Kesultanan Pajang: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Penghidupan kembali: penambahan legalistas akta notaris |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Menghilangkan referensi |
||
Baris 100: | Baris 100: | ||
[[Sutawijaya]] sendiri mendirikan [[Mataram II|Kerajaan Mataram]], di mana ia sebagai raja pertama bergelar [[Panembahan Senopati]]. |
[[Sutawijaya]] sendiri mendirikan [[Mataram II|Kerajaan Mataram]], di mana ia sebagai raja pertama bergelar [[Panembahan Senopati]]. |
||
== Penghidupan kembali == |
|||
Pada 2 Februari 2009, Suradi menghidupkan kembali Kraton Pajang, di Dukuh Pesanggrahan, Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia merupakan keturunan trah Ki Ageng Turus, yaitu saudara Kebo Kanigoro, ayah dari Joko Tingkir, leluhur raja-raja. Suradi merupakan warga pendatang yang berasal dari Nawonggo, Ceper, Klaten.<ref>[https://nasional.okezone.com/read/2020/01/18/337/2154743/keraton-pajang-kerajaan-sungguhan-di-kartasura-hingga-kini-masih-eksis Keraton Pajang Kerajaan Sungguhan di Kartasura Hingga Kini Masih Eksis]</ref> |
|||
Pengangkatan Suradi menjadi seorang Sultan berawal dari pengumuman lelang pembangunan masjid Agung Demak. Sebagai seorang kontraktor, Suradi pun tertarik ikut. Kemudian Suradi pun berangkat bersama temannya ke Demak untuk ikut dalam lelang pembangunan Masjid Agung Demak. Dari situ Suradi bertemu dengan Sultan Surya Alam Akbar (Sultan Demak). Sultan Surya Alam Akbar menyarankan ke Suradi agar merawat keraton Pajang. Suradi tak langsung menjawab, ia meminta waktu untuk bicara pada keluarganya. |
|||
Awalnya keluarga Suradi menolak keras karena bukan dari keturunan Kraton dan melihat kalau itu bukan bidangnya. Ketika hal itu disampaikan ke Kanjeng Sultan Surya Alam Akbar, Sultan Demak menolak alasan itu dan tetap mendaulat Suradi menjadi Kanjeng Raden Adipati Suradi Joyo Nagoro. Sultan Surya Alam juga mengirim utusannya ke Pajang untuk mengajarkan Suradi bagaimana menjadi Sultan dan tata cara serta tradisi Kraton. |
|||
Sejak saat itulah, Suradi pun gigih melestarikan Kasultanan Pajang. Sebagai pengakuan atas jasanya melestarikan budaya kraton Pajang, Suradi diangkat sebagai Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV. |
|||
Untuk mencegah tudingan kraton palsu Suradi memperkuat legalitas Yayasan Kasultanan Keraton Pajang dengan akta notaris, keputusan Menkumham bernomor AHU-2190. AHA 01.04 tahun 2011 yang ditandatangani Syafruddin di Jakarta pada 27 April 2011.<ref>[https://news.okezone.com/read/2020/01/19/512/2154929/bangkitnya-kasultanan-pajang-setelah-tidur-panjang-400-tahun-bagian-1?page=1 Bangkitnya Kasultanan Pajang Setelah Tidur Panjang 400 Tahun]</ref> Keberadaan Kraton Pajang sudah diketahui oleh Pemerintah Sukoharjo, dinas terkait, masyarakat sekitar serta juga diakui juga oleh NU sebagai lembaga adat sah dan resmi.<ref>[https://www.krjogja.com/berita-lokal/jateng/solo/direatui-nu-kasultanan-pajang-adakan-haul-joko-tingkir-ke-438/ Direstui NU, Kasultanan Pajang adakan Haul Joko Tingkir ke-438]</ref> |
|||
Selama keraton tersebut berdiri, Kraton Pajang aktif melakukan kegiatan budaya dengan afiliasi budaya Keraton Pajang Kuno. Adapun kegiatan rutin kraton Pajang meliputi. |
Selama keraton tersebut berdiri, Kraton Pajang aktif melakukan kegiatan budaya dengan afiliasi budaya Keraton Pajang Kuno. Adapun kegiatan rutin kraton Pajang meliputi. |
||
Baris 123: | Baris 113: | ||
# [[Arya Pangiri]] atau '''Ngawantipura''' |
# [[Arya Pangiri]] atau '''Ngawantipura''' |
||
# [[Pangeran Benawa]] atau '''Prabuwijaya''' |
# [[Pangeran Benawa]] atau '''Prabuwijaya''' |
||
# Suradi Joyo Nagoro atau '''Hadiwijaya Khalifatullah IV''' |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |