Lompat ke isi

Krinok: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Roby diery (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
2017 source edit
Baris 1: Baris 1:
'''Krinok''' merupakan salah satu tradisi lisan yang telah dipertunjukan di daerah Rantau Pandan, Muaro Bungo, Provinsi Jambi sejak beberapa abad yang lalu dan menyebar sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Pada masa pemerintahan Kerajaan Melayu Jambi (1722-1911) pertunjukan Krinok berkembang pesat di Provinsi Jambi. Seni ini termasuk seni pertunjukan teater yang dimainkan juga dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang terjalin dalam satu alur cerita. Dalam satu pertunjukan dimainkan sebanyak 20 orang. Pemainnya adalah para wanita dan pria, para pria menggunakan topeng sedangkan wanitanya akan mengenakan kostum yang gemerlap<ref>https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=12</ref>.
'''Krinok''' merupakan salah satu tradisi lisan yang telah dipertunjukan di daerah Rantau Pandan, Muaro Bungo, [[Provinsi Jambi]] sejak beberapa abad yang lalu dan menyebar sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Pada masa pemerintahan Kerajaan Melayu Jambi (1722-1911) pertunjukan Krinok berkembang pesat di Provinsi Jambi. Seni ini termasuk seni pertunjukan teater yang dimainkan juga dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang terjalin dalam satu alur cerita. Dalam satu pertunjukan dimainkan sebanyak 20 orang. Pemainnya adalah para wanita dan pria, para pria menggunakan topeng sedangkan wanitanya akan mengenakan kostum yang gemerlap<ref>https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=12</ref>.


Krinok dapat dikatakan juga sebagai salah satu seni vokal tradisi yang menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Muara Bungo, Jambi. Para seniman mengungkap, Krinok adalah jenis kesenian tertua yang sudah ada di Jambi tersebut sejak masa pra sejarah. Pelestarian Krinok memungkinannya masih dapat dilihat sampai sekarang.
Krinok dapat dikatakan juga sebagai salah satu seni vokal tradisi yang menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Muara Bungo, Jambi. Para seniman mengungkap, Krinok adalah jenis kesenian tertua yang sudah ada di Jambi tersebut sejak masa pra sejarah. Pelestarian Krinok memungkinannya masih dapat dilihat sampai sekarang.

Revisi per 5 Agustus 2021 07.38

Krinok merupakan salah satu tradisi lisan yang telah dipertunjukan di daerah Rantau Pandan, Muaro Bungo, Provinsi Jambi sejak beberapa abad yang lalu dan menyebar sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Pada masa pemerintahan Kerajaan Melayu Jambi (1722-1911) pertunjukan Krinok berkembang pesat di Provinsi Jambi. Seni ini termasuk seni pertunjukan teater yang dimainkan juga dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang terjalin dalam satu alur cerita. Dalam satu pertunjukan dimainkan sebanyak 20 orang. Pemainnya adalah para wanita dan pria, para pria menggunakan topeng sedangkan wanitanya akan mengenakan kostum yang gemerlap[1].

Krinok dapat dikatakan juga sebagai salah satu seni vokal tradisi yang menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Muara Bungo, Jambi. Para seniman mengungkap, Krinok adalah jenis kesenian tertua yang sudah ada di Jambi tersebut sejak masa pra sejarah. Pelestarian Krinok memungkinannya masih dapat dilihat sampai sekarang. Sebagai sebuah bentuk kesenian, krinok pada awalnya merupakan seni vokal yang sangat sederhana. Krinok dimainkan dengan iring-iringan musik dan tarian untuk menambah penggambaran cerita yang dibawakan oleh seniman Krinok[2]

Krinok, sebagaimana ditemukan di daerah Rantau Pandan, menjadi pengiring dari tari Tauh. Tari Tauh merupakan tari yang menggambarkan pergaulan pemuda dan pemudi setempat. Tari Tauh diwariskan secara turun temurun dan populer di kawasan Kecamatan Rantau Pandan dan Kabupaten Bungo. Tari Tauh biasanya dipertunjukan pada saat menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan Beselang Gedang. Istilah-istilah tersebut adalah istilah yang digunakan oleh warga setempat untuk menyebut tradisi gotong royong menuai padi. Dalam pertunjukan Tari Tauh ada empat pasang penari, laki-laki dan perempuan yang berbusana khas Melayu. Mereka menari diiringi dengan iringan musik dari alat musik berupa Kelintang Kayu, Gong, Gendang, dan Biola. Alat tersebut akan mengalunkan Krinok dan pantun-pantun anak muda[2].

Referensi

  1. ^ https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=12
  2. ^ a b https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/krinok/