Lompat ke isi

Laksmi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15: Baris 15:
| Pasangan = [[Narayana]]
| Pasangan = [[Narayana]]
| Wahana = [[Gajah]]
| Wahana = [[Gajah]]
|Nama Lain = Sri, Narayani, Bhargavi, Bhagavati, Padma, Kamala, dan Vaishnavi}}
|Nama Lain = Sri, Narayani, Bhargavi, Bhagavati, Padma, Kamala, dan Vaishnavi|member_of=[[Tridewi]]}}


Dalam [[agama Hindu]], '''Laksmi''' {{Sanskerta|लक्ष्मी|Lakṣmī}} adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
Dalam [[agama Hindu]], '''Laksmi''' {{Sanskerta|लक्ष्मी|Lakṣmī}} adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.

Revisi per 24 Februari 2023 11.43

Lakshmi
लक्ष्मी
Lakshmee
Dewa Hindu
Dewi kemakmuran, keberuntungan, kesuburan, kebijaksanaan, kecantikan, keperkasaan, kekayaan, kesehatan, dan pengetahuan
Ejaan Dewanagariलक्ष्मी
Ejaan IASTLakṣhmī
GolonganDewi
WahanaGajah
AtributTeratai, Kembang Kusuma Wijaya kepingan emas,Warada Mudra
PasanganNarayana
MantraOm Sri Mahalakshmi Namah

Dalam agama Hindu, Laksmi (Dewanagari: लक्ष्मी; ,IASTLakṣmī, लक्ष्मी) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.

Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Narayana (Wisnu). Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Narayana. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Wedawati dan Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Radha, Rukmini, Satyabama, dan Jembawati (ketika Wisnu menjelma sebagai Krishna), dan Padmavathi (ketika Wisnu menjelma sebagai Venkateswara).

Bentuk-bentuk Laksmi

Tiga aspek penting Laksmi

Dalam kitab Atharva Weda pada bagian Sita Upanishad, Dewi Laksmi memiliki tiga aspek manifestasi diri, yakni :

  • Sridevi (Sri) yang merupakan dewi kemakmuran dan kekayaan. Pada era Mahabharata, ia dipercaya menitis pada Rukmini, istri Kresna.
  • Bhudevi (Bhumi) yang merupakan dewi pelindung bumi. Pada era Mahabharata, ia dipercaya menitis pada Satyabama, istri Kresna.
  • Niladevi (Nila) yang merupakan dewi pelindung langit (terkadang diasosiasikan menjadi matahari dan bulan) dan kedermawanan. Pada era Mahabharata, ia dipercaya menitis pada Jembawati dan Nagnajiti, istri Kresna.

Namun jika ketiga aspek ini disatukan, maka ia akan menjadi Mahalaksmi (dipercaya bahwa Mahalakshmi menitis pada Radha, kekasih Kresna dalam era Mahabharata).

Astalaksmi

Selain itu, Dewi Laksmi memiliki delapan bentuk manifestasi dari dirinya sendiri yang disebut dengan Ashtalaksmi, yang mewakili delapan aspek kekayaan dalam hidup manusia, dalam perwujudan Agung yang mewakili setiap elemen energi dan cahaya Alam Semesta dari Tuhan Yang Kuasa. Berikut adalah nama dan tugas dari Astalaksmi:

  • Adi Laksmi (kebijaksanaan, kedamaian, kebahagiaan, spiritual), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna merah jambu (pink) dan tangan memegang bendera putih.
  • Dhana Laksmi (kekayaan materi/sumber daya), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna hijau dan tangan memegang guci berisi koin emas.
  • Dhanya Laksmi (kekayaan pertanian, tumbuh-tumbuhan, dan perkebunan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna biru dan tangan memegang padi.
  • Gaja Laksmi (kekayaan peternakan, air, hujan, dan kekuasaan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna merah disertai dua ekor gajah di belakangnya.
  • Santana Laksmi (keluarga, pernikahan, dan keturunan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna kuning disertai pedang belati dan memangku seorang bayi.
  • Dhairya/Wira Laksmi (kekuatan dan keberanian), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna jingga (orange) dengan tangan memegang panah, busur, dan trisula kecil.
  • Wijaya Laksmi (kemenangan dan kesuksesan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna ungu dengan tangan memegang belati dan tameng emas.
  • Widya Laksmi (kesenian, budidaya, dan ilmu pengetahuan), umumnya digambarkan mengenakan kain saree berwarna putih dengan tangan depan kosong dan tangan belakang memegang bunga teratai.

Alaksmi

Dewi Laksmi juga memiliki antitesis bernama Alakhsmi atau Jyestha (beberapa menyebut Alaksmi sebagai kakak kembar Laksmi). Alaksmi berasal dari kata A yang berarti bukan, dan Lakshmi yang merupakan dewi keberuntungan, yang berarti bukan Laksmi. Berbanding terbalik dengan Laksmi yang merupakan dewi kemamkmuran, keberuntungan, kekayaan, dan kesehatan, Alaksmi adalah dewi kesialan, kemalangan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Alaksmi atau Jyestha tertulis dalam naskah Padma Purana dan Lingga Purana. Dikisahkan pada suatu hari, seorang resi bernama Durwasa memberikan rangkaian bunga kepada Dewa Indra, sang raja penguasa kahyangan. Dewa Indra yang angkuh kemudian tidak segan melemparkan bunga itu ke lantai dan terinjak oleh gajah peliharaanya. Resi Durwasa yang sakit hati menyumpahi bahwa suatu hari kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Dewa Indra akan lenyap seketika. Dewi Laksmi yang menyaksikan peristiwa tersebut memilih meninggalkan Dewa Indra bahkan menceburkan diri ke dalam lautan susu (galaksi Bimasakti). Kepergian Dewi Laksmi ternyata menimbulkan petaka bagi tiga alam (kahyangan, bumi, dan dunia bawah), yang berimbas pada kerusakan dan kekacauan semesta. Karena selama ini, Dewi Laksmi selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi alam semesta. Tanpa adanya Laksmi, sapi-sapi berhenti menghasilkan susu, tanaman tidak lagi menghasilkan buah dan bunga, sinar matahari semakin meredup, emas dan permata tidak lagi berkilau, para asura (setan) bergentayangan, hingga banyak terjadi kematian. Dewa Wisnu selaku dewa pelindung semesta sekaligus suami dari Laksmi berinisiatif mencari istrinya dengan cara mengaduk lautan susu (disebut Samudra Manthana). Para dewa dan asura turut bekerjasama dalam pengadukan lautan susu. Membutuhkan waktu 1.000 tahun, Dewi Laksmi akhirnya muncul, namun ia tidak sendirian, melainkan ia muncul bersama bayangan hitam yang membentuk sesosok wanita, yang kemudian bayangan itu diberi nama Alaksmi (bayangan hitam tersebut digambarkan sebagai bentuk kekecewaan dari Lakshmi). Kemudian, Wisnu membagi dunia menjadi dua sisi, yakni kebaikan dan keburukan. Selama peristiwa perputaran lautan, Laksmi ditugaskan untuk menebar kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Sedangkan Alaksmi ditugaskan untuk menebarkan kejahatan, kesedihan, kemiskinan, penderitaan. Alaksmi akan tinggal bersama orang-orang yang berhati jahat, serakah, atau jauh dari agama.

Alaksmi digambarkan memiliki fisik kulit penuh keriput seperti nenek-nenek dan rambut yang kusut tak terawat. Namun dalam versi lain, Alaksmi digambarkan sangat mirip dengan Lakshmi namun mengenakan pakaian serba hitam dan memiliki sorot mata yang sangat tajam (sorot mata Alaksmi sering diidentifikasikan sebagai mata jahat yang menakutkan).

Untuk mengusir Alaksmi dari rumah atau tempat usaha, masyarakat India sering menggantung nimbu mirchi (semacam jimat yang terbuat dari rangkaian tujuh buah cabai dan satu buah lemon) untuk mengganggu konsentrasi Alaksmi yang sedang mengambil keberuntungan pemilik rumah atau tempat usaha, sehingga Alaksmi merasa lapar lalu lupa akan tugasnya dan fokus memakan cabai dan lemon. Alaksmi sangat menyukai makanan dengan rasa asam dan pedas, sedangkan Laksmi suka dengan makanan manis.

Merak dalam penggambaran Dewi Laksmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. Sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan terkadang juga dianggap sebagai lambang pernikahan.

Dalam kepercayaan budaya Indonesia

Dalam pewayangan Jawa, Dewi Laksmi lebih dikenal dengan nama Srisekar atau Sri Widowati (diambil dari nama Wedawati, salah satu avatar Laksmi yang terlahir sebelum Sita/Sinta). Diceritakan Dewi Srisekar terlahir dari sebuah benda pusaka Cupu Linggamanik milik Dewa Antaboga, dewa ular penguasa lapisan terbawah bumi, yang pada saat itu sedang menangis. Air mata Antaboga jatuh ke dalam pusaka tersebut sehingga memunculkan sebuah permata yang kemudian berubah menjadi bayi. Ketika beranjak dewasa, kecantikan dan kebaikan hati Dewi Srisekar membuat banyak pria jatuh hati padanya, diantaranya adalah Rahwana (raja raksasa) dan Batara Dewasrani (putra dari Batara Guru dan Batari Durga). Rahwana yang terus memaksakan obsesi cintanya kepada Srisekar beserta seluruh titisannya, membuat Widowati memilih membakar diri daripada harus dinodai oleh Rahwana (alasan Rahwana tidak menodai Sinta disebut karena sempat disumpahi Widowati di kehidupan sebelumnya). Selain itu, Batara Dewasrani dikisahkan tergila-gila pada Dewi Srisekar meskipun sudah berstatus sebagai istri dari Batara Wisnu. Srisekar yang ketakutan karena terus dikejar-kejar oleh Dewasrani terpaksa harus meninggalkan kahyangan dan menetap di bumi dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan Dewasrani membuat kerusakan di bumi dan juga kahyangan. Batara Wisnu yang dikenal memiliki sifat penyabar, pada akhirnya kehabisan kesabaran sehingga mengutuk Dewasrani menjadi babi hutan.

Dewi Laksmi juga dikenal sebagai Dewi Sri yang merupakan dewi padi, sandang pangan dan sumber daya alam, dan juga Dewi Pertiwi (nama lain dari dewi Bhumi yang tak lain adalah salah satu manifestasi dirinya) yang merupakan dewi penguasa bumi.

Menurut kepercayaan masyarakat Bali yang mayoritas menganut agama Hindu, pemujaan terhadap Dewi Laksmi (sering disebut sebagai Batara Rambut Sadana, Sanghyang Sri Nini, dan Batari Manik Galih) dilakukan setiap hari Rabu Wage (disebut Buda Cemeng) pada wuku Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail, dan Kulawu. Setiap hari Rabu Wage, umat Hindu (terutama masyarakat yang berprofesi sebaga pedagang atau pebisnis) menyiapkan sesajen berupa canangsari, banten pejati, dan banten otonan/ayaban tumpeng 7, dan uang sebagai persembahan untuk Dewi Laksmi yang dipercaya sedang melimpahkan rejeki, kekayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Selama menjalani ibadah pada hari Rabu Wage, umat Hindu mempercayai mereka tidak boleh menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak berwujud barang, seperti membayar utang atau menabung, karena dipercaya uang atau kekayaan tersebut tidak akan kembali selamanya. Dan tidak boleh juga menggunakan uang untuk tujuan keserakahan pribadi seperti perbuatan boros atau berjudi, karena uang atau harta tersebut akan membawa sumber penderitaan.

Lihat pula