Lompat ke isi

Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Simpus (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Simpus (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 51: Baris 51:




'''Putabangun''' adalah [[kelurahan]] yang berada di [[kecamatan]] [[Bontoharu, Kepulauan Selayar|Bontoharu]], [[Kabupaten Kepulauan Selayar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Putabangun dahulu adalah [[ibukota]] [[Kesultanan Selayar]]. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara bilang" raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio, seorang wanita putri dari Sawerigading, Tenri Dio ini mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tapi tak bicara) yang letak kerajaannya di Bontobonto. Setelah sepeninggalan Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) gong besar ini menjadi gaukang kerajaan putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam atas perintah Opu Putabangun ketika akan terjadi perang dengan Mataram, entah kerajaan Putabangun mengalami kekalahan atau akibat perang yang berkepanjangan, [[Gong besar]](gaukang) yang ditanam tersebut terlupakan lokasi penanamannya, kemudian ditemukan kembali oleh seorang petani yang bernama Pao di Papalohea cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, penemuan kembali gong besar oleh pemerintah Belanda ditempatkan di daerah Bontobangun (Mattalalang) agar mencegah berdirinya kembali kerajaan Putabangun dengan gaukangnya. Ketika ditemukan kembali gong besar(gaukang Putabangun) kerajaan Putabangun telah lama berakhir karena perlawanan dan kegigihannya melawan pemerintah Belanda, kerajaan ini diceraiberaikan hingga garis benang merah dari Tenri dio (raja pertama) sampai Laddeng dg. Maruttung (raja terakhir) selesai.
'''Putabangun''' adalah [[kelurahan]] yang berada di [[kecamatan]] [[Bontoharu, Kepulauan Selayar|Bontoharu]], [[Kabupaten Kepulauan Selayar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Putabangun dahulu adalah [[ibukota]] [[Kesultanan Selayar]]. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio, seorang wanita putri dari Sawerigading, Tenri Dio ini mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tapi tak bicara) yang letak kerajaannya di Bontobonto. Setelah sepeninggalan Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) gong besar ini menjadi gaukang kerajaan putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam atas perintah Opu Putabangun ketika akan terjadi perang dengan Mataram, entah kerajaan Putabangun mengalami kekalahan atau akibat perang yang berkepanjangan, [[Gong besar]](gaukang) yang ditanam tersebut terlupakan lokasi penanamannya, kemudian ditemukan kembali oleh seorang petani yang bernama Pao di Papalohea cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, penemuan kembali gong besar oleh pemerintah Belanda ditempatkan di daerah Bontobangun (Mattalalang) agar mencegah berdirinya kembali kerajaan Putabangun dengan gaukangnya. Ketika ditemukan kembali gong besar(gaukang Putabangun) kerajaan Putabangun telah lama berakhir karena perlawanan dan kegigihannya melawan pemerintah Belanda, kerajaan ini diceraiberaikan hingga garis benang merah dari Tenri dio (raja pertama) sampai Laddeng dg. Maruttung (raja terakhir) selesai.


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 24 Maret 2015 16.18

Putabangun
ProvinsiSulawesi Selatan
KebupatenKepulauan Selayar
KecamatanBontoharu
Pemerintahan
 • Lurah-
 • Seklur-
Luas
 • Total28,81 km2 (11,12 sq mi)
Populasi
 (2010 [1])
 • Total1.539
 • Kepadatan53/km2 (140/sq mi)
Zona waktuUTC+8 (WITA)
Kode pos
92811
Lingkungan-
RW-
RT-


Putabangun adalah kelurahan yang berada di kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Putabangun dahulu adalah ibukota Kesultanan Selayar. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio, seorang wanita putri dari Sawerigading, Tenri Dio ini mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tapi tak bicara) yang letak kerajaannya di Bontobonto. Setelah sepeninggalan Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) gong besar ini menjadi gaukang kerajaan putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam atas perintah Opu Putabangun ketika akan terjadi perang dengan Mataram, entah kerajaan Putabangun mengalami kekalahan atau akibat perang yang berkepanjangan, Gong besar(gaukang) yang ditanam tersebut terlupakan lokasi penanamannya, kemudian ditemukan kembali oleh seorang petani yang bernama Pao di Papalohea cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, penemuan kembali gong besar oleh pemerintah Belanda ditempatkan di daerah Bontobangun (Mattalalang) agar mencegah berdirinya kembali kerajaan Putabangun dengan gaukangnya. Ketika ditemukan kembali gong besar(gaukang Putabangun) kerajaan Putabangun telah lama berakhir karena perlawanan dan kegigihannya melawan pemerintah Belanda, kerajaan ini diceraiberaikan hingga garis benang merah dari Tenri dio (raja pertama) sampai Laddeng dg. Maruttung (raja terakhir) selesai.

Referensi

  1. ^ "Kepulauan Selayar Dalam Angka 2010". Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar. ISSN 0215-2290. Diakses tanggal 26 nov 2011.