Lompat ke isi

Perdarahan subkonjungtiva: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Heihelmi (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Penyakit mata menggunakan HotCat
Heihelmi (bicara | kontrib)
Menyunting artikel
Baris 2: Baris 2:


Penyebab alami karena batuk, muntah, mengangkat beban berat, mengejan saat buang air besar atau saat melahirkan. Kondisi tersebut meningkatkan tekanan darah di sistem peredaran darah menuju [[retina]]. Terdapat empat pleksus vaskuler di retina yang disuplai oleh kapiler-kapiler kecil dan halus. Dinding kapiler ini akan pecah jika mendapat tekanan darah secara tiba-tiba. Sedangkan penyebab eksternal dapat berupa cedera langsung akibat benturan benda tumpul. Faktor risiko yaitu penderita hipertensi, diabetes, lansia, dan konsumsi obat antikoagulan. Bayi lahir per vaginam berisiko 2% mengalami perdarahan subkonjungtiva.
Penyebab alami karena batuk, muntah, mengangkat beban berat, mengejan saat buang air besar atau saat melahirkan. Kondisi tersebut meningkatkan tekanan darah di sistem peredaran darah menuju [[retina]]. Terdapat empat pleksus vaskuler di retina yang disuplai oleh kapiler-kapiler kecil dan halus. Dinding kapiler ini akan pecah jika mendapat tekanan darah secara tiba-tiba. Sedangkan penyebab eksternal dapat berupa cedera langsung akibat benturan benda tumpul. Faktor risiko yaitu penderita hipertensi, diabetes, lansia, dan konsumsi obat antikoagulan. Bayi lahir per vaginam berisiko 2% mengalami perdarahan subkonjungtiva.

== Epidemiologi ==
Tidak ada pengaruh jenis kelamin pada penderita perdarahan subkonjungtiva. Akan tetapi, kondisi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki yang melakukan pekerjaan berat dan cenderung beraktivitas lebih ekstrim. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata insidensi perdarahan subkonjungtiva non traumatik lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Risiko terjadinya perdarahan subkonjungtiva spontan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun. Individu usia tersebut memiliki komorbid berupa hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus<ref>{{Cite book|last=Doshi|first=Ricky|last2=Noohani|first2=Tariq|date=2022|url=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/|title=Subconjunctival Hemorrhage|location=Treasure Island (FL)|publisher=StatPearls Publishing|pmid=31869130}}</ref>.

== Patofisiologi ==


== Tanda dan gejala ==
== Tanda dan gejala ==

Revisi per 2 Februari 2023 01.56

Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil di konjungtiva atau lapisan mata yang transparan. Kondisi ini menghasilkan bercak merah yang terlihat di bagian putih mata. Pada umumnya, hanya sedikit atau tidak ada rasa sakit dan tidak mempengaruhi penglihatan. Biasanya hanya terjadi pada salah satu mata.

Penyebab alami karena batuk, muntah, mengangkat beban berat, mengejan saat buang air besar atau saat melahirkan. Kondisi tersebut meningkatkan tekanan darah di sistem peredaran darah menuju retina. Terdapat empat pleksus vaskuler di retina yang disuplai oleh kapiler-kapiler kecil dan halus. Dinding kapiler ini akan pecah jika mendapat tekanan darah secara tiba-tiba. Sedangkan penyebab eksternal dapat berupa cedera langsung akibat benturan benda tumpul. Faktor risiko yaitu penderita hipertensi, diabetes, lansia, dan konsumsi obat antikoagulan. Bayi lahir per vaginam berisiko 2% mengalami perdarahan subkonjungtiva.

Epidemiologi

Tidak ada pengaruh jenis kelamin pada penderita perdarahan subkonjungtiva. Akan tetapi, kondisi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki yang melakukan pekerjaan berat dan cenderung beraktivitas lebih ekstrim. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata insidensi perdarahan subkonjungtiva non traumatik lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Risiko terjadinya perdarahan subkonjungtiva spontan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun. Individu usia tersebut memiliki komorbid berupa hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus[1].

Patofisiologi

Tanda dan gejala

Perdarahan subkonjungtiva pada umumnya tidak menyebabkan rasa sakit, meskipun mempengaruhi kondisi mata menjadi kering, kasar, dan gatal. Perdarahan subkonjungtiva diawali dengan munculnya bercak merah terang di konjungtiva mata. Selanjutnya, perdarahan menyebar dan warna berubah hijau atau kuning. Kondisi ini menghilang dalam waktu sekitar dua minggu.

Penyebab

  1. Meningkatnya tekanan pembuluh vena pada kondisi batuk dan bersin hebat, muntah, tersedak, batuk, tercekik, mengejan
  2. Perubahan tekanan eksternal
    • Perubahan tekanan atmosfer, misalnya saat naik pesawat
    • Penggunaan masker yang menekan wajah saat menyelam
  3. Cedera mata atau kepala
  4. Operasi mata
  5. Patah tulang zigomatik
  6. Infeksi mata
  7. Penyakit koagulasi, leptospirosis

Perdarahan subkonjungtiva pada bayi berhubungan dengan penyakit skurvi, kekerasan, ataupun sindrom asfiksia.

Diagnosis

Penentuan diagnosis melalui pemeriksaan visual dengan mengamati perubahan warna merah terang yang berbatas dengan sklera atau bagian putih mata. Pada kondisi yang jarang terjadi, darah dapat menetes dari mata.

Penanganan

Perdarahan subkonjungtiva merupakan kondisi yang dapat sembuh sendiri dan tidak membutuhkan pengobatan, kecuali terjadi infeksi mata atau terdapat cedera mata. Penderita dapat menggunakan obat tetes mata empat hingga enam kali sehari jika mata terasa kering atau gatal.

  1. ^ Doshi, Ricky; Noohani, Tariq (2022). Subconjunctival Hemorrhage. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 31869130.