Duswanta: Perbedaan antara revisi
k ubah kategori |
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{TMH Infobox| |
|||
⚫ | '''Maharaja Duswanta''' atau '''Dushyanta''' ([[Sansekerta]]: '''दुष्यंत'''; ''dushyanta'') merupakan leluhur keluarga [[Pandawa]] dan [[Korawa]] dalam kisah |
||
| Image = Dushmantasson.jpg |
|||
| Caption = Duswanta menolak Bharata sebagai puteranya |
|||
| Nama = Duswanta |
|||
| Nama_lain = Dusyanta; Dusmanta |
|||
| Devanagari = दुष्यंत |
|||
| Ejaan_Sansekerta = Dushyaṇta |
|||
| Pasangan = [[Sakuntala]] |
|||
}} |
|||
⚫ | '''Maharaja Duswanta''' atau '''Dushyanta''' ([[Sansekerta]]: '''दुष्यंत'''; ''dushyanta'') merupakan leluhur keluarga [[Pandawa]] dan [[Korawa]] dalam kisah [[wiracarita]] terkenal di dunia, [[Mahabharata]]. Maharaja Duswanta salah satu keturunan Sang [[Puru]] yang menurunkan Wangsa [[Paurawa]]. Beliau bertahta di sebuah [[kerajaan India Kuno]] yang kemudian menjadi [[Hastinapura]]. Permaisuri beliau bernama [[Sakuntala]] dan putera beliau bernama Sang [[Bharata]] yang menurunkan keluarga Bharata dalam kisah Mahabharata. |
||
⚫ | |||
==Kisah Raja Duswanta dalam Mahābhārata== |
|||
⚫ | |||
Pada suatu ketika, Prabu Duswanta pergi berburu sampai ke tengah hutan di kaki gungung [[Himawan]]. Setelah masuk jauh ke tengah hutan, ia menemukan lokasi pertapaan yang sangat indah, yang ternyata kediaman Bagawan [[Kanwa]]. Di sana ia disambut dengan ramah oleh puteri cantik jelita bernama [[Sakuntala]]. Melihat wajah sang puteri petapa yang sangat elok, timbulah keinginan Sang Raja untuk menikahinya. Sakuntala menolak, namun dirayu terus oleh Sang Raja. Akhirnya Sakuntala bersedia menikahi Sang Raja dengan syarat bahwa anak yang dilahirkannya harus menjadi pewaris tahta Sang Raja. Karena diselimuti rasa cinta, Sang Raja bersedia memenuhi permohonan tersebut. |
Pada suatu ketika, Prabu Duswanta pergi berburu sampai ke tengah hutan di kaki gungung [[Himawan]]. Setelah masuk jauh ke tengah hutan, ia menemukan lokasi pertapaan yang sangat indah, yang ternyata kediaman Bagawan [[Kanwa]]. Di sana ia disambut dengan ramah oleh puteri cantik jelita bernama [[Sakuntala]]. Melihat wajah sang puteri petapa yang sangat elok, timbulah keinginan Sang Raja untuk menikahinya. Sakuntala menolak, namun dirayu terus oleh Sang Raja. Akhirnya Sakuntala bersedia menikahi Sang Raja dengan syarat bahwa anak yang dilahirkannya harus menjadi pewaris tahta Sang Raja. Karena diselimuti rasa cinta, Sang Raja bersedia memenuhi permohonan tersebut. |
||
Baris 9: | Baris 16: | ||
Kemudian Sang Raja bercinta dengan Sakuntala. Tak lama setelah itu, ia pergi meninggalkan pertapaan karena terikat oleh kewajibannya sebagai seorang Raja. Ia pun pulang dan berjanji bahwa kelak ia akan kembali lagi ke pertapaan tersebut untuk menjemput Sakuntala beserta anaknya jika sudah lahir. |
Kemudian Sang Raja bercinta dengan Sakuntala. Tak lama setelah itu, ia pergi meninggalkan pertapaan karena terikat oleh kewajibannya sebagai seorang Raja. Ia pun pulang dan berjanji bahwa kelak ia akan kembali lagi ke pertapaan tersebut untuk menjemput Sakuntala beserta anaknya jika sudah lahir. |
||
==Penolakan Sang Raja== |
|||
{{main|Sakuntala]]}} |
|||
Setelah sekian lama, Sang Raja sibuk dengan urusan negara sehingga tidak bisa menjemput [[Sakuntala]] beserta anaknya untuk tinggal di istana. Hal itu membuat Sakuntala tidak tahan sehingga ia memutuskan akan datang menghadap Sang Raja bersama anaknya ([[Sarwadamana]]) di ibukota. |
Setelah sekian lama, Sang Raja sibuk dengan urusan negara sehingga tidak bisa menjemput [[Sakuntala]] beserta anaknya untuk tinggal di istana. Hal itu membuat Sakuntala tidak tahan sehingga ia memutuskan akan datang menghadap Sang Raja bersama anaknya ([[Sarwadamana]]) di ibukota. |
||
Baris 16: | Baris 23: | ||
Sampai di ibukota, [[Sakuntala]] menghadap Sang Raja yang sedang bersidang di istana kerajaan. Di depan umum, Sakuntala menjelaskan maksud kedatangannya bahwa ia hendak menyerahkan puteranya, [[Sarwadamana]], sebagai putera mahkota karena janji Sang Raja. Mendengar pengakuan tersebut, Raja Duswanta menolak kebenaran perkataan Sakuntala. Bahkan ia menolak telah menikah dan memiliki anak dari Sakuntala. Ia juga menghina dan mencela Sakuntala di muka umum. Sakuntala menangis karena dipermalukan. |
Sampai di ibukota, [[Sakuntala]] menghadap Sang Raja yang sedang bersidang di istana kerajaan. Di depan umum, Sakuntala menjelaskan maksud kedatangannya bahwa ia hendak menyerahkan puteranya, [[Sarwadamana]], sebagai putera mahkota karena janji Sang Raja. Mendengar pengakuan tersebut, Raja Duswanta menolak kebenaran perkataan Sakuntala. Bahkan ia menolak telah menikah dan memiliki anak dari Sakuntala. Ia juga menghina dan mencela Sakuntala di muka umum. Sakuntala menangis karena dipermalukan. |
||
Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang membenarkan perkataan Sakuntala. Raja tak bisa mengelak lagi lalu ia menyongsong dan memeluk Sakuntala beserta anaknya. Kemudian ia menagis karena bahagia sambil berkata |
Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang membenarkan perkataan Sakuntala. Raja tak bisa mengelak lagi lalu ia menyongsong dan memeluk Sakuntala beserta anaknya. Kemudian ia menagis karena bahagia sambil berkata, "Duhai Sakuntala, sebenarnya aku sangat gembira akan kedatanganmu. Namun aku terhalang karena kedudukanku sebagai Raja. Apa kata dunia bila akau menikahimu yang tidak dikira sebagai istriku? Kini kesangsian itu tak ada lagi, karena semuanya telah mendengar sabda dari langit yang membenarkan ucapanmu. Karena itu, engkau adalah istriku dan Sarwadamana adalah puteraku. Ia akan kuangkat sebagai Raja menggantikan kekuasaanku. Namanya kuganti menjadi Bharata karena berdasarkan sabda dari langit". |
||
Setelah Raja Duswanta berkata demikian, ia menyerahkan tahta kepada Sarwadamana yang berganti nama menjadi [[Bharata]]. Kemudian Bharata menaklukkan daratan India Kuno ([[Bharatawarsha]]) dan menurunkan [[Kuru (Mahabharata)|Kuru]], yang menurunkan Wangsa [[Kaurawa]] (Korawa). |
Setelah Raja Duswanta berkata demikian, ia menyerahkan tahta kepada Sarwadamana yang berganti nama menjadi [[Bharata]]. Kemudian Bharata menaklukkan daratan India Kuno ([[Bharatawarsha]]) dan menurunkan [[Kuru (Mahabharata)|Kuru]], yang menurunkan Wangsa [[Kaurawa]] (Korawa). |
||
==Silsilah Raja Duswanta== |
==Silsilah Raja Duswanta== |
||
: ''Untuk silsilah yang lebih lengkap, lihat [[Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu]]'' |
|||
<!--silsilah yang digunakan dalam artikel ini berasal dari templat Keluarga Bharata--> |
<!--silsilah yang digunakan dalam artikel ini berasal dari templat Keluarga Bharata--> |
||
Revisi per 29 Agustus 2007 10.35
दुष्यंत | |
---|---|
Duswanta menolak Bharata sebagai puteranya | |
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Duswanta |
Ejaan Dewanagari | दुष्यंत |
Nama lain | Dusyanta; Dusmanta |
Maharaja Duswanta atau Dushyanta (Sansekerta: दुष्यंत; dushyanta) merupakan leluhur keluarga Pandawa dan Korawa dalam kisah wiracarita terkenal di dunia, Mahabharata. Maharaja Duswanta salah satu keturunan Sang Puru yang menurunkan Wangsa Paurawa. Beliau bertahta di sebuah kerajaan India Kuno yang kemudian menjadi Hastinapura. Permaisuri beliau bernama Sakuntala dan putera beliau bernama Sang Bharata yang menurunkan keluarga Bharata dalam kisah Mahabharata.
Pertemuan dengan Sakuntala
Pada suatu ketika, Prabu Duswanta pergi berburu sampai ke tengah hutan di kaki gungung Himawan. Setelah masuk jauh ke tengah hutan, ia menemukan lokasi pertapaan yang sangat indah, yang ternyata kediaman Bagawan Kanwa. Di sana ia disambut dengan ramah oleh puteri cantik jelita bernama Sakuntala. Melihat wajah sang puteri petapa yang sangat elok, timbulah keinginan Sang Raja untuk menikahinya. Sakuntala menolak, namun dirayu terus oleh Sang Raja. Akhirnya Sakuntala bersedia menikahi Sang Raja dengan syarat bahwa anak yang dilahirkannya harus menjadi pewaris tahta Sang Raja. Karena diselimuti rasa cinta, Sang Raja bersedia memenuhi permohonan tersebut.
Kemudian Sang Raja bercinta dengan Sakuntala. Tak lama setelah itu, ia pergi meninggalkan pertapaan karena terikat oleh kewajibannya sebagai seorang Raja. Ia pun pulang dan berjanji bahwa kelak ia akan kembali lagi ke pertapaan tersebut untuk menjemput Sakuntala beserta anaknya jika sudah lahir.
Penolakan Sang Raja
Setelah sekian lama, Sang Raja sibuk dengan urusan negara sehingga tidak bisa menjemput Sakuntala beserta anaknya untuk tinggal di istana. Hal itu membuat Sakuntala tidak tahan sehingga ia memutuskan akan datang menghadap Sang Raja bersama anaknya (Sarwadamana) di ibukota.
Sampai di ibukota, Sakuntala menghadap Sang Raja yang sedang bersidang di istana kerajaan. Di depan umum, Sakuntala menjelaskan maksud kedatangannya bahwa ia hendak menyerahkan puteranya, Sarwadamana, sebagai putera mahkota karena janji Sang Raja. Mendengar pengakuan tersebut, Raja Duswanta menolak kebenaran perkataan Sakuntala. Bahkan ia menolak telah menikah dan memiliki anak dari Sakuntala. Ia juga menghina dan mencela Sakuntala di muka umum. Sakuntala menangis karena dipermalukan.
Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang membenarkan perkataan Sakuntala. Raja tak bisa mengelak lagi lalu ia menyongsong dan memeluk Sakuntala beserta anaknya. Kemudian ia menagis karena bahagia sambil berkata, "Duhai Sakuntala, sebenarnya aku sangat gembira akan kedatanganmu. Namun aku terhalang karena kedudukanku sebagai Raja. Apa kata dunia bila akau menikahimu yang tidak dikira sebagai istriku? Kini kesangsian itu tak ada lagi, karena semuanya telah mendengar sabda dari langit yang membenarkan ucapanmu. Karena itu, engkau adalah istriku dan Sarwadamana adalah puteraku. Ia akan kuangkat sebagai Raja menggantikan kekuasaanku. Namanya kuganti menjadi Bharata karena berdasarkan sabda dari langit".
Setelah Raja Duswanta berkata demikian, ia menyerahkan tahta kepada Sarwadamana yang berganti nama menjadi Bharata. Kemudian Bharata menaklukkan daratan India Kuno (Bharatawarsha) dan menurunkan Kuru, yang menurunkan Wangsa Kaurawa (Korawa).
Silsilah Raja Duswanta
Keturunan Yayati | Wangsa Paurawa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sakuntala | Duswanta | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Watsa | Bharata | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dinasti Bharata | Keluarga Bharata | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kuru | Yamadi | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Para Raja Hastinapura | Dinasti Kuru | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sunanda | Pratipa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gangga | Santanu | Satyawati | Parasara | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Bisma | Citrānggada | Wicitrawirya | 2 istri | Byasa | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gandari | Dretarastra | Kunti | Pandu | Madri | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
100 Korawa | Dursala | Yuyutsu | 5 Pandawa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi
- Adiparwa, buku pertama dari seri Astadasaparwa kitab Mahābhārata