Lompat ke isi

Pengguna:Warmlaw: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 29: Baris 29:
Hi, panggil saja ''Ki Rahardihyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah'' ini dengan WarmlaW (tadinya ini sebuah singkatan yang kemudian saya matikan etimologinya sesuka hati, meski akhirnya diksi ini menjadi akronim yang bertendensi diharfiahkan). Saya menyukai dunia tulis-menulis secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung karena pernah belajar di Jurusan Jurnalistik di sebuah kota di Indonesia. Secara tidak langsung, karena ternyata beberapa leluhur dari garis ibu dikenal dekat dengan dunia tulis di jaman Hindia Belanda meski saya tidak pernah mendapat bukti karya apapun baik berupa puisi, wasiat, surat cinta, atau apapun yang tercetak selain dari cerita lisan sang nenek. Kata nenek sih seperti itu. Sampai saat ini saya baru mendapatkan raport nenek saya ketika bersekolah di jaman baheula kolonialisme Walanda jadul itu, dan masih menelisik jejak-jejak yang ada dan belajar dari masa lalu tersebut.
Hi, panggil saja ''Ki Rahardihyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah'' ini dengan WarmlaW (tadinya ini sebuah singkatan yang kemudian saya matikan etimologinya sesuka hati, meski akhirnya diksi ini menjadi akronim yang bertendensi diharfiahkan). Saya menyukai dunia tulis-menulis secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung karena pernah belajar di Jurusan Jurnalistik di sebuah kota di Indonesia. Secara tidak langsung, karena ternyata beberapa leluhur dari garis ibu dikenal dekat dengan dunia tulis di jaman Hindia Belanda meski saya tidak pernah mendapat bukti karya apapun baik berupa puisi, wasiat, surat cinta, atau apapun yang tercetak selain dari cerita lisan sang nenek. Kata nenek sih seperti itu. Sampai saat ini saya baru mendapatkan raport nenek saya ketika bersekolah di jaman baheula kolonialisme Walanda jadul itu, dan masih menelisik jejak-jejak yang ada dan belajar dari masa lalu tersebut.


Menurut saya Wikipedia banyak manfaatnya. Situs ini biasanya saya jadikan rujukan awal untuk melacak jejak yang ada sebagai bahan menuju tulisan selanjutnya. Wikipedia Indonesia menurut saya perlu banyak pemutakhiran, selain hal teknis tentang penguasaan menulis 'ilmiah' a la wikipedia, rekan WikiID juga perlu dengan jeli menelisik setiap sumber informasi yang dijadikan rujukan. Veifikasi. Berkaca pada Wiki En dimana mereka cukup ketat hanya untuk meloloskan sebuah laman yang ditulis tanpa kaidah penulisan, penguasaan topik yang baik, serta sumber netral yang dapat dipercaya. Disini, berbanding terbalik, selain kerap vandalisme tekstual juga seringkali laman diminta untuk dihapus tanpa saling koreksi dan memperkaya laman yang dibuat tersebut. Di WIki En, para kontributor dengan ramah akan menunjukkan kurang dan solusinya.
Menurut saya Wikipedia banyak manfaatnya. Situs ini biasanya saya jadikan rujukan awal untuk melacak jejak yang ada sebagai bahan menuju tulisan selanjutnya. Wikipedia Indonesia menurut saya perlu banyak pemutakhiran, selain hal teknis tentang penguasaan menulis 'ilmiah' a la wikipedia, rekan WikiID juga perlu dengan jeli menelisik setiap sumber informasi yang dijadikan rujukan. Veifikasi. Berkaca pada WikiEn dimana mereka cukup ketat hanya untuk meloloskan sebuah laman yang ditulis tanpa kaidah penulisan, penguasaan topik yang baik, serta sumber netral yang dapat dipercaya. Disini, berbanding terbalik, selain kerap vandalisme tekstual juga seringkali laman diminta untuk dihapus tanpa saling koreksi dan memperkaya laman yang dibuat tersebut. Di WIkiEn, para kontributor dengan ramah akan menunjukkan kurang dan solusinya.


Selain itu, Wiki kadang menjadi penyelamat ketika informasi sudah menjadi komoditas para korporat. Seperti kita tahu, untuk mendapatkan sumber sejarah Nusantara saja kita harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk satu sumber informasi atau topik. Bisa dibayangkan jika kita haus informasi. Sedikit-sedikit harus bayar. Bayar meski sedikit-sedikit.
Selain itu, Wiki kadang menjadi penyelamat ketika informasi sudah menjadi komoditas para korporat. Seperti kita tahu, untuk mendapatkan sumber sejarah Nusantara saja kita harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk satu sumber informasi atau topik. Bisa dibayangkan jika kita haus informasi. Sedikit-sedikit harus bayar. Bayar meski sedikit-sedikit.

Revisi per 6 September 2015 20.25


Berkas:Aksara Sunda Kiwari Ki Rahardyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah.png


Ki Rahardihyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah
Pengguna Wikipedia – Pengecualian blokir IP, Pengguna, Pengguna terkonfirmasi otomatis, Peninjau otomatis

Jenis kelamin Pria Djantan.
PekerjaanMenoelis.
Kelahiran
Tanggal lahirDi poernama ke enam dalam boeaian Sang Ibundakoe Sajang, semesta selaloe memberkatiemoe.
Tempat lahirBandoeng Ibu Kota Tatar ParaHyangan, Provincie Pasoendan.
Pribadi
HobiMembatja karja non-fiksi, tidak menonton televisi.
Kediaman
Negara Indonesia
Zona waktuWIB.
Keluarga
MenikahDjomblo, loh, say.
PasanganSuatu kelak nanti, hiks.
Anakbatja doea poin diatas.
PacarHanya mengenal ta'aruf, ya habibie.
Pendidikan
PendidikanPenjaskes.
SekolahSekolah itoe tjandoe!
SMA/SMK/MASemakin Mahal Adja.
UniversitasUniversitas Semesta Raja.
Pandangan hidup
AgamaPerlu diseboet?

Hi, panggil saja Ki Rahardihyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah ini dengan WarmlaW (tadinya ini sebuah singkatan yang kemudian saya matikan etimologinya sesuka hati, meski akhirnya diksi ini menjadi akronim yang bertendensi diharfiahkan). Saya menyukai dunia tulis-menulis secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung karena pernah belajar di Jurusan Jurnalistik di sebuah kota di Indonesia. Secara tidak langsung, karena ternyata beberapa leluhur dari garis ibu dikenal dekat dengan dunia tulis di jaman Hindia Belanda meski saya tidak pernah mendapat bukti karya apapun baik berupa puisi, wasiat, surat cinta, atau apapun yang tercetak selain dari cerita lisan sang nenek. Kata nenek sih seperti itu. Sampai saat ini saya baru mendapatkan raport nenek saya ketika bersekolah di jaman baheula kolonialisme Walanda jadul itu, dan masih menelisik jejak-jejak yang ada dan belajar dari masa lalu tersebut.

Menurut saya Wikipedia banyak manfaatnya. Situs ini biasanya saya jadikan rujukan awal untuk melacak jejak yang ada sebagai bahan menuju tulisan selanjutnya. Wikipedia Indonesia menurut saya perlu banyak pemutakhiran, selain hal teknis tentang penguasaan menulis 'ilmiah' a la wikipedia, rekan WikiID juga perlu dengan jeli menelisik setiap sumber informasi yang dijadikan rujukan. Veifikasi. Berkaca pada WikiEn dimana mereka cukup ketat hanya untuk meloloskan sebuah laman yang ditulis tanpa kaidah penulisan, penguasaan topik yang baik, serta sumber netral yang dapat dipercaya. Disini, berbanding terbalik, selain kerap vandalisme tekstual juga seringkali laman diminta untuk dihapus tanpa saling koreksi dan memperkaya laman yang dibuat tersebut. Di WIkiEn, para kontributor dengan ramah akan menunjukkan kurang dan solusinya.

Selain itu, Wiki kadang menjadi penyelamat ketika informasi sudah menjadi komoditas para korporat. Seperti kita tahu, untuk mendapatkan sumber sejarah Nusantara saja kita harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk satu sumber informasi atau topik. Bisa dibayangkan jika kita haus informasi. Sedikit-sedikit harus bayar. Bayar meski sedikit-sedikit.

Hehe. Hmmm, apalagi yah? Saya punya minat di sejarah, budaya pop, dan tentunya tulisan yang bergizi. Jangan sungkan menyapa saya dan memberi saran atau pun kritik. Salam.


Berkas:Aksara Sunda Kiwari Ki Rahardhyan Mega Waluya Mulyaradjakusumah II.png


Bintang Media