Amik: Perbedaan antara revisi
Stevenismus (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Amik''' adalah [[vestimentum]] liturgis yang terutama digunakan dalam [[Gereja Katolik Roma]], beberapa [[Gereja Anglikan]], dan [[Gereja Katolik Armenia|Gereja Armenia]]. Amik berupa sehelai kain putih persegi |
'''Amik''' adalah [[vestimentum]] liturgis yang terutama digunakan dalam [[Gereja Katolik Roma]], beberapa [[Gereja Anglikan]], dan [[Gereja Katolik Armenia|Gereja Armenia]]. Amik berupa sehelai kain putih persegi empat atau oblong, berbahan linen, dengan sambungan seperti pita, yang berfungsi sebagai simpul untuk mengencangkannya di seputar pundak imam. Sebagaimana vestimentum imamat lainnya, amik harus diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuan dari amik sebenarnya adalah sebagai penutup pundak, atau aslinya sebagai penutup kepala dari si pengguna. |
||
Sebelum reformasi liturgis tahun [[1972]], amik wajib dikenakan dalam setiap [[Misa]] Gereja Katolik [[Ritus Latin]], namun sekarang ini amik hanya wajib dikenakan jika alba yang dikenakan [[imam]] tidak sepenuhnya menutupi pakaian sehari-harinya, terutama pada bagian |
Sebelum reformasi liturgis tahun [[1972]], amik wajib dikenakan dalam setiap [[Misa]] Gereja Katolik [[Ritus Latin]], namun sekarang ini amik hanya wajib dikenakan jika alba yang dikenakan [[imam]] tidak sepenuhnya menutupi pakaian sehari-harinya, terutama pada bagian kerah. Banyak imam yang memilih untuk mengenakan amik dengan alasan mempertahankan tradisi, atau dengan alasan untuk melindungi vestimentum lainnya dari keringat. Amik tidak dikenakan oleh rohaniwan yang jabatannya di bawah subdiakon. |
||
Beberapa ordo biarawan, seperti Dominikan dan Fransiskan, serta beberapa ordo lain yang seragamnya memiliki tudung, kerap mengenakan Amik setelah terlebih dahulu memasang tudungnya. Imam, atau petugas liturgi, kemudian mengencangkan pita pada Amik - bersilang di dada - lalu disimpulkan di punggungnya. [[Alba]] dikenakan setelah tudung/Amik, lalu dikencangkan. Tudung/amik tadi kemudian dibiarkan menjuntai menutupi kerah. |
Beberapa ordo biarawan, seperti Dominikan dan Fransiskan, serta beberapa ordo lain yang seragamnya memiliki tudung, kerap mengenakan Amik setelah terlebih dahulu memasang tudungnya. Imam, atau petugas liturgi, kemudian mengencangkan pita pada Amik - bersilang di dada - lalu disimpulkan di punggungnya. [[Alba]] dikenakan setelah tudung/Amik, lalu dikencangkan. Tudung/amik tadi kemudian dibiarkan menjuntai menutupi kerah. |
||
Dalam beberapa ritus [[Abad Pertengahan]], misalnya ritus [[Sarum]], amik diberi pita tebal yang lebar dari bahan brokat atau hiasan lainnya, sehingga tampak seperti kerah tinggi. Amik seperti ini disebut ''amik berhiasan''. Kebiasaan ini ditinggalkan di Roma sekitar akhir abad ke-15, namun lebih lama bertahan di |
Dalam beberapa ritus [[Abad Pertengahan]], misalnya ritus [[Sarum]], amik diberi pita tebal yang lebar dari bahan brokat atau hiasan lainnya, sehingga tampak seperti kerah tinggi. Amik seperti ini disebut ''amik berhiasan''. Kebiasaan ini ditinggalkan di Roma sekitar akhir abad ke-15, namun lebih lama bertahan di kawasan Eropa lainnya. Pada tahun 1907, kebiasaan ini tidak lagi ditolerir dalam liturgi Katolik Roma, namun masih eksis dalam banyak komunitas Anglikan. |
||
Yang menarik adalah, amik mirip kerah ini menyebar sampai ke [[Gereja Ortodoks Armenia]]. Amik jenis ini tetap dipertahankan sebagai bagian normal dari vestimentum imam Gereja itu, dan disebut ''varkas''. |
Yang menarik adalah, amik mirip kerah ini menyebar sampai ke [[Gereja Ortodoks Armenia]]. Amik jenis ini tetap dipertahankan sebagai bagian normal dari vestimentum imam Gereja itu, dan disebut ''varkas''. |
Revisi per 29 September 2007 12.34
Amik adalah vestimentum liturgis yang terutama digunakan dalam Gereja Katolik Roma, beberapa Gereja Anglikan, dan Gereja Armenia. Amik berupa sehelai kain putih persegi empat atau oblong, berbahan linen, dengan sambungan seperti pita, yang berfungsi sebagai simpul untuk mengencangkannya di seputar pundak imam. Sebagaimana vestimentum imamat lainnya, amik harus diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuan dari amik sebenarnya adalah sebagai penutup pundak, atau aslinya sebagai penutup kepala dari si pengguna.
Sebelum reformasi liturgis tahun 1972, amik wajib dikenakan dalam setiap Misa Gereja Katolik Ritus Latin, namun sekarang ini amik hanya wajib dikenakan jika alba yang dikenakan imam tidak sepenuhnya menutupi pakaian sehari-harinya, terutama pada bagian kerah. Banyak imam yang memilih untuk mengenakan amik dengan alasan mempertahankan tradisi, atau dengan alasan untuk melindungi vestimentum lainnya dari keringat. Amik tidak dikenakan oleh rohaniwan yang jabatannya di bawah subdiakon.
Beberapa ordo biarawan, seperti Dominikan dan Fransiskan, serta beberapa ordo lain yang seragamnya memiliki tudung, kerap mengenakan Amik setelah terlebih dahulu memasang tudungnya. Imam, atau petugas liturgi, kemudian mengencangkan pita pada Amik - bersilang di dada - lalu disimpulkan di punggungnya. Alba dikenakan setelah tudung/Amik, lalu dikencangkan. Tudung/amik tadi kemudian dibiarkan menjuntai menutupi kerah.
Dalam beberapa ritus Abad Pertengahan, misalnya ritus Sarum, amik diberi pita tebal yang lebar dari bahan brokat atau hiasan lainnya, sehingga tampak seperti kerah tinggi. Amik seperti ini disebut amik berhiasan. Kebiasaan ini ditinggalkan di Roma sekitar akhir abad ke-15, namun lebih lama bertahan di kawasan Eropa lainnya. Pada tahun 1907, kebiasaan ini tidak lagi ditolerir dalam liturgi Katolik Roma, namun masih eksis dalam banyak komunitas Anglikan.
Yang menarik adalah, amik mirip kerah ini menyebar sampai ke Gereja Ortodoks Armenia. Amik jenis ini tetap dipertahankan sebagai bagian normal dari vestimentum imam Gereja itu, dan disebut varkas.
Pada saat mengenakan amik, pertama-tama imam membentangkan amik di atas kepalanya (seperti tudung), kemudian melilitkannya ke sekeliling pundak. Selama melakukan tindakan ini, dia mengucapkan sebuah doa singkat yang isinya memohon Allah untuk mengenakan padanya "helm keselamatan".
Sumber dan referensi
- Artikel ini memuat teks dari suatu penerbitan yang sekarang berada dalam ranah publik: Herbermann, Charles, ed. (1913). "nama artikel dibutuhkan". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton. [1]