Tuanku Nan Tuo: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
tempat lahir |
Hanamanteo (bicara | kontrib) k ←Suntingan 36.68.27.45 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Afandri |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox person |
|||
| name = Tuanku Nan Tuo |
| name = Tuanku Nan Tuo |
||
| image = |
| image = |
||
Baris 22: | Baris 22: | ||
==Kehidupan== |
==Kehidupan== |
||
Tuanku Nan Tuo lahir di Koto Tuo, IV Angkek, Agam, pada tahun 1723. Di masa mudanya ia salah seorang remaja yang bersemangat dalam menimba ilmu-ilmu agama. Hampir keseluruhan cabang ilmu agama ia kuasai. Dia belajar ilmu agama dari Tuanku Mansiangan Nan Tuo di [[Paninjauan, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Paninjauan, Tanah Datar]]. Memperoleh ilmu mantiq dan ma'ani dari Tuanku Nan Kaciak di [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang, Agam]], mempelajari ilmu sharaf dari Tuanku di Talang, ilmu nahwu dari Tuanku di Salayo, serta ilmu hadits, tafsir, dan faraidh dari Tuanku di Sumanik<ref>Hamka, Antara Fakta Dan Khayal :Tuanku Rao, 1974:110-112,156-157, dari J J de Hollander : “Hikayat Syaich Djalaluddin”, E J Brill, Leiden, 1857</ref>. |
|||
Pada tahun 1784, Tuanku Nan Tuo menjadi kepala surau [[Tarekat Syattariyah]] di Koto Tuo, IV Angkek, Agam. Ketika menjadi kepala surau ia berhasil menarik ribuan murid dari nagari-nagari di sekitarnya. Salah satu muridnya yang cukup cemerlang, [[Haji Miskin]], ikut bersamanya dalam menyebarkan [[Syariat Islam|syariat Islam]] di kawasan Agam Tuo. Selain itu, beberapa muridnya yang cukup militan juga ditugaskan untuk berdakwah keluar IV Angkek, terutama ke nagari-nagari yang menghalangi usaha perdagangan. Beberapa muridnya yang meneruskan usahanya dalam menanamkan syariat Islam di Minangkabau ialah Jalaluddin gelar Fakih Shagir yang mendirikan surau di [[Candung Koto Laweh, Candung, Agam|Candung Koto Laweh, Agam]]. Kemudian Tuanku Bandaro dari Alahan Panjang, meneruskan pembaruan di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] bersama [[Tuanku Imam Bonjol]], [[Tuanku Rao]] di [[Rao, Pasaman|Rao]] mengambil alih pimpinan nagari dan berdakwah di tanah kelahirannya, serta Saidi Muning bergelar [[Tuanku Lintau]] berdakwah di [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau, Tanah Datar]]. |
Pada tahun 1784, Tuanku Nan Tuo menjadi kepala surau [[Tarekat Syattariyah]] di Koto Tuo, IV Angkek, Agam. Ketika menjadi kepala surau ia berhasil menarik ribuan murid dari nagari-nagari di sekitarnya. Salah satu muridnya yang cukup cemerlang, [[Haji Miskin]], ikut bersamanya dalam menyebarkan [[Syariat Islam|syariat Islam]] di kawasan Agam Tuo. Selain itu, beberapa muridnya yang cukup militan juga ditugaskan untuk berdakwah keluar IV Angkek, terutama ke nagari-nagari yang menghalangi usaha perdagangan. Beberapa muridnya yang meneruskan usahanya dalam menanamkan syariat Islam di Minangkabau ialah Jalaluddin gelar Fakih Shagir yang mendirikan surau di [[Candung Koto Laweh, Candung, Agam|Candung Koto Laweh, Agam]]. Kemudian Tuanku Bandaro dari Alahan Panjang, meneruskan pembaruan di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] bersama [[Tuanku Imam Bonjol]], [[Tuanku Rao]] di [[Rao, Pasaman|Rao]] mengambil alih pimpinan nagari dan berdakwah di tanah kelahirannya, serta Saidi Muning bergelar [[Tuanku Lintau]] berdakwah di [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau, Tanah Datar]]. |