Lompat ke isi

Wangsa Mataram: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8: Baris 8:
*[[Praja Mangkunegaran|Kadipaten Mangkunegaran]]
*[[Praja Mangkunegaran|Kadipaten Mangkunegaran]]
*[[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]]
*[[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]]
(sekarang bagian dari [[Republik Indonesia]]
(sekarang bagian dari [[Republik Indonesia]])
|titles = <nowiki></nowiki>
|titles = <nowiki></nowiki>
Panembahan, Sultan, dan Susuhunan Mataram
Panembahan, Sultan, dan Susuhunan Mataram

Revisi per 29 Juni 2015 21.05

Wangsa Mataram
NegaraKesultanan Mataram (sekarang bagian dari Republik Indonesia)
Kelompok etnisJawa
Didirikanabad ke-16 - Ki Ageng Pemanahan
Gelar

Panembahan, Sultan, dan Susuhunan Mataram

  • Susuhunan Kartasura
  • Susuhunan Surakarta
  • Sultan Yogyakarta
  • Adipati Mangkunegaran
  • Adipati Pakualaman

Wangsa Mataram atau Dinasti Mataram adalah sebutan bagi wangsa atau keluarga yang menguasai tahta Kesultanan Mataram. Setelah Perang Suksesi Jawa pada abad ke-18 hingga saat ini, keluarga Wangsa Mataram memerintah kerajaan-kerajaan pecahan Kesultanan Mataram (Catur Sagatra).

Menurut Babad Tanah Jawi, Wangsa Mataram merupakan keturunan dari Ki Ageng Sela lewat cucunya, Ki Ageng Pemanahan. Tokoh yang terakhir ini adalah ayah dari Panembahan Senapati, raja pertama Mataram. Ki Ageng Sela sendiri diriwayatkan merupakan keturunan dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit menurut versi babad.

Setelah Perang Suksesi Jawa usai, terbentuklah tiga kerajaan, dua di antaranya menjadi pewaris penuh Wangsa Mataram (Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta), serta satu monarki keadipatian yaitu Kadipaten Mangkunegaran. Saat perpecahan Mataram, Sultan Hamengkubuwana I, Sunan Pakubuwana II, dan Adipati Mangkunegara I kesemuanya masih bersaudara. Ketika Inggris berkuasa di Jawa, Raffles menempatkan Pangeran Natakusuma, putra Sultan Hamengkubuwana I, sebagai pangeran merdeka yang menguasai sebuah monarki keadipatian baru, Kadipaten Pakualaman, sebagai balas jasa atas bantuannya membantu perlawanan Kesultanan Yogyakarta yang menentang kekuasaan Inggris[1].

Raja-raja pertama Mataram sebelum Sultan Agung dimakamkan di Astana Kotagede. Setelah pembangunan Astana Pajimatan Imogiri di Bantul oleh Sultan Agung pada tahun 1632, raja-raja setelah Sultan Agung hingga para penguasa kedua pewaris penuh Wangsa Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) berhak dimakamkan di Astana Pajimatan Imogiri]. Sementara untuk penguasa Mangkunegaran dimakamkan di Astana Mangadeg dan Astana Girilayu, Karanganyar. Dan terakhir para penguasa Pakualaman dimakamkan di Astana Girigondo, Kulon Progo.

Lihat pula

Referensi