Kenakalan remaja: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Kenakalan remaja''' (''juvenile delinquency'') adalah suatu perbuatan yang melanggar [[norma]], [[aturan]], ataupun [[hukum]] dalam masyarakat oleh [[remaja]], yaitu masa transisi antara [[anak-anak]] ke [[dewasa]]. Kenakalan Remaja merupakan gejala [[Patologi sosial|patologis sosial]] pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang. Fenomena |
'''Kenakalan remaja''' (''juvenile delinquency'') adalah suatu perbuatan yang melanggar [[norma]], [[aturan]], ataupun [[hukum]] dalam masyarakat oleh [[remaja]], yaitu masa transisi antara [[anak-anak]] ke [[dewasa]]. Kenakalan Remaja merupakan gejala [[Patologi sosial|patologis sosial]] pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang. Fenomena kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, me[[rokok]], minum [[minuman keras]], [[balap liar]], dan lain sebagainya. Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran hukum.{{Butuh klarifikasi}} Sedangkan yang disebut [[perilaku menyimpang]] terhadap norma antara lain [[seks pranikah]] di kalangan remaja, [[Gugur kandungan|pengguguran]], dan lain sebagainya. Hubungan antara tingkat pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja |
||
Menurut penelitian yang dilakukan Balitbang [[Kementerian Sosial Republik Indonesia|Departemen Sosial]] (2002), Hamzah (2002, Prahesti (2002), mengindikasikan bahwa kematangan [[emosi]] pada remaja yang masih labil merupakan salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Tidak matangnya emosi seseorang ditandai dengan meledaknya emosi di hadapan orang lain, tidak dapat melihat situasi dengan kritis, dan memiliki reaksi emosi yang tidak stabil. Sebaliknya matangnya emosi seseorang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain, dapat penilaian situasi kritis dan memiliki reaksi emosi stabil dan kepercayaan diri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat. |
Menurut penelitian yang dilakukan Balitbang [[Kementerian Sosial Republik Indonesia|Departemen Sosial]] (2002), Hamzah (2002, Prahesti (2002), mengindikasikan bahwa kematangan [[emosi]] pada remaja yang masih labil merupakan salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Tidak matangnya emosi seseorang ditandai dengan meledaknya emosi di hadapan orang lain, tidak dapat melihat situasi dengan kritis, dan memiliki reaksi emosi yang tidak stabil. Sebaliknya matangnya emosi seseorang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain, dapat penilaian situasi kritis dan memiliki reaksi emosi stabil dan kepercayaan diri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat. |