Lompat ke isi

Suku Lampung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6: Baris 6:
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul (nama) ulun Lampung:
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul (nama) ulun Lampung:


Pertama, dari catatan musafir [[Tiongkok]] yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu [[I Tsing]], yang diperkuat oleh teori yang dikemukan [[Hilman Hadikusuma]], disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung.
Pertama, dari catatan musafir [[Tiongkok]] yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu [[I Tsing]], yang diperkuat oleh teori yang dikemukan [[Hilman Hadikusuma]], disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung. Namun demikian teori ini sangat lemah dan naif karena tidak ada hubungan kausalitas dan hubungan genealogis antara [[Ulun Lampung]] dengan Orang Toraja, pun secara harfiah antara [[Bahasa Lampung]] dan [[Had Lampung]] dengan Bahasa Toraja. Namun demikian catatan I Tsing ini membuktikan bahwa telah ada peradaban di sekitar Menggala pada abad ke VII. Berdasarkan Tambo diketahui bahwa Megou Pak Tulang Bawang berasal dari keturunan Indarwati bergelar Putri Bulan dari Sekala Brak yang berkedudukan di Cenggiring.


Kedua, Dr. R. Boesma dalam bukunya, ''De Lampungsche Districten'' ([[1916]]) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal.
Kedua, Dr. R. Boesma dalam bukunya, ''De Lampungsche Districten'' ([[1916]]) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal.

Revisi per 23 Oktober 2007 07.43

Suku Lampung adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir serta Cikoneng di pantai barat Banten.

Asal usul

Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung atau suku Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri, walaupun nama Lampung itu dipakai mungkin sekali baru dipakai lebih kemudian daripada mereka memasuki daerah Lampung.

Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul (nama) ulun Lampung:

Pertama, dari catatan musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing, yang diperkuat oleh teori yang dikemukan Hilman Hadikusuma, disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung. Namun demikian teori ini sangat lemah dan naif karena tidak ada hubungan kausalitas dan hubungan genealogis antara Ulun Lampung dengan Orang Toraja, pun secara harfiah antara Bahasa Lampung dan Had Lampung dengan Bahasa Toraja. Namun demikian catatan I Tsing ini membuktikan bahwa telah ada peradaban di sekitar Menggala pada abad ke VII. Berdasarkan Tambo diketahui bahwa Megou Pak Tulang Bawang berasal dari keturunan Indarwati bergelar Putri Bulan dari Sekala Brak yang berkedudukan di Cenggiring.

Kedua, Dr. R. Boesma dalam bukunya, De Lampungsche Districten (1916) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal.

Ketiga, legenda daerah Tapanuli menyeritakan, zaman dahulu meletus gunung berapi yang menimbulkan Danau Toba. Ketika gunung itu meletus, ada empat orang bersaudara berusaha menyelamatkan diri. Salah satu dari empat saudara itu bernama Ompung Silamponga, terdampar di Krui, Lampung Barat. Ompung Silamponga kemudian naik ke dataran tinggi Belalau atau Sekala Brak.

Dari atas bukit itu, terhampar pemandangan luas dan menawan hati seperti daerah yang terapung. Dengan perasaan kagum, lalu Ompung Silamponga meneriakkan kata, "Lappung" (berasal dari bahasa Tapanuli kuno yang berarti terapung atau luas).

Dari kata inilah timbul nama Lampung. Ada juga yang berpendapat nama Lampung berasal dari nama Ompung Silamponga itu.

Keempat, penelitian siswa Sekolah Thawalib Padang Panjang pada tahun 1938 tentang asal-usul ulun Lampung. Dalam cerita "Cindur Mato" yang berhubungan juga dengan cerita rakyat di Lampung disebutkan bahwa suatu ketika Pagaruyung diserang musuh dari India. Penduduk mengalami kekalahan karena musuh telah menggunakan senjata dari besi. Sedangkan rakyat masih menggunakan alat dari nibung (ruyung).

Kemudian mereka melarikan diri. Ada yang malalui Sungai Rokan, sebagian melalui dan terdampar di hulu Sungai Ketaun di Bengkulu lalu menurunkan Suku Rejang. Yang lari ke utara menurunkan Suku Batak. Yang terdampar di Gowa, Sulawesi Selatan menurunkan Suku Bugis. Sedangkan yang terdampai di Krui, lalu menyebar di dataran tinggi Sekala Brak, Lampung Barat. Mereka inilah yang menurunkan Suku Lampung.

Kelima, teori Hilman Hadikusuma yang mengutip Warahan (cerita turun temurun tentang klan, sejarah, legenda dan kebiasaan) Teori ini juga diperkuat oleh Diandra Taurus Irawan Putra Natakembahang S.H. yang melakukan penelitian tentang Kepaksian Sekala Brak (2005) berkaitan dengan Adat Budaya, Hukum Adat, Kebiasaan, Warahan, Peninggalan Sejarah, serta Tambo (Manuskrip Kuno) yang menjelaskan bahwa Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduknya disebut Tumi (Buay Tumi) yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekar Mong. Mereka menganut kepercayaan dinamisme yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa.

Buay Tumi kemudian dapat dipengaruhi empat orang keturunan Raja pembawa Islam berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Lapah di Way, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong, dan Umpu Belunguh. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak yang lebih dikenal dengan Kepaksian Sekala Brak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku kuno Kuntara Raja Niti, nama poyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati dan mereka memiliki nama alias yang lain namun tetap menjelaskan bahwa mereka terdiri dari empat Umpu yang menguasai Paksi Pak Sekala Brak.

Teori ini dianggap paling benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena memiliki hubungan kausalitas yang jelas. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan ulun Lampung sebagai berikut:

a. Inder Gajah Gelar: Umpu Lapah di Way Kedudukan: Puncak Keturunan: Abung

b. Pak Lang Gelar: Umpu Pernong Kedudukan: Hanibung Keturunan: Pubiyan

c. Sikin Gelar: Umpu Nyerupa Kedudukan: Sukau Keturunan: Jelma Daya/Komring

d. Belunguh Gelar: Umpu Belunguh Kedudukan: Kenali Keturunan: Peminggir/Melinting

e. Indarwati Gelar: Puteri Bulan Kedudukan: Cenggiring Keturunan: Tulangbawang

Bahasa Lampung

Sehari-hari ulun Lampung (orang Lampung) bertutur dalam bahasa Lampung.

Adat-istiadat

Kesenian