Lompat ke isi

Pelacur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cleaner (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 581351 oleh 212.76.68.203 (Bicara)
Baris 17: Baris 17:
Di Yogyakarta dan kota-kota besar Jawa Tengah pelacur di bawah umur disebut sebagai "ciblèk", konon penyingkatan dari ''cilik-cilik betah melèk'' ("kecil-kecil kuat terjaga").
Di Yogyakarta dan kota-kota besar Jawa Tengah pelacur di bawah umur disebut sebagai "ciblèk", konon penyingkatan dari ''cilik-cilik betah melèk'' ("kecil-kecil kuat terjaga").


== Lihat pula ==
kagdap[[Kategori:Kategori]][[Kategori:Kategori]]<ref>Rujukan</ref>
* [[Pelacuran menurut agama]]
== Catatan kaki ==


[[kategori:Pelacuran]]
{{reflist}}

<gallery>
[[ca:Prostitució]]
Berkas:Contoh.jpg|Judul1
[[cs:Prostituce]]
Berkas:Contoh.jpg|Judul2
[[da:Prostitution]]
</gallery><nowiki>Teks ini tidak akan diformat</nowiki>
[[de:Prostitution]]
[[et:Prostitutsioon]]
[[es:Prostitución]]
[[fr:Prostitution]]
[[he:זנות]]
[[io:Prostituco]]
[[it:Prostituzione]]
[[ja:売春]]
[[nl:Prostitutie]]
[[no:Prostitusjon]]
[[pl:Prostytucja]]
[[pt:Prostituição]]
[[ru:Проституция]]
[[sr:Проституција]]
[[fi:Prostituutio]]
[[sv:Prostitution]]
[[th:การค้าประเวณี]]
[[vi:Mại dâm]]
[[zh:賣淫]]

Revisi per 15 Februari 2007 16.10

Pelacur adalah seseorang yang menjual jasanya untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggannya, biasanya dalam bentuk menyewakan tubuhnya.

Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.

Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."

Pandangan yang negatif terhadap pelacur seringkali didasarkan pada standar ganda, karena umumnya para pelanggannya tidak dikenai stigma demikian.

Penyair W.S. Rendra pernah menulis dua buah puisi tentang pelacur yang lebih netral dalam "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta!" Bahkan lebih dari itu, dalam puisinya "Nyanyian Angsa", Rendra melukiskan Maria Zaitun, seorang pelacur, yang justru menjadi kekasih Tuhan, yang dikontraskannya dengan kaum agamawan yang menjauhkan diri daripadanya.

Istilah-istilah bagi pelacur

Saat ini pelacur juga sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial. "Wanita Tuna Susila" atau WTS adalah istilah lain yang juga mengacu kepada pekerja seks komersial.

Pelacur laki-laki disebut gigolo.

Di Yogyakarta dan kota-kota besar Jawa Tengah pelacur di bawah umur disebut sebagai "ciblèk", konon penyingkatan dari cilik-cilik betah melèk ("kecil-kecil kuat terjaga").

Lihat pula