Lompat ke isi

Tarsius niemitz: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Margaret.Hn (bicara | kontrib)
Margaret.Hn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:


One species of tarsier is the Niemitz's tarsier ([https://news.mongabay.com/2019/10/tarsier-niemitz-indonesia-sulawesi-species-biodiversity/ Tarsius niemitzi]). In 2019, it was given this name in memory of Carsten Niemitz, a German evolutionary researcher. The Togian Islands are a group of islands off the coast of Sulawesi that are home to the species. It is referred to as bunsing, tangkasi, or podi in Indonesian, while Niemitz's tarsier has been proposed as the common name in English.<ref>{{Cite web|date=2019-10-08|title=For Indonesia’s newest tarsier, a debut a quarter century in the making|url=https://news.mongabay.com/2019/10/tarsier-niemitz-indonesia-sulawesi-species-biodiversity/|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2024-01-30}}</ref>
Salah satu spesies tarsius adalah tarsius Niemitz ([https://news.mongabay.com/2019/10/tarsier-niemitz-indonesia-sulawesi-species-biodiversity/ Tarsius niemitzi]). Pada tahun 2019, spesies ini diberi nama ini untuk mengenang Carsten Niemitz, seorang peneliti evolusi asal Jerman. Kepulauan Togian adalah sekumpulan pulau di lepas pantai Sulawesi yang menjadi rumah bagi spesies ini. Di Indonesia, spesies ini disebut bunsing, tangkasi, atau podi, sementara tarsius Niemitz diusulkan sebagai nama umum dalam bahasa Inggris. <ref>{{Cite web|date=2019-10-08|title=For Indonesia’s newest tarsier, a debut a quarter century in the making|url=https://news.mongabay.com/2019/10/tarsier-niemitz-indonesia-sulawesi-species-biodiversity/|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2024-01-30}}</ref>


== Scientific classification ==
== Scientific classification ==
Baris 15: Baris 15:
== Geographic distribution ==
== Geographic distribution ==
[[Berkas:Geographic distribution of Niemitz's Tarsier.jpg|jmpl]]
[[Berkas:Geographic distribution of Niemitz's Tarsier.jpg|jmpl]]
In 1993, scientists Alexandra Nietsch and Carsten Niemitz discovered tarsiers off Sulawesi Island, Indonesia. The discovery led to studies on the tarsier's vocalizations and DNA sequence. A recent study in Primate Conservation confirms the discovery as a new species, named after the father of tarsier field biology, Carsten Niemitz. The tarsier is a small primate type found in the Togean Islands.
Pada tahun 1993, ilmuwan Alexandra Nietsch dan Carsten Niemitz menemukan tarsius di Pulau Sulawesi, Indonesia. Penemuan ini memicu penelitian tentang vokalisasi dan urutan DNA tarsius. Studi terbaru dalam Konservasi Primata mengonfirmasi penemuan tersebut sebagai spesies baru, dinamai sesuai dengan bapak biologi lapangan tarsius, Carsten Niemitz. Tarsius adalah jenis primata kecil yang ditemukan di Kepulauan Togean.


== Characteristics ==
== Characteristics ==
Tarsius, juga dikenal sebagai T. niemitzi, adalah spesies baru yang ditemukan di Kepulauan Togean. Tarsius ini tidak memiliki tanduk ekor yang berkurang, berbeda dengan tarsius lain yang endemik di pulau-pulau kecil. Duet tarsius ini secara struktural sederhana, mungkin yang paling sederhana dari semua duet tarsius yang dikenal. Studi ini menyarankan bahwa tarsius Niemitz seharusnya diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah karena isolasinya di Kepulauan Togean, terputus dari pulau utama oleh kedalaman air lebih dari 120 meter. Tarsius adalah primata karnivora murni satu-satunya di Bumi, yang utamanya mengonsumsi serangga dan kadal. Mereka memiliki mata terbesar relatif terhadap ukuran tubuh dari semua mamalia yang dikenal, memungkinkan mereka memiliki penglihatan malam yang lebih baik bahkan tanpa jaringan bola mata yang reflektif. Mereka bahkan tidak dapat memutar mata mereka dalam soketnya, sebuah keterbatasan yang telah mereka adaptasi dengan mengembangkan kemampuan memutar kepala mereka 180 derajat ke arah mana pun, seperti burung hantu.
Tarsier, also known as T. niemitzi, is a newly discovered species found in the Togean Islands. It lacks a reduced tail tuft, unlike other tarsiers endemic to small islands. The tarsier's duet is structurally simple, possibly the simplest of all known tarsier duets. The study suggests that the Niemitz's tarsier should be classified as endangered due to its isolation on the Togean Islands, cut off from the main island by water depths greater than 120 meters. Tarsiers are the only purely carnivorous primates on Earth, primarily consuming insects and lizards. They have the largest eyes relative to body size of any known mammal, allowing them better night vision even without reflective eyeball tissue. They can't even swivel their eyes in their sockets, a limitation they've adapted to by developing the ability to swivel their heads 180 degrees in either direction, like an owl.


== Challenges ==
== Challenges ==
Spesies tarsius di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya sedang diteliti oleh para peneliti, dengan 12 spesies yang diketahui dan setidaknya 16 spesies yang mungkin. Studi ini menyarankan bahwa pendanaan untuk upaya konservasi satwa liar tidak mencukupi untuk menstabilkan hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati di habitat tarsius. Namun, tarsius berfungsi sebagai maskot konservasi untuk pariwisata, spesies andalan untuk kesadaran, dan spesies payung untuk melindungi biota Sulawesi lainnya. Kemampuan untuk menjawab banyak pertanyaan menarik sedang merosot, dan beberapa spesies tarsius mungkin punah sebelum diidentifikasi.
Tarsier species in Sulawesi and surrounding islands are being studied by researchers, with 12 known species and at least 16 possible species. The study suggests that funding for wildlife conservation efforts is inadequate to stabilize the loss of habitat and biodiversity within tarsier habitats. However, tarsiers serve as conservation mascots for tourism, flagship species for awareness, and umbrella species to protect other Sulawesian biota. The ability to answer many interesting questions is slipping, and some tarsier species may go extinct before identification.


== References ==
== References ==

Revisi per 30 Januari 2024 06.01

Salah satu spesies tarsius adalah tarsius Niemitz (Tarsius niemitzi). Pada tahun 2019, spesies ini diberi nama ini untuk mengenang Carsten Niemitz, seorang peneliti evolusi asal Jerman. Kepulauan Togian adalah sekumpulan pulau di lepas pantai Sulawesi yang menjadi rumah bagi spesies ini. Di Indonesia, spesies ini disebut bunsing, tangkasi, atau podi, sementara tarsius Niemitz diusulkan sebagai nama umum dalam bahasa Inggris. [1]

Scientific classification

Kingdom : Animalia

Order : Primates

Family : Tarsiidae

Genus : Tarsius

Species : Tarsius niemitzi

Geographic distribution

Pada tahun 1993, ilmuwan Alexandra Nietsch dan Carsten Niemitz menemukan tarsius di Pulau Sulawesi, Indonesia. Penemuan ini memicu penelitian tentang vokalisasi dan urutan DNA tarsius. Studi terbaru dalam Konservasi Primata mengonfirmasi penemuan tersebut sebagai spesies baru, dinamai sesuai dengan bapak biologi lapangan tarsius, Carsten Niemitz. Tarsius adalah jenis primata kecil yang ditemukan di Kepulauan Togean.

Characteristics

Tarsius, juga dikenal sebagai T. niemitzi, adalah spesies baru yang ditemukan di Kepulauan Togean. Tarsius ini tidak memiliki tanduk ekor yang berkurang, berbeda dengan tarsius lain yang endemik di pulau-pulau kecil. Duet tarsius ini secara struktural sederhana, mungkin yang paling sederhana dari semua duet tarsius yang dikenal. Studi ini menyarankan bahwa tarsius Niemitz seharusnya diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah karena isolasinya di Kepulauan Togean, terputus dari pulau utama oleh kedalaman air lebih dari 120 meter. Tarsius adalah primata karnivora murni satu-satunya di Bumi, yang utamanya mengonsumsi serangga dan kadal. Mereka memiliki mata terbesar relatif terhadap ukuran tubuh dari semua mamalia yang dikenal, memungkinkan mereka memiliki penglihatan malam yang lebih baik bahkan tanpa jaringan bola mata yang reflektif. Mereka bahkan tidak dapat memutar mata mereka dalam soketnya, sebuah keterbatasan yang telah mereka adaptasi dengan mengembangkan kemampuan memutar kepala mereka 180 derajat ke arah mana pun, seperti burung hantu.

Challenges

Spesies tarsius di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya sedang diteliti oleh para peneliti, dengan 12 spesies yang diketahui dan setidaknya 16 spesies yang mungkin. Studi ini menyarankan bahwa pendanaan untuk upaya konservasi satwa liar tidak mencukupi untuk menstabilkan hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati di habitat tarsius. Namun, tarsius berfungsi sebagai maskot konservasi untuk pariwisata, spesies andalan untuk kesadaran, dan spesies payung untuk melindungi biota Sulawesi lainnya. Kemampuan untuk menjawab banyak pertanyaan menarik sedang merosot, dan beberapa spesies tarsius mungkin punah sebelum diidentifikasi.

References

  1. ^ "For Indonesia's newest tarsier, a debut a quarter century in the making". Mongabay Environmental News (dalam bahasa Inggris). 2019-10-08. Diakses tanggal 2024-01-30.