Lompat ke isi

Gunung Tua Julu, Panyabungan, Mandailing Natal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k clean up, replaced: merubah → mengubah using AWB
Baris 15:
 
== Sejarah ==
Dahulu sebelumnya Desa Gunung Tua hanya 2 (dua) bagian, yakni Desa Gunung Tua dan Desa Iparbondar. Kemudian pada tahun 1990-an, Desa Gunung Tua melepaskan Aek Horsik yang sekarang merubahmengubah nama menjadi Desa Sarak Matua, pada tahun 2000, Sopo Batu melepaskan diri dari Desa Iparbondar. Satu tahun kemudian Desa Iparbondar menjadi dua bagian, yang pertama Desa Iparbondar dan kedua Desa Panggorengan, pada tahun yang sama. Desa Gunung Tua menjadi empat bagian, yaitu: Desa Gunung Tua Lumban Pasir, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Tonga, dan Desa Gunung Tua Julu. Supaya tidak terjadi perpecahan tali silatulrahmi antara Gunung Tua Lumban Pasir, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Tonga, Desa Gunung Tua Julu, dan Iparbondar, serta Panggorengan, maka dibentuklah suatu ikatan pemersatu yang disebut Desa Gunung Tua Raya.
 
Asal muasal nama Gunung Tua ini belum ada yang tahu persis, dan apa maksud dari nama Gunung Tua padahal di Gunung Tua tidak ada [[gunung]] yang menjulang tinggi, hanya terdiri dari 40% dari dataran rendah, 50% perbukitan dan 10% dataran tinggi. Desa Gunung Tua Julu adalah pemekaran Desa Gunung Tua dari Lorong VIII dan Lorong IX.
 
Pada tahun 1980-an sampai tahun 2005, Desa Gunung Tua Julu terkenal akan tempat wisata alam yang dialiri Sungai Aek Ranto Puran yang sering dijadikan tempat pemandian alam, terletak kira-kira 2  km arah [[timur]], tempat ini sangat identik dengan bebatuan yang besar dan air yang dalam (lubuk) kadang-kadang kedalaman air mencapai 3 meter, karena banyaknya batu-batu besar dan kadalaman air yang dalam, orang lokal sering menyebut tempat itu dengan nama Lubuk Sigaja, tempat ini sangat tersohor di daerah Panyabungan, sehinnga orang dari luar Gunung Tua Raya sering melepas kelelahan pada akhir pekan dengan mandi bersama-sama. Namun tempat itu sudah ditutup dan tidak boleh digunakan sebagai tempat wisata lagi sejak tahun 2006.
 
== Pranala luar ==
{{Panyabungan Kota, Mandailing Natal}}
 
 
{{kelurahan-stub}}

Revisi per 7 Januari 2014 01.53

Gunung Tua Julu
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
KabupatenMandailing Natal
KecamatanPanyabungan Kota
Kodepos
22918
Kode Kemendagri12.13.01.2008 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1202050067 Edit nilai pada Wikidata
Luas271,87 Ha
Jumlah penduduk1.523 jiwa
Kepadatan... jiwa/km2


Gunung Tua Julu merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Panyabungan Kota, kabupaten Mandailing Natal, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Sejarah

Dahulu sebelumnya Desa Gunung Tua hanya 2 (dua) bagian, yakni Desa Gunung Tua dan Desa Iparbondar. Kemudian pada tahun 1990-an, Desa Gunung Tua melepaskan Aek Horsik yang sekarang mengubah nama menjadi Desa Sarak Matua, pada tahun 2000, Sopo Batu melepaskan diri dari Desa Iparbondar. Satu tahun kemudian Desa Iparbondar menjadi dua bagian, yang pertama Desa Iparbondar dan kedua Desa Panggorengan, pada tahun yang sama. Desa Gunung Tua menjadi empat bagian, yaitu: Desa Gunung Tua Lumban Pasir, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Tonga, dan Desa Gunung Tua Julu. Supaya tidak terjadi perpecahan tali silatulrahmi antara Gunung Tua Lumban Pasir, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Tonga, Desa Gunung Tua Julu, dan Iparbondar, serta Panggorengan, maka dibentuklah suatu ikatan pemersatu yang disebut Desa Gunung Tua Raya.

Asal muasal nama Gunung Tua ini belum ada yang tahu persis, dan apa maksud dari nama Gunung Tua padahal di Gunung Tua tidak ada gunung yang menjulang tinggi, hanya terdiri dari 40% dari dataran rendah, 50% perbukitan dan 10% dataran tinggi. Desa Gunung Tua Julu adalah pemekaran Desa Gunung Tua dari Lorong VIII dan Lorong IX.

Pada tahun 1980-an sampai tahun 2005, Desa Gunung Tua Julu terkenal akan tempat wisata alam yang dialiri Sungai Aek Ranto Puran yang sering dijadikan tempat pemandian alam, terletak kira-kira 2 km arah timur, tempat ini sangat identik dengan bebatuan yang besar dan air yang dalam (lubuk) kadang-kadang kedalaman air mencapai 3 meter, karena banyaknya batu-batu besar dan kadalaman air yang dalam, orang lokal sering menyebut tempat itu dengan nama Lubuk Sigaja, tempat ini sangat tersohor di daerah Panyabungan, sehinnga orang dari luar Gunung Tua Raya sering melepas kelelahan pada akhir pekan dengan mandi bersama-sama. Namun tempat itu sudah ditutup dan tidak boleh digunakan sebagai tempat wisata lagi sejak tahun 2006.

Pranala luar