Lompat ke isi

Laksmi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23: Baris 23:
== Bentuk-bentuk Laksmi ==
== Bentuk-bentuk Laksmi ==


=== Tiga aspek penting Lakhmi ===
=== Tiga aspek penting Laksmi ===
Dalam kitab ''Atharva Weda'' pada bagian ''Sita Upanishad'', Dewi Laksmi memiliki tiga aspek manifestasi diri, yakni :
Dalam kitab ''Atharva Weda'' pada bagian ''Sita Upanishad'', Dewi Laksmi memiliki tiga aspek manifestasi diri, yakni :
*'''Sridevi''' (Sri) yang merupakan dewi kemakmuran dan kekayaan. Pada era [[Mahabharata]], ia dipercaya menitis pada Rukmini, istri Kresna.
*'''Sridevi''' (Sri) yang merupakan dewi kemakmuran dan kekayaan. Pada era [[Mahabharata]], ia dipercaya menitis pada Rukmini, istri Kresna.
Baris 42: Baris 42:
*''Widya Laksmi'' (kesenian, budidaya, dan ilmu pengetahuan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna putih dengan tangan depan kosong dan tangan belakang memegang bunga teratai.
*''Widya Laksmi'' (kesenian, budidaya, dan ilmu pengetahuan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna putih dengan tangan depan kosong dan tangan belakang memegang bunga teratai.


=== Alakshmi ===
=== Alaksmi ===
Dewi Lakshmi juga memiliki antitesis bernama ''Alakhsmi'' atau ''Jyestha'' (beberapa menyebut Alakshmi sebagai kakak [[kembar]] Lakshmi). Alakshmi berasal dari kata ''A'' yang berarti bukan, dan ''Lakshmi'' yang merupakan dewi keberuntungan, yang berarti ''bukan Lakshmi''. Berbanding terbalik dengan Lakshmi yang merupakan dewi kemamkmuran, keberuntungan, kekayaan, dan kesehatan, Alakshmi adalah dewi kesialan, kemalangan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Alakshmi atau Jyestha tertulis dalam naskah ''Padma Purana'' dan ''Lingga Purana''. Dikisahkan pada suatu hari, seorang resi bernama [[Durwasa]] memberikan rangkaian bunga kepada Dewa [[Indra]], sang raja penguasa kahyangan. Dewa Indra yang angkuh kemudian tidak segan melemparkan bunga itu ke lantai dan terinjak oleh gajah peliharaanya. Resi Durwasa yang sakit hati menyumpahi bahwa suatu hari kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Dewa Indra akan lenyap seketika. Dewi Laksmi yang menyaksikan peristiwa tersebut memilih meninggalkan Dewa Indra bahkan menceburkan diri ke dalam lautan susu ([[Bima Sakti|galaksi Bimasakti]]). Kepergian Dewi Lakshmi ternyata menimbulkan petaka bagi tiga alam (kahyangan, bumi, dan dunia bawah), yang berimbas pada kerusakan dan kekacauan semesta. Karena selama ini, Dewi Laksmi selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi alam semesta. Tanpa adanya Laksmi, sapi-sapi berhenti menghasilkan susu, tanaman tidak lagi menghasilkan buah dan bunga, sinar matahari semakin meredup, emas dan permata tidak lagi berkilau, para [[asura]] (setan) bergentayangan, hingga banyak terjadi kematian. Dewa Wisnu selaku dewa pelindung semesta sekaligus suami dari Lakshmi berinisiatif mencari istrinya dengan cara mengaduk lautan susu (disebut ''Samudra Manthana''). Para dewa dan asura turut bekerjasama dalam pengadukan lautan susu. Membutuhkan waktu 1.000 tahun, Dewi Laksmi akhirnya muncul, namun ia tidak sendirian, melainkan ia muncul bersama bayangan hitam yang membentuk sesosok wanita, yang kemudian bayangan itu diberi nama Alakshmi ''(bayangan hitam tersebut digambarkan sebagai bentuk kekecewaan dari Lakshmi)''. Kemudian, Wisnu membagi dunia menjadi dua sisi, yakni kebaikan dan keburukan. Selama peristiwa perputaran lautan, Lakshmi ditugaskan untuk menebar kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Sedangkan Alakshmi ditugaskan untuk menebarkan kejahatan, kesedihan, kemiskinan, penderitaan. Alakshmi akan tinggal bersama orang-orang yang berhati jahat, serakah, atau jauh dari agama.
Dewi Laksmi juga memiliki antitesis bernama ''Alakhsmi'' atau ''Jyestha'' (beberapa menyebut Alakshmi sebagai kakak [[kembar]] Lakshmi). Alaksmi berasal dari kata ''A'' yang berarti bukan, dan ''Lakshmi'' yang merupakan dewi keberuntungan, yang berarti ''bukan Laksmi''. Berbanding terbalik dengan Laksmi yang merupakan dewi kemamkmuran, keberuntungan, kekayaan, dan kesehatan, Alaksmi adalah dewi kesialan, kemalangan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Alaksmi atau Jyestha tertulis dalam naskah ''Padma Purana'' dan ''Lingga Purana''. Dikisahkan pada suatu hari, seorang resi bernama [[Durwasa]] memberikan rangkaian bunga kepada Dewa [[Indra]], sang raja penguasa kahyangan. Dewa Indra yang angkuh kemudian tidak segan melemparkan bunga itu ke lantai dan terinjak oleh gajah peliharaanya. Resi Durwasa yang sakit hati menyumpahi bahwa suatu hari kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Dewa Indra akan lenyap seketika. Dewi Laksmi yang menyaksikan peristiwa tersebut memilih meninggalkan Dewa Indra bahkan menceburkan diri ke dalam lautan susu ([[Bima Sakti|galaksi Bimasakti]]). Kepergian Dewi Laksmi ternyata menimbulkan petaka bagi tiga alam (kahyangan, bumi, dan dunia bawah), yang berimbas pada kerusakan dan kekacauan semesta. Karena selama ini, Dewi Laksmi selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi alam semesta. Tanpa adanya Laksmi, sapi-sapi berhenti menghasilkan susu, tanaman tidak lagi menghasilkan buah dan bunga, sinar matahari semakin meredup, emas dan permata tidak lagi berkilau, para [[asura]] (setan) bergentayangan, hingga banyak terjadi kematian. Dewa Wisnu selaku dewa pelindung semesta sekaligus suami dari Laksmi berinisiatif mencari istrinya dengan cara mengaduk lautan susu (disebut ''Samudra Manthana''). Para dewa dan asura turut bekerjasama dalam pengadukan lautan susu. Membutuhkan waktu 1.000 tahun, Dewi Laksmi akhirnya muncul, namun ia tidak sendirian, melainkan ia muncul bersama bayangan hitam yang membentuk sesosok wanita, yang kemudian bayangan itu diberi nama Alaksmi ''(bayangan hitam tersebut digambarkan sebagai bentuk kekecewaan dari Lakshmi)''. Kemudian, Wisnu membagi dunia menjadi dua sisi, yakni kebaikan dan keburukan. Selama peristiwa perputaran lautan, Laksmi ditugaskan untuk menebar kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Sedangkan Alaksmi ditugaskan untuk menebarkan kejahatan, kesedihan, kemiskinan, penderitaan. Alaksmi akan tinggal bersama orang-orang yang berhati jahat, serakah, atau jauh dari agama.


Alakshmi digambarkan memiliki fisik kulit penuh keriput seperti nenek-nenek dan rambut yang kusut tak terawat. Namun dalam versi lain, Alakshmi digambarkan sangat mirip dengan Lakshmi namun mengenakan pakaian serba hitam dan memiliki sorot mata yang sangat tajam (sorot mata Alakshmi sering diidentifikasikan sebagai ''mata jahat'' dan menakutkan).
Alaksmi digambarkan memiliki fisik kulit penuh keriput seperti nenek-nenek dan rambut yang kusut tak terawat. Namun dalam versi lain, Alaksmi digambarkan sangat mirip dengan Lakshmi namun mengenakan pakaian serba hitam dan memiliki sorot mata yang sangat tajam (sorot mata Alaksmi sering diidentifikasikan sebagai ''mata jahat'' yang menakutkan).


Untuk mengusir Alakshmi dari rumah atau tempat usaha, masyarakat India sering menggantung ''nimbu mirchi'' (semacam jimat yang terbuat dari rangkaian tujuh buah cabai dan satu buah lemon) untuk mengganggu konsentrasi Alakshmi yang sedang mengambil keberuntungan pemilik rumah atau tempat usaha, sehingga Alakshmi merasa lapar lalu fokus memakan cabai dan lemon. Alakshmi sangat menyukai makanan dengan rasa asam dan pedas, sedangkan Lakshmi suka dengan makanan manis.
Untuk mengusir Alaksmi dari rumah atau tempat usaha, masyarakat India sering menggantung ''nimbu mirchi'' (semacam jimat yang terbuat dari rangkaian tujuh buah cabai dan satu buah lemon) untuk mengganggu konsentrasi Alaksmi yang sedang mengambil keberuntungan pemilik rumah atau tempat usaha, sehingga Alaksmi merasa lapar lalu lupa akan tugasnya dan fokus memakan cabai dan lemon. Alaksmi sangat menyukai makanan dengan rasa asam dan pedas, sedangkan Laksmi suka dengan makanan manis.


Merak dalam penggambaran Dewi Laksmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. Sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan terkadang juga dianggap sebagai lambang pernikahan.
Merak dalam penggambaran Dewi Laksmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. Sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan terkadang juga dianggap sebagai lambang pernikahan.