Lompat ke isi

Filsafat ilmu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
JAnDbot (bicara | kontrib)
k r2.5.2) (bot Menambah: vi:Triết học khoa học
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10: Baris 10:


Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh [[Karl Popper]] pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun [[1960]]-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh [[Karl Popper]] pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun [[1960]]-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.

{{filsafat-stub}}

== Catatan kaki ==

{{reflist}}

[[Kategori:Filsafat ilmu| ]]

[[ar:فلسفة العلوم]]
[[az:Elmin fəlsəfəsi]]
[[bg:Философия на науката]]
[[ca:Filosofia de la ciència]]
[[ckb:فەلسەفەی زانست]]
[[cs:Filosofie vědy]]
[[da:Videnskabsfilosofi]]
[[de:Wissenschaftstheorie]]
[[en:Philosophy of science]]
[[eo:Filozofio de scienco]]
[[es:Filosofía de la ciencia]]
[[et:Teadusfilosoofia]]
[[eu:Zientziaren filosofia]]
[[fa:فلسفه علم]]
[[fi:Tieteenfilosofia]]
[[fr:Philosophie des sciences]]
[[gl:Filosofía da ciencia]]
[[he:פילוסופיה של המדע]]
[[hr:Gnoseologija]]
[[hu:Tudományfilozófia]]
[[it:Filosofia della scienza]]
[[ja:科学哲学]]
[[ko:과학철학]]
[[lt:Mokslo filosofija]]
[[nl:Wetenschapsfilosofie]]
[[no:Vitenskapsteori]]
[[pl:Filozofia nauki]]
[[pt:Filosofia da ciência]]
[[ro:Filozofia științei]]
[[ru:Философия науки]]
[[simple:Philosophy of science]]
[[sk:Filozofia vedy]]
[[sr:Филозофија науке]]
[[sv:Vetenskapsteori]]
[[tr:Bilim felsefesi]]
[[uk:Філософія науки]]
[[vi:Triết học khoa học]]
[[zh:科学哲学]]

Revisi per 30 Maret 2011 23.50

Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu[1]. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Konsep dan pernyataan ilmiah

Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bf/Button_pagename.png

Empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.

Falsifiabilitas

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 20.