Ibrahim Tunggul Wulung: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 158.140.180.96 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Azmi1995 Tag: Pengembalian |
Samuelsp15 (bicara | kontrib) →Ajaran "Kristen Jawa" dan Metode Pekabaran Injil: Merapikan halaman. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 54: | Baris 54: | ||
Latar belakang Kiai Tunggul Wulung sebagai seorang petapa dan pencari ''ngelmu'' telah membuat ajaran-ajarannya mengenai kekristenan menjadi sangat khas "Kristen Jawa" versi Tunggul Wulung.<ref name="Soekotjo"/> Menurut Kiai Ibrahim Tunggul Wulung, [[Ratu Adil]] yang selama ini diharap-harapkan kedatangannya oleh orang Jawa tidak lain adalah ''Kanjeng Nabi Isa Rohullah''.<ref name="Soekotjo"/> Yesus Kristus menurutnya akan datang untuk kedua kalinya untuk memerintah kerajaannya sebagai Ratu Adil dalam Kerajaan Seribu Tahun-Nya.<ref name="Soekotjo"/> Kiai Ibrahim Tunggul Wulung memandang bahwa orang Kristen Jawa haruslah tetap Jawa dan tidak perlu menjadi seorang Belanda ataupun menjadi pengikut utusan Injil Eropa.<ref name="Guillot"/> Oleh sebab itu, Kiai Ibrahim Tunggul Wulung menyatakan bahwa ''lelagon'' (nyanyian), ''tata panembah'' (upacara), ''cara panganggo'' (cara berpakaian), ''nanggap lan nonton wayang'' (ikut serta dalam pertunjukkan wayang), bahkan rapal dan primbon tidaklah perlu ditinggalkan.<ref name="Soekotjo"/> Kiai Ibrahim Tunggul Wulung juga menyebut tempat ibadahnya sebagai [[masjid]] dan menciptakan rapal baru yang bercorak Kristen.<ref name="Soekotjo"/> Rapal tersebut berbunyi demikian: |
Latar belakang Kiai Tunggul Wulung sebagai seorang petapa dan pencari ''ngelmu'' telah membuat ajaran-ajarannya mengenai kekristenan menjadi sangat khas "Kristen Jawa" versi Tunggul Wulung.<ref name="Soekotjo"/> Menurut Kiai Ibrahim Tunggul Wulung, [[Ratu Adil]] yang selama ini diharap-harapkan kedatangannya oleh orang Jawa tidak lain adalah ''Kanjeng Nabi Isa Rohullah''.<ref name="Soekotjo"/> Yesus Kristus menurutnya akan datang untuk kedua kalinya untuk memerintah kerajaannya sebagai Ratu Adil dalam Kerajaan Seribu Tahun-Nya.<ref name="Soekotjo"/> Kiai Ibrahim Tunggul Wulung memandang bahwa orang Kristen Jawa haruslah tetap Jawa dan tidak perlu menjadi seorang Belanda ataupun menjadi pengikut utusan Injil Eropa.<ref name="Guillot"/> Oleh sebab itu, Kiai Ibrahim Tunggul Wulung menyatakan bahwa ''lelagon'' (nyanyian), ''tata panembah'' (upacara), ''cara panganggo'' (cara berpakaian), ''nanggap lan nonton wayang'' (ikut serta dalam pertunjukkan wayang), bahkan rapal dan primbon tidaklah perlu ditinggalkan.<ref name="Soekotjo"/> Kiai Ibrahim Tunggul Wulung juga menyebut tempat ibadahnya sebagai [[masjid]] dan menciptakan rapal baru yang bercorak Kristen.<ref name="Soekotjo"/> Rapal tersebut berbunyi demikian: |
||
<blockquote> |
|||
''Bapa Allah, Putra Allah, Roh Suci Allah'' |
:''Bapa Allah, Putra Allah, Roh Suci Allah'' |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
</blockquote> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
Artinya: |
Artinya: |
||
<blockquote> |
|||
Allah Bapa, Allah Putera, Allah Roh Suci |
:Allah Bapa, Allah Putera, Allah Roh Suci |
||
Ketiganya menjadi satu |
:Ketiganya menjadi satu |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
</blockquote> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
Di awal pembangunan desa Ujungjati, rapal lain yang tidak bercorak Kristen pun digunakan untuk mengusir kuasa-kuasa jahat.<ref name="Soekotjo"/> Rapal tersebut berbunyi demikian: |
Di awal pembangunan desa Ujungjati, rapal lain yang tidak bercorak Kristen pun digunakan untuk mengusir kuasa-kuasa jahat.<ref name="Soekotjo"/> Rapal tersebut berbunyi demikian: |
||
<blockquote> |
|||
''Ancak-ancak ali-ali, si ali kebo janggitan'' |
:''Ancak-ancak ali-ali, si ali kebo janggitan'' |
||
:''Anak-anak kebo dungkul'' |
|||
'' |
:''Si dungkul kapan gawene'' |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
''Si dungkul kapan gawene'' |
|||
⚫ | |||
</blockquote> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Tunggul Wulung juga melakukan pemribumian terhadap tata cara yang berkaitan dengan ritual pengakuan dosa dan dikembangkannya di jemaat Banyutowo.<ref name="Soekotjo"/> Menurutnya, seseorang yang mengaku dosa harus melakukannya secara langsung di depan jemaat dan untuk menyambut kembalinya ''domba yang tersesat'' tersebut diselenggarakanlah pesta ucapan syukur berupa pesta ''kupat-lepet'' (ketupat dan lepet) yang selaras jika dikaitkan dengan ''ngaku lepat'' (pengakuan bersalah) dalam upacara pengakuan dosa tersebut.<ref name="Soekotjo"/> |
Tunggul Wulung juga melakukan pemribumian terhadap tata cara yang berkaitan dengan ritual pengakuan dosa dan dikembangkannya di jemaat Banyutowo.<ref name="Soekotjo"/> Menurutnya, seseorang yang mengaku dosa harus melakukannya secara langsung di depan jemaat dan untuk menyambut kembalinya ''domba yang tersesat'' tersebut diselenggarakanlah pesta ucapan syukur berupa pesta ''kupat-lepet'' (ketupat dan lepet) yang selaras jika dikaitkan dengan ''ngaku lepat'' (pengakuan bersalah) dalam upacara pengakuan dosa tersebut.<ref name="Soekotjo"/> |