Lompat ke isi

Salahuddin Ayyubi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Bumidmad (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 49: Baris 49:
== Naik ke kekuasaan ==
== Naik ke kekuasaan ==
Di kemudian hari Salahudin menjadi [[wazir]] pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin [[Yerusalem]], khususnya [[Amalric I dari Yerusalem|Amalric I]]. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di [[Mesir]] mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak [[Kalifah]] untuk posisi [[wazir]]. Sebagai pemimpin dari pasukan asing [[Suriah]], dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan [[Syi'ah]] [[Mesir]] yang masih berada di bawah [[Khalifah]] yang lemah, Al-Adid. Berakhirnya kekuasaan yang dipimpin khalifah al-adid maka Salahudin pun menguasai mesir dengan sebutan dinasti Ayyubiyah.<ref>{{Cite web|title=Kisah Salahuddin Al-Ayyubi Memberantas Syiah di Mesir|url=https://www.arusnews.com/artikel/ArusSejarah/kisah-salahuddin-al-ayyubi-memberantas-syiah-di-mesir-b42226|website=www.arusnews.com|access-date=2020-08-25}}</ref>
Di kemudian hari Salahudin menjadi [[wazir]] pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin [[Yerusalem]], khususnya [[Amalric I dari Yerusalem|Amalric I]]. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di [[Mesir]] mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak [[Kalifah]] untuk posisi [[wazir]]. Sebagai pemimpin dari pasukan asing [[Suriah]], dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan [[Syi'ah]] [[Mesir]] yang masih berada di bawah [[Khalifah]] yang lemah, Al-Adid. Berakhirnya kekuasaan yang dipimpin khalifah al-adid maka Salahudin pun menguasai mesir dengan sebutan dinasti Ayyubiyah.<ref>{{Cite web|title=Kisah Salahuddin Al-Ayyubi Memberantas Syiah di Mesir|url=https://www.arusnews.com/artikel/ArusSejarah/kisah-salahuddin-al-ayyubi-memberantas-syiah-di-mesir-b42226|website=www.arusnews.com|access-date=2020-08-25}}</ref>

== Makam ==
[[File:Salah-ad-Din Tomb.jpg|Salah-ad-Din_Tomb]]
Makam sultan saladin


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 19 Juli 2022 17.24

Salahuddin Al-Ayubi
Panglima Perang dan Turki Syria
Lukisan artistik Shalahuddin
Sultan Mesir dan Suriah
Berkuasa1171 – 4 Maret 1193
Penobatan1174, Kairo
PendahuluAl-Adid (sebagai khalifah Fatimiyah)
Penerus
Kelahiran1138
Tikrit, Mesopotamia Hulu, Kekhalifahan Abbasiyah
Kematian4 Maret 1193 (umur 55–56)
Damaskus, Suriah, Kesultanan Ayyubiyah
Pemakaman
Masjid Umayyah, Damaskus
PasanganIsmaddin Khatan
Keturunan
Nama lengkap
Jasmin-Nasi Ṣalāḥ al-Dīn Yūsuf Ben Ayūbblis
DinastiAyyubiyah (pendiri)
AyahNajmuddīn Ayyūb
AgamaIslam Sunni (Syafi'i)[1][2][3]

An-Nashir Salahuddin Yusuf Ibn Ayyub (bahasa Kurdi: سەلاحەدینی ئەییووبی, translit. Selahedînê Eyûbî; bahasa Arab: الناصر صلاح الدين يوسف بن أيوب, translit. an-Nāṣir Ṣalāḥ ad-Dīn Yūsuf ibn Ayyūb; (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jenderal Panglima dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah-Medinah Hejaz dan Diyar Bakr Oman [Palestina]

Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, 'Salah Aladin al-Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din' (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdistan: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Islam karena memimpin, strategi militer, dan sifatnya yang ksatria dan adil pada saat ia berperang melawan Ksatria Salib. Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Ia memberikan catatan kaki dan penjelasan kitab sunan hadits Abu Dawud.

Latar belakang

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[4] Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Van dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk untuk kota Mosul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Baalbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Baalbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tetapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.

Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah); Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna merah muda). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin

Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut waliullah yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.

Tahun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamannya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.

Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mosul, Irak bagian utara.

Naik ke kekuasaan

Di kemudian hari Salahudin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid. Berakhirnya kekuasaan yang dipimpin khalifah al-adid maka Salahudin pun menguasai mesir dengan sebutan dinasti Ayyubiyah.[5]

Makam

Salah-ad-Din_Tomb Makam sultan saladin

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Spevack 2014, hlm. 44.
  2. ^ Lēv 1999, hlm. 131.
  3. ^ Halverson, Corman & Goodall 2011, hlm. 201.
  4. ^ Ibn Khallikan says that Saladin's father and his family originated from Dvin, and "they were Kurds." See Vladimir Minorsky, The Prehistory of Saladin, Studies in Caucasian History, Cambridge University Press, 1957, pp. 124-132.
  5. ^ "Kisah Salahuddin Al-Ayyubi Memberantas Syiah di Mesir". www.arusnews.com. Diakses tanggal 2020-08-25. 

Baca juga

  • Alan K. Bowman, Egypt After the Pharaohs: 1986

Pranala luar