Lompat ke isi

Panasen, Kakas Barat, Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19: Baris 19:


Desa Panasen diapit oleh dua sungai, yaitu Sungai Panasen dan Sungai Werisen memiliki Kountur tanah Lapang.
Desa Panasen diapit oleh dua sungai, yaitu Sungai Panasen dan Sungai Werisen memiliki Kountur tanah Lapang.
Terdapat 2 Kisah yang melatar belakangi Kisah Nama Desa Panasen, yaitu Pertama kisah tentang para pedagang dari bagian tenggara Minahasa Belang yang menuju Manarou atau Manado, sering memanfaatkan sungai yang belokasi didesa ini sebagai tempat ISTIRAHAT/Rehat, memberi minum hewan sapi/kuda sebelum melanjutkan perjalanan ke manado atau sebaliknya disebabkan pada waktu itu sarana transportasi masih menggunakan Roda Sapi/Roda Plat serta jalan yang masih jalan kebun. Karena kebiasaan para pedagang itulah maka tempat tersebut dinamakan tempat peristirahatan atau dalam bahasa Toulour dengan "PAASENGAN" (salah satu dialek minahasa sekitar danau Tondano, Tou = Orang dan Lour = Danau).
Terdapat 2 Kisah yang melatar belakangi Kisah Nama Desa Panasen, yaitu Pertama kisah tentang para pedagang dari bagian tenggara Minahasa Belang yang menuju Manarou atau Manado, sering memanfaatkan sungai yang belokasi didesa ini sebagai tempat ISTIRAHAT/Rehat, memberi minum hewan sapi/kuda sebelum melanjutkan perjalanan ke manado atau sebaliknya disebabkan pada waktu itu sarana transportasi masih menggunakan Roda Sapi/Roda Plat serta jalan yang masih jalan kebun. Karena kebiasaan para pedagang itulah maka tempat tersebut dinamakan tempat peristirahatan atau dalam bahasa Toulour dengan "PAHASENGAN" (salah satu dialek minahasa sekitar danau Tondano, Tou = Orang dan Lour = Danau).


Kisah yang kedua yang melatar belakangi adalah pada suatu waktu terdapat seorang ibu yang dalam keadaan hamil besar, dan melahirkan bayi ditempat itu, tapi sayang bayi tersebut sudah dalam keadaan meninggal, dengan sedihnya ibu dan keluarganya menangisi bayi tersebut, dan keajaiban terjadi saat mereka mencoba memandikan jenasah bayi tersebut disungai yang ada di tempat itu sebelum berencana menguburkannya, bayi itu hidup kembali/ bernafas kembali atau dalam bahasa Toulour adalah "PAASENGAN" yang berarti Tempat yang bisa memberikan nafas dan untuk memudahkan penyebutan pada tahun 1847 berubah menjadi PANASSEN. << KISAH ini didapat penulis dari Sumber Mantan Juru Tulis desa panasen (28 februari 1958- 1976) dan Hukum Tua Desa Panasen (1976-1993) Johanis Henoch Ticoh dan mantan Juru Ukur Jan Laloan --[[Pengguna:Janne Deivy Ticoh|Janne Deivy Ticoh]]
Kisah yang kedua yang melatar belakangi adalah pada pada jama dulu desa panasen masih berbentuk hutan belukar, kemudian datang petani dan membuka perladangan untuk bercocok tanam. Mereka masih tinggal dirumah gubuk. Tiba pada suatu waktu suatu waktu terdapat seorang ibu istri petani yang dalam keadaan hamil besar, dan melahirkan bayi ditempat itu, tapi sayang bayi tersebut sudah dalam keadaan meninggal, dengan sedihnya ibu dan keluarganya menangisi bayi tersebut. Berdasarkan adat/kepercayaan jenasah bayi tersebut dimandikan sebelum dikuburkan oleh keluarganya di sungai yang berada dilembah bagian utara. Keajaiban terjadi, bayi itu bergerak/ bernafas kembali setelah dimandikan di sungai tersebut. akhirnya tempat itu mereka namakan tempat memberi nafas/kehidunpan atau dalam bahasa Toulour adalah "PAASENGAN".

Untuk memudahkan penyebutan pada tahun 1847 berubah menjadi PANASSEN dari PAASENGAN. << KISAH ini didapat penulis dari Sumber Mantan Juru Tulis desa panasen (28 februari 1958- 1976) dan Hukum Tua Desa Panasen (1976-1993) Johanis Henoch Ticoh dan mantan Juru Ukur Jan Laloan --[[Pengguna:Janne Deivy Ticoh|Janne Deivy Ticoh]]