysylvia.com. 23 September 2013.
- ^ "Saras Dewi, Berani Mengejar Cita-cita". bali.tribunnews.com. 12 Mei 2014.
- ^ "Saras Dewi: Philosophical songs". thejakartapost.com. 18 April 2011.
- ^ "Konser Amal untuk PDS HB Jassin". kompas.com. 13 April 2011.
- ^ "Perkosa Mahasiswi UI, Sitok Merasa Bersalah tapi Tak Mau Tanggung Jawab". beritajatim.com. 30 November 2013.
- ^ "Korban Sitok Srengenge Diduga Lebih Dari Tiga". kapanlagi.com. 18 Desember 2013.